Indonesia Dukung Kolaborasi UE-ASEAN Produksi Vaksin Covid-19

Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI Fadli Zon saat menerima Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Vincent Piket di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (15/7). (Foto: Jaka/dpr.go.id)

Jakarta, MINA – Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI Fadli Zon mengatakan, Indonesia dan peduli terhadap pengembangan , termasuk memastikan distribusi vaksin merata bagi semua negara.

Sebagai anggota , kata Fadli, Indonesia mendukung kolaborasi UE-ASEAN untuk memproduksi vaksin Covid-19 melalui skema co-production dan sharing biaya. Kolaborasi ini dinilai penting untuk penanganan wabah Covid-19 dan dampak sosial-ekonomi yang ditimbulkan.

“Semua negara berlomba-lomba memproduksi vaksin dan kemungkinan baru bisa awal tahun yang akan datang, tetapi mereka (UE) menyakinkan kalau sudah ditemukan vaksin itu, tentu ini akan accessible dan affordable untuk seluruh dunia, walaupun tentu tidak gratis,” ujar Fadli usai menerima Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Vincent Piket di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (15/7).

Menurutnya, kerja sama internasional, baik regional maupun multilateral diperlukan untuk menangani dampak global Covid-19 secara efektif.

Untuk membantu penanganan Covid-19 di Indonesia, sejak April, Uni Eropa telah menandatangani tiga perjanjian hibah senilai Rp 86 miliar untuk mengatasi krisis kesehatan serta mengurangi dampak ekonomi dan sosial akibat pandemi, khususnya bagi masyarakat miskin dan kelompok rentan.

Dalam pertemuan itu, Fadli juga berharap Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia dan Uni Eropa segera disepakati.

Menurutnya, IEU-CEPA merupakan win-win solution untuk mempromosikan perdagangan ekonomi kedua negara melalui peningkatan akses pasar, terutama untuk minyak kelapa sawit.

Fadli mengatakan, komoditas ekspor Indonesia ke Uni Eropa sebagian besar adalah minyak sawit, stainless steel dan nikel. Dengan komoditas ekspor utama Indonesia ke UE, minyak sawit terus menghadapi banyak tantangan di pasar Eropa.

“Mereka mengatakan tidak ada pelarangan tetapi memang kampanye anti kelapa sawit cukup tinggi di Uni Eropa karena dianggap tidak ramah lingkungan dan sisi lain, saya pikir UE juga ingin memproteksi kepentingan para petani mereka, terutama yang non sawit,” terang Fadli.

Namun, kata Fadli, Uni Eropa tetap merupakan salah satu mitra strategis Indonesia. Sebagai mitra dagang terbesar Indonesia ke-4 dan Indonesia merupakan mitra dagang Uni Eropa ke-33, keduanya memiliki banyak potensi kerjasama yang dapat dijejaki. “Kita punya hubungan yang baik dan kepentingan yang besar dengan Uni Eropa terutama di bidang perdagangan,” katanya.

Tercatat, total perdagangan Indonesia dengan Uni Eropa pada 2019 mencapai USD 26,9 miliar, dengan nilai ekspor Indonesia mencapai 14,5 miliar dollar AS dan impor sebesar 12,4 miliar dollar AS. Sementara nilai investasi Uni Eropa di Indonesia tercatat senilai 2,6 miliar dollar AS pada tahun 2019. (R/R6/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)