Jakarta, MINA – Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyebut saat ini investasi perusahaan Indonesia di Tunisia mencapai lebih dari 1 triliun rupiah (US$100 juta) di bidang minyak dan gas (migas).
Hal itu disampaikan Retno kepada Menlu Tunisia Khemaies Jhinaoui pada Sidang Komisi Bersama (SKB) Indonesia-Tunisia ke-10, Selasa (2/10).
Sementara itu, nilai perdagangan kedua negara yang mencapai sekitar US$ 63 juta pada semester pertama 2017, dipandang kedua Menlu belum merefleksikan potensi kedua negara. Dalam kaitan ini keduanya sepakat mengambil langkah guna mengurangi berbagai hambatan perdagangan.
Menlu juga meminta perhatian Pemerintah Tunisia untuk memberikan dukungan dan menciptakan kondisi kondusif bagi perusahaan Indonesia yang melakukan investasi di Tunisia. Retno menyampaikan adanya ketertarikan dari perusahaan Indonesia lainnya untuk melakukan kerja sama di industri pupuk.
“Hubungan sejarah dan politik yang kuat Indonesia dan Tunisia menjadi fondasi yang kokoh untuk mengembangkan potensi dan kerja sama ekonomi,” tegas Retno.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Pertemuan SKB Indonesia-Tunis dilaksanakan back-to-back dengan pertemuan Bali Democracy Forum (BDF) pertama diluar Bali, yaitu BDF-Chapter Tunis.
Lebih lanjut, Kedua Menlu sepakat untuk meningkatkan kerja sama di bidang penanggulangan terorisme, termasuk di dalam konteks kerja sama inteligen, pencegahan pendanaan bagi terorisme, penanganan foreign terrorist figthers (FTF), serta program diradikalisasi dan dialog interfaith. Dalam kaitan ini, kedua Menlu sepakat untuk mendorong agar segera diselesaikannya MoU mengenai kerja sama penanggulangan terorisme.
Menutup SKB, kedua Menlu sepakat untuk meningkatkan kerja sama teknis dan pengembangan kapasitas kedua negara. Retno menyampaikan, Indonesia telah melakukan 11 program kerja sama teknis yang diikuti oleh 34 peserta dari Tunisia di berbagai bidang seperti, water management, micro-financing, demokrasi, manajemen pemilu, anti-corruption dan good governance.
Dalam kunjungannya ke Tunisia, Retno juga melakukan kunjungan kehormatan kepada Perdana Menteri Tunisia Youssef Chahed pada Selasa (2/10). Dalam pertemuan tersebut, kerja sama ekonomi menjadi fokus pembahasan.
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Menlu Retno dalam pertemuan menyampaikan berbagai tantangan yang didahapi perusahaan Indonesia yang melakukan investasi di Tunisia.
Selain PM Tunisia, Retno juga melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden Republik Tunisia, Beji Caid Essebsi (3/10). Dengan Presiden Tunisia, Retno membahas kerja sama memajukan Demokrasi, moderasi dan pemberdayaan perempuan termasuk dalam kerangka Bali Democracy Forum (BDF).
Selain itu, juga dibahas peningkatan kerja sama Indonesia dan Tunisia bersama negara-negara Islam termasuk dalam kerangka OKI, yang bertujuan untuk meningkatkan umat Islam. Diakhir pertemuan Menlu RI menyampaikan pentingnya untuk meningkatkan kerja sama ekonomi dan mengharapkan Pemerintah Tunisia dapat terus menciptakan kondisi kondusif bagi perusahaan Indonesia yang melakukan investasi di Tunisia.
Hubungan bilateral Indonesia dan Tunisia terjalin baik, sejak sebelum kemerdekaan Tunisia. Tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan Tunisia hadir pada Konferensi Asia-Afrika pada tahun 1955, dan Presiden Soekarno mengizinkan dibukanya kantor perjuangan kemerdekaan Tunisia di Jakarta.
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan
Indonesia membuka Kedutaan Besar di Tunis pada tahun 1960, yang sekaligus menandai pembukaan hubungan diplomatik antara kedua negara. Kedutaan Besar Tunisia di Jakarta dibuka pada tanggal 14 Oktober 1987. Nilai perdagangan kedua negara pada tahun 2016 mencapai US$ 60.7 juta dan US$ 77.1 juta pada tahun 2015. Jumlah WNI di Tunisia sebanyak 138 orang, sebagian besar adalah pelajar/mahasiswa sebanyak 73 orang.
(R/RE1/RS3)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: KBRI Damaskus Evakuasi 37 WNI dari Suriah