Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA
Jika tulisan sebelumnya disebutkan ketaatan dan kesetiaan merupakan salah satu rahasia untuk membahagiakan suami, maka rahasia selanjutnya adalah sebagai berikut.
Ketujuh, memenuhi permintaan suami. Suami mana yang tidak akan merasa nyaman dan senang, jika melihat istrinya selalu memenuhi permintaannya. Permintaan yang dimaksud disini tentu bukan saja permintaan untuk melayani kebutuhan biologisnya semata.
Permintaan yang dimaksud juga tentu saja permintaan yang tidak menyelisihi Qur’an dan Sunnah. Selama permintaan suami itu bisa dilakukan dan tidak menyelisihi Allah dan Rasul-Nya, maka wajib bagi seorang istri yang baik untuk memenuhinya. Dalam Islam, suami adalah pemimpin keluarga. Sementara istri adalah penyokong dan kosultan bagi suaminya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-25] Tentang Bersedekah Tidak Mesti dengan Harta
Kedelapan, jika suami marah, buatlah dirinya merasa lega. Berusahalah mengalah jika hal itu bukan prinsip. Hindari dan jangan membuatnya marah berkelanjutan. Berdamailah dengan kelakukannya yang mungkin terkadang membuat Anda merasa kesal. Sikapi semua keburukannya dengan sabar. Nasehati bila marahnya masih berkepanjangan.
Namun, jika Anda sudah ‘menjinakkannya’ ia masih saja marah, maka sebaiknya lakukanlah hal-hal berikut ini. Pertama, jika Anda bersalah dan melakukan kekeliruan, maka mintalah maaf kepadanya. Atau sebaliknya jika Anda merasa benar, dan suami yang salah, tapi ia tidak merasa bersalah, maka tidak mengapa Andalah yang merebut kesalahan itu. Artinya, Anda harus berjiwa besar meminta maaf kepadanya, walaupun sebenarnya suami itu sebenarnya juga tahu bahwa dia yang salah. Namun, karena egonya, ia gengsi memulai meminta maaf.
Atau sebaliknya, sikap yang harus Anda lakukan adalah tenang, jika dia yang melakukan kesalahan. Jangan mengritiknya dengan pedas, mendebat, menentang, atau bahkan berteriak. Tunggulah sampai kemarahannya mereda, lalu diskusikan segala sesuatunya secara damai.
Lalu, jika dia marah dikarenakan faktor-faktor eksternal, maka ada baiknya Anda diam, sampai kemarahannya sirna. Lalu tanyakan kepadanya apa yang membuatnya marah; apakah kelelahan, problem di tempat kerja, ada orang yang menghinanya, dan lain sebagainya. Jangan pula Anda banyak bertanya, tapi fokuslah pada apa-apa yang membuatnya marah. Anda bisa bertanya kepadanya, “Kamu harus memberitahu kepadaku apa yang terjadi?”, “Aku harus tahu apa yang membuatmu marah?”, atau “Kamu membunyikan sesuatu, dan aku punya hak untuk tahu apa itu”. Tanyakan dengan nada yang penuh dengan kelembutan.
Baca Juga: Tafsir Surat Al-Fatihah: Makna dan Keutamaannya bagi Kehidupan Sehari-Hari
Kesembilan, menjaga diri ketika suami tidak ada. Sudah seharusnya seorang istri menjaga diri ketika suaminya tidak ada di rumah. Bahkan ia juga wajib menjaga semua harta suaminya, termasuk menjaga anak-anaknya. Bukan sebaliknya malah ikut keluar rumah juga dengan menggosip sana sini. Tentu saja bukan hal yang baik jika seorang istri tak mampu menjaga dirinya saat suaminya tidak ada di sisinya.
Setidaknya ada beberapa hal yang harus seorang istri jaga saat suaminya tiada di rumah. Pertama, seorang istri harus menjaga dirinya dari segala hubungan yang diharamkan. Kedua, seorang istri harus mampu menjaga setiap rahasia keluarga, terutama berkaitan dengan hubungan suami istri tersebut. Ketiga, seorang istri harus mampu menjaga dan merawat rumah juga merawat anak-anak.
Keempat, seorang istri harus bisa menjaga uang dan segala harta benda suaminya. Bukan malah berfoya-foya dengan membeli segala sesuatu yang sejatinya tidak urgen. Kelima, jangan sekali-kali keluar rumah tanpa izin suami, dan tanpa mengenakan hijab (jilbab) yang sesuai dengan syariat. Keenam, tolak kehadiran orang-orang yang tidak disenangi suami, jangan biarkan mereka masuk ke dalam rumah ketika suami tidak ada. Ketujuh, jangan biarkan laki-laki non-mahran berduaan dengan Anda di mana pun. Insya Allah, jika hal-hal di atas bisa dilakukan seorang istri, maka akan selamatlah rumah tangganya dari gangguan setan.
Kesepuluh, tunjukkan rasa hormat kepada keluarga dan teman-temannya. Sebagai istri, Anda jangan hanya menghormati suami Anda, tapi juga hormatilah keluarga dan teman-teman suami Anda juga. Tentu saja yang utama adalah hormati juga kedua orang tuanya yang nota bene adalah ayah ibu mertua Anda.
Baca Juga: Tak Perlu Khawatir Tentang Urusan Dunia
Sebisa mungkin perlakukan mereka dengan akhlak yang mulia. Usahakan Anda harus mampu menghindari masalah dengan para kerabatnya. Anda harus menghindari memojokkan suami Anda ke posisi di mana dia harus memilih antara ibu dan istrinya secara dilematis.
Tunjukkan bahwa Anda seorang istri shalehah. Keramahtamahan Anda kepada tamu-tamunya, dengan cara menyiapkan tempat yang menyenangkan kepada mereka untuk duduk, menyajikan makanan yang paling baik, menyambut istri-istri sahabat suami Anda dan saudara-saudaranya, dan lain sebagainya.
Motivasi suami Anda agar secara rutin bersilaturahim ke kerabat dan keluarganya, agar mereka juga mengunjungi rumah Anda. Telponlah orangtua suami Anda, kakak-kakak dan adik-adiknya; kirimi mereka surat, beri mereka hadiah, bantu mereka ketika terkena musibah, dan masih banyak akhlak mulia lainnya yang bisa Anda lakukan. Sekali lagi, Anda jangan hanya bisa berbuat baik kepada suami Anda, tapi yang tak kalah penting juga berbuat baiklah yang serupa kepada keluarga dan sahabat-sahabat suami Anda.
Kesebelas, kecemburuan yang terpuji. Betapa banyak rumah tangga yang berantakan dan berujung perpisahan karena seorang istri yang cemburu buta. Bukankah Anda akan menyesal jika pada akhirnya harus berpisah dengan suami dan anak-anak hanya karena kebodohan Anda yang menebar rasa buruk sangka alias cemburu buta? Maka cerdaslah dalam rasa cemburu itu.
Baca Juga: [Hadits Al-Arbain ke-24] Tentang Haramnya Berbuat Zalim
Memang, kecemburuan merupakan indikasi cinta dan sayangnya seorang istri kepada suaminya, tapi tetap harus dalam batas-batas koridor ajaran Islam. Dengan kata lain, Anda boleh saja cemburu, tapi jangan sampai kecemburuan Anda diiringi dengan caci-maki atau ghibah kepada orang lain.
Jangan mengikuti atau mengikuti prasangka setan yang membuat Anda penuh keraguan tidak mendasar di dalam diri terkait suami. Bersikaplah bijaksana, bukan bajak sana bajak sini. Hantam sana hantam sini. Bersikap tabayyun tentu jauh lebih selamat daripada harus mengumbar cemburu buta.
Keduabelas, kesabaran dan dukungan emosional. Jadilah seorang istri yang siap mental, siap spiritual untuk menghadapi situasi yang kemungkian bisa saja terjadi. Situasi yang dimaksud tentu saja situasi yang membuat akal dan hati menjadi terguncang karena pedihnya ujian itu. Bersiap dan bersabarlah ketika Anda suami mengalami ujian kekurangan harta benda.
Bersabar juga ketika Anda dan suami menghadapi keadaan-keadaan yang menegangkan. Bersabarlah ketika musibah atau malapetaka menimpa Anda, suami, anak-anak, kerabat, atau harta benda Anda, baik musibah penyakit, kecelakaan, kematian, dan lain-lain.
Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari
Bersabarlah ketika suami Anda menerima tantangan dan rintangan dalam berdakwah (seperti diintimidasi, disiksa, dipenjara, atau bahkan dibunuh). Dukung dan kuatkan selalu suami Anda agar senantiasa berada di atas rel ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Ingatkan selalu suami Anda akan Surga yang dijanjikan Allah bagi orang-orang bertauhid lurus.
Jika suami Anda memperlakukan Anda secara tidak baik, maka bersabarlah dan balaslah perlakuan buruknya dengan perlakuan baik. Bisa jadi perlakukan buruknya itu merupakan ujian dari Allah untuk melihat keimanan Anda. Jangan sesekali menyelesaikan masalah yang hanya bersandar pada akal dan perasaan. Ingat, solusi penyelesaian masalah yang terbaik bagi setiap rumah tangga muslim adalah kembali keapada al Qur’an dan as Sunnah.
Ketigabelas, mendukung suami untuk taat kepada Allah, berdakwah, dan berjihad fi sabilillah. Sejalan dan seiringlah dengan suami Anda untuk menggapai surga Allah dengan melakukan berbagai amal ibadah baik yang wajib maupun yang sunnah.
Dorong suami Anda untuk istikomah shalat tahajjud. Ajak ia untuk membaca al Qur’an dengan rutin dan memahami makna serta tafsirnya. Jangan biarkan suami Anda selalu ‘memeluk’ gadgetnya. Ingatkan ia bahwa al Qur’anlah kelak yang akan menerangi kubur setiap orang yang meninggal bukan gadget.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23] Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran
Selanjutnya, ajaklah suami Anda untuk mendengarkan ceramah-ceramah keislaman yang bisa menjadi wasilah tumbuhnya semangat untuk belajar agama. Berzikirlah secara bersama dengan suami Anda, agar Allah senantiasa mengingat Anda dan suami. Pelajarilah hukum-hukum Islam yang berkait dengan kemuslimahan.
Dukunglah aktivitas suami dengan memberinya berbagai opini bijak, dan redakanlah rasa sakitnya. Luangkanlah waktu Anda untuk melakukan dakwah bersama suami. Beri motivasi suami Anda untuk pergi berjihad, jika memang diharuskan dan kondisi memungkinkan. Ingatkan dia bahwa ketika dia berjihad, maka Anda dan anak-anak akan dijaga oleh Allah.
Keempatbelas, merawat rumah dengan baik. Upayakan agar rumah selalu bersih dan tertata dengan baik. Ubahlah tata letak barang-barang di rumah Anda dari waktu ke waktu untuk menghindari kebosanan. Pelajari semua skill bagaimana mengatur pemeliharaan rumah dengan nyaman. Pelajari bagaimana merawat anak-anak secara baik berdasarkan ajaran Islam.
Karena anak-anak Anda dilahirkan bukan sekedar menjadi manusia biasa, maka bertekadlah untuk belajar bagaimana cara mendidik dan merawat anak sesuai syariat Islam. Perbanyaklah menuntut ilmu parenting, baca buku-buku bagaimana cara mendidik anak agar tumbuh menjadi anak-anak yang sholeh, cerdas dan berdaya guna.
Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga
Kelimabelas, mengatur keuangan keluarga. Belajarlah bagaimana menggunakan uang belanja sebaik mungkin. Jangan pernah membelanjakan uang suami, bahkan untuk sedekah sekalipun tanpa meminta izin darinya. Rawatlah rumah, kendaraan, dan barang-barang pribadi suami, ketika dia tidak ada di rumah.
Upayakan agar anak-anak senantiasa ada dalam kondis bersih, rapih, terawat, berpendidikan, berakhlak baik, dan lain sebagainya. Ajarkan kepada mereka prinsip-prinsip Islam yang luhur; ceritakan juga kisah-kisah para nabi, sahabat Rasul, serta orang-orang shaleh terdahulu.
Insya Allah jika beberapa hal di atas bisa dilakukan seorang istri kepada suaminya, maka berbahagialah seorang suami, wallahua’lam. (A/RS3/RI-1)
Baca Juga: Akhlak Mulia: Rahasia Hidup Berkah dan Bahagia
Mi’raj News Agency (MINA)