Jakarta, MINA – Sejalan dengan program revitalisasi politeknik yang tengah dijalankan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bekerjasama dengan pemerintah Swiss untuk mengembangkan pendidikan vokasi dan training melalui program Skill for Competitiveness (S4C).
Program ini bertujuan untuk mengaitkan proses belajar mengajar dengan mempromosikan kerjasama antara sekolah dan bisnis di politeknik di bawah koordinasi Kemenristekdikti dan Kemenperin.
Program ini melingkupi beberapa politeknik di bidang logam, metal, furniture dan makanan. Program S4C mengadopsi konsep Dual Vocational Education and Training (D-VET) system yang selama ini telah diterapkan Swiss.
Kerjasama ini diharapkan dapat menjawab kebutuhan industri terhadap tenaga kerja yang terampil dan meminimalisir kesenjangan keterampilan.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir menilai program ini merupakan terobosan yang sangat bagus dalam mendukung program revitalisasi politeknik.
“Revitalisasi politeknik dilakukan agar lulusan politeknik memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan industri saat ini. Revitalisasi dilakukan dengan perubahan kurikukulum menyesuaikan kebutuhan industri, retooling dan retraining dosen politeknik,” jelas Nasir saat acara Peluncuran Program Skill for Competitiveness (S4C) di Kantor Kemenperin, Jakarta, Selasa (20/3), sebagaimana keterangan yang diterima MINA.
Untuk itu kerjasama dengan industri sangat dibutuhkan untuk mendorong lulusan politeknik menjadi profesional di dunia industri.
“Saya berharap agar semua industri di seluruh Indonesia di bawah koordinasi Kemenperin berkolaborasi dengan politeknik di Indonesia,” tutur Nasir.
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia
Nasir berharap industri dapat membantu proses pembelajaran di politeknik. Dosen di politeknik diharapkan juga berasal dari industri.
“Selama ini dosen di politeknik hanya berasal dari akademik. Kami ingin dosen politeknik 50% dari industri dan 50% dari akademik,” katanya.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto mengatakan kerjasama ini merupakan tahapan lebih lanjut dari proses link and match dari pendidikan dasar dan menengah ke pendidikan tinggi politeknik dengan dunia industri. Ia berharap ke depan kerjasama ini dapat mengembangkan SDM di politeknik memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan industri di Indonesia.
Duta Besar Swiss untuk Indonesia Yvonne Baumann mengatakan melalui program ini, Swiss mendukung upaya Indonesia untuk meningkatkan keterampilan profesional untuk mengurangi tingkat pengangguran sehingga dapat meningkatkan perekonomian Indonesia.(L/R01/P2)
Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Roma Sitio Raih Gelar Doktor dari Riset Jeruk Nipis