London, 23 Rabiul Akhir 1428/22 Maret 2017 (MINA) – Inggris menyusul Amerika Serikat (AS) dalam menerapkan larangan membawa laptop di dalam kabin untuk penerbangan dari enam negara Timur Tengah (Timteng) dan Afrika Utara.
Larangan atas peralatan elektronik yang lebih besar dari telepon pintar ini diberlakukan sebagai tindakan berjaga-jaga dalam upaya antiteroris, BBC melaporkannya yang dikutip MINA.
Pemerintah di London mengambil keputusan beberapa jam setelah larangan yang diterapkan AS mulai Selasa (21/3), namun dengan perbedaan maskapai penerbangan.
Kantor Perdana Menteri Inggris mengatakan penumpang 14 maskapai penerbangan tidak boleh membawa laptop di dalam kabin untuk penerbangan langsung dari Turki, Libanon, Yordania, Mesir, Tunisia, dan Arab Saudi.
Baca Juga: Trump: Rakyat Suriah Harus Atur Urusan Sendiri
Sementara menurut Financial Times – yang mengutip pejabat pejabat AS, larangan yang diterapkan Washington untuk penerbangan dari delapan negara Timur Tengah, termasuk Mesir, Yordania, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.
“Langkah-langkah keamanan tambahan dapat menyebabkan sejumlah gangguan bagi penumpang dan penerbangan, dan kami memahami frustrasi yang muncul akibat kebijakan ini, namun prioritas utama kami akan selalu menjaga keselamatan warga Inggris,” kata juru bicara perdana menteri Inggris dalam sebuah pernyataan.
“Keputusan untuk mengubah rezim keamanan penerbangan kami tidak pernah dianggap enteng,” tambah pernyataan itu.
“Kami tidak akan ragu-ragu bertindak demi menjaga keamanan masyarakat umum yang bepergian dan kami akan bekerja sama dengan mitra internasional kami untuk meminimalkan setiap gangguan yang ditimbul akibat langkah-langkah baru ini,” uajrnya.
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan
Perangkat yang panjangnya lebih dari dari 16cm dan lebar 9.3cm akan dilarang dalam kabin pesawat dan harus disimpan di kargo.
Kanada Akan Menyusul
Sementara tetangga AS, Kanada, mengatakan sedang mempertimbangkan untuk melarang elektronik pribadi dalam kabin penerbangan dari Turki, Timur Tengah, dan Afrika Utara, mengikuti jejak Wasington dan London, Selasa.
“Kami mempelajari informasi yang telah disampaikan kepada kami, kami akan mengkaji dengan hati-hati dan melakukan diskusi dengan rekan-rekan kami,” kata Menteri Perhubungan Marc Garneau.
Baca Juga: Parlemen Brasil Keluarkan Laporan Dokumentasi Genosida di Gaza
“Informai (ancaman),” katanya, “telah disampaikan kepada kami oleh masyarakat intelijen lainnya,” ia menambahkan.
AS, Inggris, Kanada, secara rutin berbagi informasi intelijen – termasuk terkait ancaman terorisme – sebagai bagian dari aliansi pengumpulan data intelijen Five Eyes (lima mata). Aliansi Five Eyes terdiri dari AS, Inggris, Kanada, Australia, dan Selandia Baru. (T/R11/R01)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Bank dan Toko-Toko di Damaskus sudah Kembali Buka