Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Inflasi Pangan Bangladesh: 23,6 Juta Orang Alami Kerawanan Pangan

Rudi Hendrik Editor : Widi Kusnadi - 21 detik yang lalu

21 detik yang lalu

0 Views

Ilustrasi: beberapa buruh harian sedang makan di Gabtoli di Dhaka. (Foto: Dhaka Tribune)

Dhaka, MINA – Inflasi pangan yang tinggi, mata uang nasional yang lemah, dan cadangan mata uang asing yang rendah, mrmbuat Bangladesh menyaksikan lebih banyak orang mengalami kerawanan pangan akut selama tiga bulan terakhir.

Menurut laporan Januari oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), jumlah orang di Bangladesh yang menghadapi kerawanan pangan akut tingkat tinggi melonjak tujuh juta, mencapai 23,6 juta pada Desember tahun lalu, dibandingkan dengan 16,5 juta selama periode April–Oktober 2024.

Dengan kata lain, saat ini, satu dari tujuh orang Bangladesh hidup dalam kerawanan pangan akut. Demikian Dhaka Tribune melaporkan.

Dalam laporan singkat negara terbarunya tentang Bangladesh, Sistem Informasi dan Peringatan Dini Global tentang Pangan dan Pertanian (GIEWS) juga memperingatkan, negara itu mungkin menghadapi tantangan dalam memenuhi sekitar 8,3 juta ton kebutuhan impor pangan tahun ini karena cadangan mata uang asingnya yang rendah dan mata uang nasional yang lemah.

Baca Juga: Hari Pertama Menjabat, Trump Langsung Batalkan Sanksi terhadap Pemukim Israel

GIEWS yang didirikan setelah krisis pangan pada awal tahun 1970-an, merupakan program FAO yang terus memantau dan melaporkan pasokan dan permintaan pangan di seluruh dunia. Program ini berfungsi sebagai sumber informasi utama tentang produksi pangan dan ketahanan pangan di tingkat nasional, regional, dan global.

GIEWS menghubungkan kondisi ketahanan pangan yang memburuk di Bangladesh dengan dampak negatif banjir, Siklon Remal, dan inflasi pangan yang terus-menerus tinggi.

Bangladesh mengalami banjir berulang tahun lalu dan Siklon Remal, yang diperkirakan telah memengaruhi sekitar 19 juta orang dan menyebabkan kerugian besar pada tanaman, ternak, stok pangan, dan infrastruktur pertanian. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Trump Tarik AS dari WHO

Rekomendasi untuk Anda