Jakarta, 24 Safar 1437/6 Desember 2015 (MINA) – Industri halal Indonesia masih jauh tertinggal dibanding negara tetangga seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, dan Thailand.
Hal itu diungkapkan Rifda Ammarina, ketua panitia acara Indonesia Halal Bussiness, Fashion and Food Expo (IHBF) ke-5 di Jakarta, Ahad (6/112).
“Setiap tahunnya negeri ini selalu mengimpor makanan halal dari Thailand yang nilainya mencapai 5 miliar dolar Amerika. Padahal, negara tersebut bukan merupakan negara Islam dan hanya memiliki penduduk Muslim sekitar lima persen,” kata Rifda.
Industri halal memiliki pangsa pasar yang besar, diketahui bahwa jumlah penduduk Muslim dunia saat ini telah mencapai 1,67 miliar jiwa, menjadi kesempatan yang baik bagi Indonesia untuk masuk dan turut menggarap pasar itu.
Baca Juga: BPJPH Tegaskan Kewajiban Sertifikasi Halal untuk Perlindungan Konsumen
“Kenapa tidak kita garap itu? Karena pemerintah belum memulai, maka lima tahun yang lalu saya memulai. Dengan pemikiran bahwa orientasinya syiar kepada masyarakat Indonesia agar punya kesadaran tentang halal,” ujar Rifda.
Menurutnya, program itu murni untuk syiar Islam, amar maruf nahi munkar, karenanya Pemerintah Indonesia harus memasok produk halal dan syariah.
Sementara itu, bisnis keuangan di Malaysia saat ini sudah mencapai 27 persen dari total captive keuangan bank konvensional. Adapun Indonesia baru empat persen.
Jika dipandang sebagai negara berpenduduk Muslim terbanyak di dunia, pemahaman gaya hidup halal di negara ini masih jauh tertinggal dari Malaysia.
Baca Juga: BPJPH Tekankan Kembali Wajib Halal Telah Berlaku
Rifda menambahkan, gaya hidup halal dapat mencegah orang berbuat korupsi, mengonsumsi narkoba, dan menjauhi perzinahan yang saat ini mulai merebak di kalangan remaja. (L/M02/P001)
Miraj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: UMK Wajib Sertifikasi Halal 17 Oktober 2026: Bagaimana dengan Produk Luar Negeri?