Den Haag, 1 Rajab 1438/29 Maret 2017 (MINA) – Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama (Dirjen Pendis Kemenag), Kamaruddin Amin menilai Indonesia berpotensi menjadi kiblat dan destinasi kajian Islam di dunia.
Hal tersebut disampaikan Kamaruddin saat memberikan sambutan dalam Bahtsul Masail Pengurus Cabang Istimewa Naddlatul Ulama (PCINU) Belanda di Masjid Al Hikmah, Den Haag, Selasa (28/3).
Menurut Kamaruddin yang dikutip MINA dari laman Kemenag, ada beberapa alasan Indonesia berpotensi jadi kiblat kajian Islam. Pertama, karakter keberagamaan di Indonesia relatif lebih kompatibel dengan modernitas dan demokrasi.
“Karakter ini yang justru menjadi sisi lemah keberagaman negara Timur Tengah sebagai tempat lahirnya Islam (origin of Islam). Hubungan agama dan negara di beberapa negara lain, seperti Pakistan juga belum harmonis dan masih cenderung ekaplootatif. Potret keberagamaan di Iran juga determinasi religiousitas sehingga resisten untuk menjadi kiblat kajian,” ujarnya.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Kedua, Muslim Indonesia saat ini 43 persen di antaranya berada pada rentang usia 25 tahun ke bawah. Indonesia saat ini bahkan sedang berproses untuk menikmati bonus demografi di tengah-tengah aging population. Ketiga, Indonesia memiliki ribuan madrasah dan pesantren.
“Semuanya secara massif mengajarkan Islam rahmatan lil alamin,” katanya.
Keempat, Indonesia memiliki struktur sosial keberagamaan yang kuat seiring keberadaan NU, Muhammadiyah, dan ormas Islam lainnya.
“Semuanya mengusung moderatisme Islam. Kalau Islam Indonesia hari ini compatible dengan modernitas dan demokrasi, maka itu tidak bisa dilepaskan dari keunggulan Indonesia tersebut,” katanya.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Sebagai kiblat yang potensial, tambahnya, sudah saatnya Islam Indonesia dipromosikan ke Eropa dan Barat. “Di sinilah, Islam Indonesia bisa memberikan tawaran model alkukturasi. Islam Nusantara menjadi implementasi cerdas dialog Islam dengan realitas budaya. Tentu tidak arif membawa Islam Nusantara secara total ke Belanda. Tapi itu bisa jadi Benchmark dalam proses dialog Islam dengan partikularitas di Belanda,” terangnya.
Pada kesempatan tersebut, Kamaruddin juga melakukan peresmian Aswaja Center Belanda. Aswaja Center ini akan menjadi pusat kajian diaspora Indonesia yang ada di Eropa. Selain itu, Aswaja Center Belanda akan menjadi tempat mengkaji, menjaga sekaligus menebarkan paham aswaja sebagai manhaj Islam rahmatan lil alamin yang selaras Islam nusantara.
Selain dihadiri diaspora pelajar NU di Eropa, pertamuan ini juga dihadiri Husnan Bey Fanani, Dubes Azerbaijan yang juga alumni Leiden University. Husnan juga tercatat pernah bertugas di Kementerian Agama sebagai Staf Khusus Menag Surya Dharma Ali. (T/R09/B05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas