Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Indonesia Terus Upayakan Pembebasan WNI yang Disandera di Filipina

Admin - Kamis, 31 Maret 2016 - 14:26 WIB

Kamis, 31 Maret 2016 - 14:26 WIB

268 Views ㅤ

Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi (Foto: nasionalinfo)
Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi (Foto: nasionalinfo)

Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi (Foto: nasionalinfo)

Jakarta, 21 Jumadil Akhir 1437/31 Maret 2016 (MINA) – Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan pemerintah masih terus mengupayakan pembebasan sepuluh anak buah kapal (ABK) warga negara Indonesia yang disandera di perairan Filiphina.

“Komunikasi terakhir yang saya lakukan hari ini pukul 08.13 WIB,” kata dia, demikian keterangan pers uang diterima Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Retno mengatakan, saat ini pemerintah lebih mengutamakan keselamatan ABK yang disandera oleh kelompok Abu sayyaf sejak Sabtu (26/3) lalu.

Pihaknya mengatakan dirinya terus melakukan komunikasi dengan Menlu Filipina secara intensif dalam upaya penyelamatan ABK kapal Pandhu Brahma 12 dari Banjarmasin yang membawa batu bara menuju Manila tersebut.

Baca Juga: Indonesia Siap Jadi Tuan Rumah MTQ Tunanetra Internasional

Menlu menggarisbawahi pentingnya dukungan pemerintah Filipina untuk membebaskan kesepuluh WNI tersebut.

“Indonesia menghargai kerja sama dan dukungan yang diberikan oleh pemerintah Filipina sejauh ini,” kata dia.

Kemlu menerima informasi tersebut pada Senin (28/3) bahwa pembajakan terhadap Kapal Tunda Brahma 12 dan Kapal Tongkang Anand 12 yang berbendera Indonesia terjadi saat dalam perjalanan dari Sungai Puting Kalimantan Selatan menuju Batangas, Filipina Selatan.

Tidak diketahui persis kapan kapal dibajak karena pihak pemilik kapal baru mengetahui terjadi pembajakan pada 26 Maret 2016, saat menerima telepon dari seseorang yang mengaku dari kelompok Abu Sayyaf.

Baca Juga: Sejumlah Wilayah di Banyumas, Jateng Terendam Banjir

Saat ini, Kapal Brahma 12 sudah dilepaskan dan sudah di tangan otoritas Filipina, sementara Kapal Anand 12 dan sepuluh awak kapal WNI masih berada di tangan pembajak.

Siapa Abu Sayyaf

Abu Sayyaf, didirikan pada 1990 telah beroperasi dari pangkalan hutan terpencil di Filipina selatan, dengan bantuan akhir Al-Qaeda Osama bin Laden.

Kelompok yang dikenal dengan kekejamannya itu disalahkan atas serangkaian serangan, termasuk dalam sejarah bangsa Manila, pemboman Feri Manila Bay 2004 yang menewaskan lebih dari 100 jiwa.

Baca Juga: BNPB Pastikan Tanggap Darurat Sukabumi Berjalan Cepat dan Tepat

Kampanye AS yang dibantu melawan militan diluncurkan sekitar satu dekade lalu dianggap sukses, dengan banyak pemimpin Abu Sayyaf ditangkap atau dibunuh.

Tapi penculikan baru-baru ini, termasuk dari Kanada dan Norwegia, di daerah-daerah yang sebelumnya dianggap di luar jangkauan kelompok itu, kembali menimbulkan kekhawatiran baru.

Tahun lalu para militan memenggal kepala seorang pria Malaysia setelah menculiknya dari restoran tepi pantai di negara bagian Sabah Malaysia.

Seorang wanita Malaysia yang disandera bersama dengannya dibebaskan setelah uang tebusan yang kabarnya dibayar.

Baca Juga: Jelang Nataru, Pertamina Pastikan Stok BBM dan LPG Aman

Pemerintah Filipina telah berulang kali mengatakan ia memiliki “tidak ada kebijakan tebusan”. Tapi pihak terkait dengan asing yang disandera oleh Abu Sayyaf sering membayar untuk memenangkan pembebasan mereka.

Pada Oktober 2014 Abu Sayyaf mengklaim menerima 250 juta peso (US $ 5,3 juta) pertukaran untuk dua sandera warga Jerman yang disekap selama enam bulan.(T/P004/R05)

 

Mi’raj Ismic News Agency (MINA)

Baca Juga: Tim SAR dan UAR Berhasil Evakuasi Jenazah Korban Longsor Sukabumi

Rekomendasi untuk Anda

Asia
Palestina
Internasional
Palestina
Indonesia
Indonesia
Asia