Jakarta, MINA – Kepala Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri (BSKLN) Yayan G.H Mulyana menyebut dalam keterangannya, Senin (28/8), Indonesia mendorong peningkatan kerja sama teknis dalam pengelolaan konflik Laut China Selatan (LCS).
“Kita harus terus memupuk kebiasaan berdialog, berkomunikasi, dan berkolaborasi di antara participating parties untuk membuka jalan bagi generasi masa depan kita yang lebih baik.” kata Yayan pada Lokakarya ke-32 mengenai Pengelolaan Potensi Konflik di LCS.
Yayan menyampaikan tiga kunci utama untuk penguatan kerja sama di antara pihak-pihak yang berpartisipasi di tengah dinamika global yang terus berubah.
“Pertama, memperkuat kerja sama dalam memaksimalkan pemanfaatan ilmu pengetahuan, data, teknologi, dan inovasi; Kedua, memupuk budaya dialog dan berkolaborasi untuk mencegah potensi konflik; dan ketiga, mencari cara dan upaya kolektif untuk menjadikan Lokakarya lebih strategis serta memberikan dampak nyata dalam menghadapi tantangan saat ini dan masa depan,” jelas Yayan.
Baca Juga: Menag Bertolak ke Saudi Bahas Operasional Haji 1446 H
Lokakarya tersebut diselenggarakan BSKLN, Kementerian Luar Negeri RI bekerjasama dengan Badan Informasi Geospasial dan Pusat Studi Asia Tenggara.
Seluruh rangkaian Lokakarya diselenggarakan secara hybrid yang dihadiri oleh 67 ahli, akademisi, dan praktisi dari 9 participating parties yaitu Brunei Darussalam, Laos, Tiongkok, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Filipina, China Taipei, dan Vietnam.
Lokakarya bertujuan untuk membangun kerja sama yang lebih erat guna mendukung perdamaian, stabilitas, kesejahteraan, serta kemitraan yang diikuti dengan pencapaian nyata di kawasan Laut China Selatan.
Lokakarya ke-32 mengesahkan Guidelines for Consideration and Implementation of Project Proposals sebagai panduan dalam pengusulan serta penyelenggaraan proyek di bawah kerangka Lokakarya di masa yang akan datang dan secara prinsip menyepakati Standar Operasional Prosedur Pemanfaatan Special Fund untuk pengaturan bantuan keuangan para pihak.
Baca Juga: Polisi Amankan Uang Rp150 M dari Kasus Judol
Lokakarya juga mencatat sejumlah usulan proyek teknis sebagai bentuk kerja sama konkret pihak-pihak yang berpartisipasi antara lain: Research on Coral Reef Resilience Against Increased Threats of Anthropogenic Activities and Climate Changes, dan Assessment of the Effects of Climate Change and Sea Level Rise on the Mangrove Ecosystem; Penelitian terkait Crown-of-thorns Starfish (COTS); serta penelitian di bawah tema penguatan ekosistem maritim di kawasan Laut Tiongkok Selatan guna mengatasi dampak perubahan iklim.
Sejak penyelenggaraan Lokakarya pertama di Bali pada 1990, dialog track 1,5 ini telah menjadi forum yang sangat bermanfaat dengan mengedepankan diskusi secara bersahabat dan transparan, yang bertujuan untuk meningkatkan perdamaian, stabilitas, kemakmuran, serta kerja sama di wilayah Laut China Selatan. (R/RE1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Polisi Tangkap Satu DPO Kasus Judol, Uang Rp5 M Diamankan