Jakarta, MINA – Prakarsa Lintas Agama untuk Pelestarian Hutan (Interfaith Rainforest Initiative/IRI) Indonesia terus berkomitmen untuk mengarusutamakan nilai-nilai yang mendukung pelestarian hutan hujan tropis dan perlindungan masyarakat adat sebagai garda depan yang menjaga hutan.
Fasilitator Nasional IRI Indonesia Dr. Hayu Prabowo, mengatakan, gerakan yang diinisiasi IRI ini sebagai perwujudan dari solidaritas umat beragama di Indonesia untuk menyelamatkan hutan tropis dan melindungi masyarakat adat.
“IRI menjadi wadah bagi para pemimpin dan komunitas agama untuk bekerja bahu-membahu dengan masyarakat adat, pemerintah, masyarakat sipil, dan dunia usaha dalam aksi-aksi yang melindungi hutan tropis serta melindungi mereka yang berperan sebagai penjaganya,” ujar Hayu kepada MINA, Kamis (2/5).
Dia mengatakan, sebagai aliansi internasional lintas agama yang membawa pengaruh moral dan kepemimpinan berbasis agama untuk mengakhiri penggundulan hutan tropis, dalam perjalanannya, IRI mengusung tiga program utama, yaitu melalui peningkatan kesadaran dan pengetahuan umat, melakukan advokasi, serta melakukan aksi nyata.
Baca Juga: Terakreditas A, MER-C Training Center Komitmen Gelar Pelatihan Berkualitas
“Dalam rangka merealisasikan tiga tujuan utama tersebut, IRI Indonesia melaksanakan program Webinar bulanan yang diadakan rutin sebagai bagian dari upaya berbagi informasi, tukar pikiran, konten media, dan bentuk komunikasi kepada masyarakat,” ucap Hayu.
Program yang diselenggarakan secara online melalui berbagai platform media ini bertujuan untuk menjadi sarana efektif dalam menjangkau berbagai target audiens melalui berbagai kanal platform sharing media.
Pada Webinar Seri Ketiga yang digelar Senin (29/4) lalu, IRI Indonesia menghadirkan pembicara Tokoh Agama Khonghucu Ws. Mulyadi Liang, yang menyampaikan materi dengan tema “Menghormati Keseimbangan Alam, Etika dalam Konservasi dan Menjaga Lingkungan Hutan Tropis.”
Dalam kesempatan tersebut, Mulyadi mengatakan, sebagai umat beragama penting bagi kita untuk memahami peran manusia dalam menjaga keseimbangan alam melalui berbagai konsep.
Baca Juga: Tiba di Inggris, Presiden Prabowo Hadiri Undangan Raja Charles III
“Kita juga mempunyai peran memberi pengetahuan kepada seluruh manusia bahwa memuliakan alam tidak hanya mencakup upaya berbentuk konservasi dan pelestarian, tetapi juga membutuhkan penghormatan terhadap keberagaman hayati, kearifan lokal, dan pembangunan hubungan berkelanjutan antara manusia dan alam,” pungkasnya.
Indonesia memiliki hutan hujan tropis seluas lebih dari 90 juta hektare dan menempati posisi ketiga terbesar di dunia setelah Brazil dan Republik Demokratik Kongo.
Hutan diyakini merupakan rumah penting bagi keanekaragaman hayati yang hidup di dalamnya, dan memberikan banyak manfaat bagi kita, terlebih bagi masyarakat adat yang hidup di sekitar hutan.
Secara alami, hutan memberikan manfaatnya kepada manusia. Hutan menjadi penyedia berbagai kebutuhan seperti sumber pangan, papan, sandang, maupun obat-obatan, hingga menjaga keseimbangan ekosistem dan mendinginkan Bumi.
Baca Juga: Syubban Jambi Kibarkan Bendera Palestina di Puncak Gunung Dempo
Tak hanya itu, lahan gambut di daratan Indonesia menyimpan 35 miliar ton karbon yang berkontribusi besar terhadap penyerapan emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim.
Sayangnya, di saat yang bersamaan Indonesia juga merupakan penyumbang emisi terbesar ketiga di dunia setelah Amerika dan Tiongkok.
Data menunjukkan bahwa 85 persen profil emisi yang dihasilkan negara ini berasal dari degradasi dan hilangnya hutan juga lahan gambut.
Hal ini kian menunjukkan bahwa upaya bersama untuk melindungi hutan di Indonesia penting untuk digalakkan oleh berbagai pihak, termasuk bagi umat beragama.
Baca Juga: Ulama Palestina: Ujian Pertama untuk Bebaskan Al-Aqsa adalah Shubuh Berjamaah
Mi’raj News Agency (MINA)