Libiya, MINA – Produksi minyak Libya telah mencapai 1 juta barel per hari (bpd) untuk pertama kalinya dalam dua bulan, setelah sebelumnya terganggu oleh masalah keamanan dan teknis.
Negara di Afrika Utara ini, yang memiliki cadangan minyak terbesar di Afrika, mengalami ketidakstabilan produksi dalam beberapa tahun terakhir akibat ketidakstabilan politik dan masalah infrastruktur. Memo melaporkan, Selasa (8/10).
Peningkatan ini mencerminkan upaya Perusahaan Minyak Nasional (NOC) untuk menstabilkan produksi di tengah situasi politik yang tidak menentu.
Produksi yang kembali ke 1 juta bpd adalah bagian dari usaha Libya untuk meningkatkan output minyak, yang sangat penting bagi ekonomi negara, menyumbang hampir semua pendapatan ekspor.
Baca Juga: Warga Palestina di Luar Negeri: Jaga Persatuan Suriah
Dampak global
Kenaikan produksi Libya dapat mempengaruhi harga minyak global, terutama jika mereka dapat mempertahankan atau meningkatkan produksi ini.
Sebagai anggota OPEC, fluktuasi produksi Libya menjadi perhatian bagi pasar global, terutama di masa ketidakpastian pasar dan perubahan geopolitik.
Jika Libya bisa konsisten memproduksi lebih dari 1 juta bpd, ini dapat meningkatkan posisinya sebagai pengekspor minyak yang penting, meskipun banyak bergantung pada stabilitas politik dan keamanan.
Baca Juga: Yordania Kecam Upaya Israel Duduki Wilayah Suriah
Industri minyak Libya sering mengalami pemberhentian mendadak dan pemulihan cepat akibat serangan, pemogokan pekerja, dan pemadaman listrik.
NOC berkomitmen untuk meningkatkan produksi dan berinvestasi dalam pemeliharaan dan infrastruktur.
Namun, analis industri tetap berhati-hati terhadap stabilitas jangka panjang produksi Libya, karena konflik atau masalah teknis bisa kembali menghambat output.
Tonggak ini dianggap positif untuk ekonomi Libya, memberikan harapan untuk pendapatan dan stabilitas di tengah tantangan yang ada.[]
Baca Juga: Penjajah Israel Nyatakan Suriah sebagai Front Pertempuran Keempat
Mi’raj News Agency (MINA)