Jakarta, MINA – Terkait rubuhnya sejumlah konstruksi jalan layang yang dikerjakan BUMN konstruksi, PT Waskita Karya (Persero) akan melibatkan para pakar untuk memastikan penyebab insiden tersebut.
“Beberapa insiden tersebut mengingatkan kepada kita bahwa harus hati-hati menjalankan SOP (Standard Operating Procedure), dan juga dari faktor-faktor yang mungkin selama ini kita lalai memperhitungkan,” ujar Direktur Operasi II PT Waskita Karya (Persero) Nyoman Wirya Adnyana kepada MINA, Kamis (22/2).
Nyoman mencontohnya, para kontraktor ketika memasang girder harus menghitung kecepatan angin di lokasi.
“Pada saat kita melaksanakan (memasang) menggunakan crane. Gerakannya harus seirama kiri dan kanan. Begitu tidak seirama ini sudah menimbukan satu masalah sendiri. Jadi harus smooth sekali,” urai Direktur Waskita Karya.
Baca Juga: Fun Run Solidarity For Palestine Bukti Dukungan Indonesia kepada Palestina
Menurut Nyoman dalam memasang konstruksi girder jalan layang ini merupakan model non-standar. Untuk girder non-standar panjangnya 50,8 meter tingginya 2,3 meter dengan lebar 75 cm, secara desain memang cukup langsin sehingga faktor angin juga mesti menjadi pertimbangan.
“Kami mereview kembali memanggil para expert untuk menyatakan sebenarnya apa yang terjadi sehingga dilakukan kajian. Dan itu ternyata itu butuh waktu tiga bulan untuk memastikan sebenarnya apa yang terjadi,” jelasnya.
Direktur Waskita Karya menerangkan girder itu harus menjadi pemangku penautan sehingga tidak gampang terjadi ekstremisitas. Kemudian yang kedua, ternyata memang titik angkatnya tidak bisa disamakan dengan yang standar. (L/R06/R01)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: KNEKS Kolaborasi ToT Khatib Jumat se-Jawa Barat dengan Sejumlah Lembaga