Jakarta, MINA – Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menerima kunjungan Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency – IAEA) , Dr. Yukiya Amano, di Gedung D Kemenristekdikti Senayan, Senin (5/2).
Salah satu agenda penting dalam kunjungan Dirjen IAEA adalah penandatanganan Practical Arrangement antara Kemenristekdikti dengan IAEA oleh Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir dengan Dirjen IAEA Yukiya Amano.
“Tujuan dari penandatanganan ini adalah untuk memperkuat komitmen kerjasama antara Indonesia dengan IAEA dalam pengembangan dan pemanfaatan teknologi nuklir untuk damai,” kata Menristekdikti Mohamad Nasir dalam acara penandatanganan Practical Arrangement.
Acara penandatanganan ini juga dihadiri Duta Besar Indonesia untuk Austria yang juga Ketua Board of Governor (BOG) Darmansjah Djumala, Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Indonesia (BATAN) Djarot Sulistio Wisnubroto, Kepala Badan Pengawas Energi Nuklir Indonesia (BAPETEN) Jazi Eko Istiyanto, Sekretaris Jenderal Kemenristekdikti Ainun Na’im, dan Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Jumain Appe.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
Kunjunga kerja Amano ke Indonesia, pada Senin-Rabu 5-7 Februari 2018 merupakan kali ketiga kunjungan Dirjen IAEA ke Indonesia, sebelumnya pada tahun 2011 dan 2015.
Menteri Nasir mengatakan, penandatangan ini memang dipandang perlu untuk mendorong kerjasama teknis antara negara-negara berkembang dan penguatan South-South cooperation (kerjasama antar negara-negara di bagian selatan).
“Dengan adanya penandatanganan ini, Indonesia dapat lebih mendukung IAEA untuk berbagi dan memberikan kapasitas ke negara lain. Ini juga akan memiliki dampak yang berlipat, sesuai dengan mandat utama IAEA untuk mengupayakan dan memperluas kontribusi energi nuklir untuk perdamaian, kesehatan dan kesejahteraan di seluruh dunia,” tutur Nasir.
Nasir menambahkan, IAEA memiliki peran sentral yang penting dalam mendorong penggunaan energi nuklir untuk perdamaian, termasuk di antara negara-negara berkembang.
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia
Indonesia sendiri telah bekerjasama dengan IAEA selama 61 tahun. Tercatat sebanyak 9 dari 17 tujuan pembangunan berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs) berkaitan langsung dengan lingkup kompetensi IAEA.
Untuk mencapai swasembada pangan dan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), Indonesia, dengan dukungan IAEA, telah mengembangkan dua proyek penting. Proyek pertama berkaitan dengan mengintensifkan kualitas produksi kedelai untuk meningkatkan produktivitas dan profitabilitas usaha tani kedelai. Proyek kedua melibatkan penggunaan teknik nuklir, seperti uji radio immuno dan isotop stabil untuk meningkatkan produksi ternak dan memperbaiki pengelolaan pakan berbasis lokal.
Sasarannya adalah komunitas petani kecil di 74 SPR (Sekolah Petani Kecil) di seluruh Indonesia. SPRs adalah proyek yang dikembangkan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2013.
Indonesia sangat mementingkan keamanan perbatasan kita dari perdagangan gelap bahan nuklir dan sumber radioaktif lainnya. Beberapa tahun yang lalu, Indonesia mendapat bantuan dari IAEA dalam memasang empat monitor portal radiasi di pelabuhan utama.
Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September
BAPETEN, bekerja sama dengan BATAN dan sektor swasta, berencana untuk memproduksi monitor portal radiasi untuk memenuhi kebutuhan nasional.
Nasir menyebutkan beberapa pengembangan energi nuklir lainnya yaitu Indonesia telah mengembangkan kapasitas dalam produksi radioisotop dan produk radiofarmasi, dan pembuatan peralatan kesehatan. BATAN telah membangun laboratorium radioisotop dan radiofarmaka baru.
BAPETEN telah mendirikan I-CoNSEP atau Pusat Keamanan Nuklir dan Kesiapsiagaan Darurat Indonesia. I-CoNSEP adalah pusat keunggulan yang mengembangkan dan mempertahankan kemampuan nasional dalam keamanan nuklir dan kesiapsiagaan darurat melalui pengembangan sumber daya manusia dan penyediaan dukungan teknis.
Dia memperkirakan bahwa pusat keunggulan akan memenuhi permintaan keterampilan dan kemampuan yang tinggi di semua tingkat pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, badan pengatur, badan penegak hukum dan operator.
Baca Juga: Roma Sitio Raih Gelar Doktor dari Riset Jeruk Nipis
“Kami menghargai dukungan terus-menerus IAEA terhadap upaya Indonesia dalam pengembangan program energi nuklirnya baik untuk BATAN dan BAPETEN,” tambah Nasir. (L/R01/RS3)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Universitas Lampung Sepakati MoU dengan Chosun University of Korea