Indonesia Terus Upayakan Pembebasan WNI yang Disandera di Filipina

Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi (Foto: nasionalinfo)
Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi (Foto: nasionalinfo)

Jakarta, 21 Jumadil Akhir 1437/31 Maret 2016 (MINA) – mengatakan pemerintah masih terus mengupayakan pembebasan sepuluh anak buah kapal (ABK) warga negara Indonesia yang disandera di perairan Filiphina.

“Komunikasi terakhir yang saya lakukan hari ini pukul 08.13 WIB,” kata dia, demikian keterangan pers uang diterima Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Retno mengatakan, saat ini pemerintah lebih mengutamakan keselamatan ABK yang disandera oleh kelompok Abu sayyaf sejak Sabtu (26/3) lalu.

Pihaknya mengatakan dirinya terus melakukan komunikasi dengan Menlu secara intensif dalam upaya penyelamatan ABK kapal Pandhu Brahma 12 dari Banjarmasin yang membawa batu bara menuju Manila tersebut.

Menlu menggarisbawahi pentingnya dukungan pemerintah Filipina untuk membebaskan kesepuluh tersebut.

“Indonesia menghargai kerja sama dan dukungan yang diberikan oleh pemerintah Filipina sejauh ini,” kata dia.

Kemlu menerima informasi tersebut pada Senin (28/3) bahwa pembajakan terhadap Kapal Tunda Brahma 12 dan Kapal Tongkang Anand 12 yang berbendera Indonesia terjadi saat dalam perjalanan dari Sungai Puting Kalimantan Selatan menuju Batangas, Filipina Selatan.

Tidak diketahui persis kapan kapal dibajak karena pihak pemilik kapal baru mengetahui terjadi pembajakan pada 26 Maret 2016, saat menerima telepon dari seseorang yang mengaku dari kelompok Abu Sayyaf.

Saat ini, Kapal Brahma 12 sudah dilepaskan dan sudah di tangan otoritas Filipina, sementara Kapal Anand 12 dan sepuluh awak kapal WNI masih berada di tangan pembajak.

Siapa Abu Sayyaf

Abu Sayyaf, didirikan pada 1990 telah beroperasi dari pangkalan hutan terpencil di Filipina selatan, dengan bantuan akhir Al-Qaeda Osama bin Laden.

Kelompok yang dikenal dengan kekejamannya itu disalahkan atas serangkaian serangan, termasuk dalam sejarah bangsa Manila, pemboman Feri Manila Bay 2004 yang menewaskan lebih dari 100 jiwa.

Kampanye AS yang dibantu melawan militan diluncurkan sekitar satu dekade lalu dianggap sukses, dengan banyak pemimpin Abu Sayyaf ditangkap atau dibunuh.

Tapi penculikan baru-baru ini, termasuk dari Kanada dan Norwegia, di daerah-daerah yang sebelumnya dianggap di luar jangkauan kelompok itu, kembali menimbulkan kekhawatiran baru.

Tahun lalu para militan memenggal kepala seorang pria Malaysia setelah menculiknya dari restoran tepi pantai di negara bagian Sabah Malaysia.

Seorang wanita Malaysia yang disandera bersama dengannya dibebaskan setelah uang tebusan yang kabarnya dibayar.

Pemerintah Filipina telah berulang kali mengatakan ia memiliki “tidak ada kebijakan tebusan”. Tapi pihak terkait dengan asing yang disandera oleh Abu Sayyaf sering membayar untuk memenangkan pembebasan mereka.

Pada Oktober 2014 Abu Sayyaf mengklaim menerima 250 juta peso (US $ 5,3 juta) pertukaran untuk dua warga Jerman yang disekap selama enam bulan.(T/P004/R05)

 

Mi’raj Ismic News Agency (MINA)

Wartawan: Admin

Editor: Rana Setiawan

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.