Washington, 30 Dzulhijjah 1435/24 Oktober 2014 (MINA) – Departemen Keuangan Amerika Serikat mengatakan, Kamis (23/10), kelompok militan ISIS yang menguasai sebagian Irak dan Suriah, meningkatkan penjualan minyak ilegalnya sebesar US$ 1 juta (Rp 12,2 milyar) per hari.
David Cohen, Sekretaris Departemen Keuangan untuk intelijen keuangan dan terorisme mengatakan di Washington, departemen memperkirakan kelompok ISIS memiliki pendapatan dari penjualan minyak sejak pertengahan Juni.
Selain itu, ISIS masih berhasil mengumpulkan sekitar AS $ 20 juta dari pembayaran tebusan sandera pada tahun 2014 ini, Anadolu Agency yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA) melaporkan.
“Mengecualikan beberapa organisasi teroris yang disponsori suatu negara, ISIS mungkin adalah organisasi teroris terbaik yang telah kita hadapi,” katanya Cohen.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
ISIS telah menguasai berbagai fasilitas minyak yang disitanya di Suriah dan Irak.
Cohen mengatakan, ISIS menjual minyak dengan harga diskon melalui perantara. Sebagian dijual ke bangsa Kurdi di Irak yang kemudian menjualnya kembali kepada pembeli di Turki.
Namun dia menambahkan, mitra regional AS, termasuk Turki dan Pemerintah Daerah Kurdistan bertekad untuk menghentikan aliran minyak ISIS yang melintasi perbatasan mereka.
Menurutnya, ada indikasi baik dari penargetan koalisi pimpinan AS pada infrastruktur minyak ISIS yang telah mulai merusak kemampuan mereka mengumpulkan dana dari penyelundupan minyak.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Komando Sentral AS mengatakan dalam sebuah pernyataan Kamis, pesawat tempur AS menghancurkan tangki minyak yang dikuasai ISIS di kota Suriah Deir ez-Zor, dan menghancurkan posisi pertempuran mereka di selatan kota Irak Beyji, tempat sebuah kilang besar.
Namun jika serangan udara pimpinan AS berhasil mengakhiri penyelundupan minyak, militan masih memiliki banyak aliran dana lainnya, termasuk perdagangan seks, tuding Cohen.
“Mereka merampok bank. Mereka memanfaatkan barang bekas peradaban ribuan tahun di Irak dan Suriah dengan penjarahan dan menjualnya sebagai barang antik. Mereka mencuri ternak dan tanaman dari petani. Dan mereka menjual perempuan dan gadis-gadis yang diculik sebagai budak seks,” kata Cohen. (T/P001/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata