Nairobi, MINA – KBRI Nairobi menjadi tuan rumah penyelenggaraan dialog bilateral Indonesia-Kenya bertajuk “The Whole of Government and The Whole Society Approach: The Significant Role of Civil Society in PCVE Efforts in Indonesia and Kenya” pada Senin (3/2).
Pada kesempatan ini, Indonesia dan Kenya tegaskan komitmen penguatan kerja sama dalam upaya pencegahan dan penanggulangan ekstremisme berbasis kekerasan (P/CVE), termasuk mendorong pelibatan masyarakat sipil kedua negara pada upaya P/CVE.
Kegiatan dialog bilateral itu dibuka Duta Besar RI untuk Kenya, Dr. Mohamad Hery Saripudin. Dalam sambutannya, Duta Besar RI sampaikan bahwa isu ektremisme berbasis kekerasan dan terorisme menjadi isu penting dan strategis dalam menjaga keamanan negara
maupun global.
Oleh karenanya, diperlukan kerja sama internasional baik di tingkat governmentto-government maupun people-to-people di akar rumput. Disampaikan pula perlunya transfer of knowledge dalam implementasi P/CVE baik di Indonesia maupun Kenya, dan diharapkan kedua
negara dapat bersinergi dalam menghadapi ekstremisme berbasis kekerasan dan terorisme.
Baca Juga: Trump Tangguhkan Kenaikan Tarif Impor dari Kanada dan Meksiko
Duta Besar RI berharap kerja sama di sektor keamanan ini kiranya dapat mendukung peningkatan hubungan bilateral antara Indonesia dan Kenya.
Kegiatan dialog bilateral itu menghadirkan Deputi Kerjasama Internasional BNPT, Andhika Chrisnayudhanto dan Direktur National Counter Terrorism Center (NCTC) Kenya, Mr. Kibiego Kiken, sebagai narasumber.
Kedua narasumber memaparkan mengenai perkembangan pelaksanaan Rencana Aksi Nasional (RAN) P/CVE di masing-masing negara,
tantangan yang dihadapi dan dampaknya pada upaya penanggulangan terorisme, serta pentingnya pelokalan pelaksanaan RAN P/CVE melibatkan aktor non pemerintah seperti masyarakat sipil (CSOs).
Kegiatan dialog bilateral ini merupakan acara puncak dari konferensi lintas negara dengan tema Enhancing Cooperation: A Cross Country Peer to Peer Learning and Exchange Program on Localizing Preventing and Countering Violent Extremism (PCVE) Strategies in Kenya yang diadakan pada 26 Januari-3 Februari 2025 oleh Joint Initiative for Strategic Religious Action (JISRA) bekerja sama dengan BNPT, NCTC Kenya dan Mensen met een Missie (MM).
Baca Juga: MSF: Separuh Penduduk Sudan Hadapi Kekurangan Pangan
Para peserta kegiatan ini adalah unsur pemerintah dan masyarakat sipil dari Indonesia, Kenya, dan Nigeria. Unsur pemerintah dari pihak Indonesia yaitu perwakilan BNPT (Direktorat Kerjasama Regional dan Multilteral), sementara unsur masyarakat sipil Indonesia yaitu: Imparsial, AMAN Indonesia, Peace Generation dan Fatayat NU.
Kegiatan lintas negara ini bertujuan untuk melakukan pertukaran praktik terbaik antara Indonesia dan Kenya khususnya dalam upaya pelokalan RAN P/CVE, mengidentifikasi tantangan dan solusi serta menyoroti peran strategis masyarakat sipil dalam upaya pelokalan P/CVE tersebut.
Kegiatan konferensi lintas negara di Kenya ini dilakukan di Nairobi dan Mombasa (kunjungan ke Kilifi County dan Kwale County). Sebelumnya telah dilakukan pertemuan secara hybrid pada Oktober dan November 2024.
Pada acara puncak konferensi lintas negara tersebut, para peserta mengeluarkan rekomendasi tindak lanjut yang kiranya dapat menjadi perhatian JISRA, BNPT, NCTC Kenya dan MM.eberapa rekomendasi tersebut diantaranya: Riset terkait rehabilitasi dan reintegrasi, dukungan JISRA terhadap pelokalan RAN PE di Indonesia serta melanjutkan program pembelajaran dan Peer to Peer Learning antara Indonesia dan Kenya di Indonesia.[]
Baca Juga: Jepang Siapkan Perawatan Medis untuk Warga Gaza
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Aljazair Siap Normalisasi Hubungan dengan Israel tapi Pakai Syarat