Jakarta, MINA – Indonesia dinilai memiliki peluang besar untuk memainkan peran yang lebih strategis dan memimpin transformasi di Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) serta meningkatkan kontribusinya dalam diplomasi perdamaian global. Pandangan tersebut mengemuka dalam Forum Diskusi Aktual Berbangsa dan Bernegara bertema “Peran Strategis Indonesia dalam OKI dan Perdamaian Dunia”, yang digelar di Jakarta pada Rabu (19/11).
Acara tersebut menghadirkan sejumlah tokoh nasional dan pakar kebijakan luar negeri, yakni Wakil Ketua MPR RI Prof. Dr. H.M. Hidayat Nurwahid, akademisi MUI Pusat Prof. Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, anggota Komisi I DPR RI Dr. Sukamta, staf Sekretariat OKI di Jeddah Dr. Yasmi Adriansyah, serta pengamat politik dan dosen Universitas Indonesia Agung Nurwijoyo MA.
Dalam diskusi, para pembicara menilai bahwa Indonesia, sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia dan rekam jejak diplomasi moderat, memiliki potensi dan legitimasi kuat untuk menjadi leader di dalam OKI, bukan hanya sebagai anggota aktif.
HNW sapaan akrab Hidayat Nur Wahid menyatakan, sejak awal berdirinya OKI, Indonesia telah memiliki tanggung jawab moral dan konstitusional dalam memperjuangkan perdamaian, keadilan, dan kemerdekaan bangsa-bangsa terjajah, sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945.
Baca Juga: Aktivitas Gunung Semeru Mereda, Bupati Lumajang Imbau Warga Tetap Siaga
“Isu Palestina bukan sekadar isu luar negeri, tetapi amanat konstitusi. Dan OIC merupakan ruang strategis bagi Indonesia untuk memperjuangkan diplomasi kemanusiaan dan keadilan,” ujarnya.
Sementara itu, Sukamta menilai diplomasi Indonesia memiliki reputasi internasional yang kredibel dan dihormati, terutama dalam isu Palestina, Rohingya, dan penanganan Islamophobia.
“DNA diplomasi Indonesia adalah aktif, solutif, dan menjadi jembatan. Kita tidak memiliki konflik kepentingan, sehingga kita dipercaya untuk menjadi mediator,” katanya.
Dalam forum tersebut, muncul berbagai usulan strategis guna memperkuat peran oki/">Indonesia di OKI, diantaranya dorongan reformasi kelembagaan OKI agar lebih responsif terhadap krisis kemanusiaan, penguatan diplomasi hukum internasional untuk mendukung penyelesaian isu Palestina dan Rohingya, serta pemanfaatan instrumen ekonomi syariah, seperti sukuk dan wakaf global, guna memperkuat solidaritas ekonomi dunia Islam.
Baca Juga: Cuaca Jakarta Cerah Berawan Sepanjang Hari, Suhu Capai 32°C di Beberapa Wilayah
Sudarnoto dari MUI menekankan bahwa prinsip washathiyyah (moderasi) dan rahmatan lil alamin (Islam sebagai rahmat bagi semesta) harus menjadi landasan diplomasi Indonesia dalam forum multilateral Islam, termasuk OKI.
Sementara Yasmi Adriansyah, pejabat Sekretariat OKI di Jeddah, menyebut Indonesia sebagai “natural leader” dunia Islam yang memiliki modal diplomasi kuat, karena dianggap moderat, netral, dan diterima oleh banyak negara anggota.
“Indonesia memiliki positioning unik yang tidak dimiliki banyak negara Muslim lainnya, yakni demokratis, berpengaruh, dan dihormati di fora internasional,” ujarnya.
Para pembicara sepakat bahwa selain memperjuangkan resolusi damai, Indonesia juga diharapkan memimpin pengarusutamaan isu kemanusiaan, Islamophobia, dan perlindungan minoritas Muslim melalui platform OKI dan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Baca Juga: Kualitas Udara Jakarta Membaik, Level Aman untuk Aktivitas Warga
Forum merekomendasikan penguatan diplomasi publik, peace mediation, dan diplomasi narasi (media), untuk memperluas pengaruh Indonesia dalam memperjuangkan perdamaian global.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Kebakaran Paviliun COP30 Brasil, 13 Orang Dirawat Karena Asap
















Mina Indonesia
Mina Arabic