Baghdad, MINA – Irak mengeksekusi dengan cara menggantung tiga orang yang didakwa terlibat dalam pengeboman kendaraan yang menewaskan lebih dari 300 orang dan melukai ratusan lainnya di Bagdad tujuh tahun lalu, Perdana Menteri Irak Mohammad Shia Al-Sudani mengatakannya, Senin (28/8).
Pada tahun 2016, sebuah mobil mengguncang Baghdad ketika warga sedang menikmati malam mereka dengan berjalan-jalan di pusat perbelanjaan di Karada selama bulan suci Ramadhan.
Peristiwa ini merupakan pengeboman paling dahsyat di Irak sejak invasi pimpinan AS pada tahun 2003.
Saat itu, ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan teroris tersebut. Menteri Dalam Negeri saat itu Mohammed Ghabban mengundurkan diri setelah pembantaian tersebut.
Baca Juga: Erdogan Umumkan ‘Rekonsiliasi Bersejarah’ antara Somalia dan Ethiopia
Perdana Menteri Al-Sudani mengatakan, eksekusi hukum gantung tersebut dilakukan pada Senin atau Ahad, tanpa mengungkapkan identitas mereka yang dieksekusi. Al Mayadeen melaporkan.
Mengutip sumber pemerintah, kantor berita Prancis melaporkan bahwa dalang pengeboman tersebut, Ghazwan al-Zawbaee, yang ditahan dan dipindahkan ke Irak pada tahun 2021, termasuk di antara tiga orang yang digantung.
Keluarga mereka diberitahu bahwa “hukuman mati yang sah” telah dijatuhkan terhadap “tiga penjahat utama yang dinyatakan bersalah atas keterlibatan mereka dalam pengeboman teroris,” kata kantor Al-Sudani.
ISIS memproklamirkan kekhalifahannya pada tahun 2014 di Suriah dan Irak. Kekhalifahan pada akhirnya dikalahkan melalui upaya bersama kelompok perlawanan regional. Namun, organisasi teroris tersebut memiliki sel-selnya di Suriah dan Irak.
Baca Juga: Trump: Rakyat Suriah Harus Atur Urusan Sendiri
Pada 11 Agustus 2016, mantan Presiden AS Donald Trump mengatakan, Amerika Serikat (khususnya mantan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton dan mantan Presiden Obama) adalah pencipta organisasi teroris.
Salah satu pembantaian paling mengerikan yang dilakukan oleh kelompok ISIS terjadi pada tahun 2014, ketika 2.000 pelajar militer dibunuh secara massal di Akademi Angkatan Udara Militer Speicher di Tikrit, Irak, dalam peristiwa yang bisa digambarkan sebagai pertumpahan darah. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah