Bali, 22 Sya’ban 1437/30 Mei 2016 – Indonesia kembali mencalonkan diri menjadi anggota dewan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO). Pencalonan ini merupakan upaya kelima setelah empat upaya pencalonan sebelumnya menuai kegagalan.
“Keuntungan menjadi anggota dewan ICAO sangat besar. Salah satu di antaranya adalah Indonesia dapat mengambil bagian dalam perumusan kebijakan penerbangan sipil dunia,” kata Menteri Perhubungan Ignasius Jonan dalam acara Pertemuan Tingkat Menteri Transportasi Negara-Negara Berkembang di Bali, Senin (30/5).
Pada pertemuan ini Indonesia menyampaikan visi baru terkait peranan Indonesia di komunitas penerbangan sipil dunia, khususnya di negara-negara berkembang.
Seiring semakin pesatnya pertumbuhan penumpang pesawat udara di Indonesia maupun dunia, pemerintah Indonesia mengantisipasi kebutuhan sumber daya manusia profesional dengan mendorong pelatihan dan pendidikan bagi para personil penerbangan.
Baca Juga: MUI Tekankan Operasi Kelamin Tidak Mengubah Status Gender dalam Agama
“Tahun lalu saja Kementerian Perhubungan memberi 500.000 sertifikat kompetensi,” jelas Jonan.
Menyadari fakta bahwa Indonesia juga memiliki potensi menjadi pusat pelatihan penerbangan yang besar di kawasan selatan dunia, Menhub Jonan menyampaikan bahwa Indonesia ingin bekerja sama dengan negara-negara lain di bidang pelatihan penerbangan.
“Adalah sangat berharga apa bila kita dapat saling berbagi pengalaman dan hasil studi terkait penerbangan,” ungkapnya.
Pernyataan ini merujuk fakta bahwa Indonesia menawarkan berbagai program pelatihan penerbangan sipil untuk meningkatkan kapasitas negara-negara anggota ICAO, terutama negara-negara berkembang.
Baca Juga: Prof. El-Awaisi Serukan Akademisi Indonesia Susun Strategi Pembebasan Masjidil Aqsa
Sementara di kesempatan terpisah, Direktur Operasional Garuda Indonesia, Kapten Novianto Herupratomo, mengatakan kampanye Indonesia untuk menjadi anggota dewan ICAO saat ini sangat berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
“Tahun ini sangat serius dari pemerintah dan tentu sebagai maskapai penerbangan nasional kami sangat mendukung upaya Kementerian Perhubungan untuk menjadi anggota dewan ICAO,” ujar Novianto di sela-sela pertemuan para menteri transportasi dari negara berkembang di daerah Kuta, Bali.
Yang membuat berbeda, lanjut dia, selain kampanye yang lebih masif oleh banyak pihak dan beberapa lembaga, juga digalakkan lewat perbaikan sisi keamanan, keselamatan, dan kualitas dunia penerbangan Tanah Air.
Gagalnya upaya Indonesia menjadi anggota dewan ICAO karena dunia penerbangan Tanah Air masih dinilai kurang layak, terutama oleh Federal Aviation Administratin (FAA), Komisi Eropa, dan Erupean Aviation Safety Agency (EASA). (L/P022/P001)
Baca Juga: Syeikh Palestina: Membuat Zionis Malu Adalah Cara Efektif Mengalahkan Mereka
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)