Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ISLAM AGAMA KASIH SAYANG BUKAN TERORISME

Ali Farkhan Tsani - Selasa, 17 November 2015 - 20:28 WIB

Selasa, 17 November 2015 - 20:28 WIB

880 Views

Ali Farkhan Tsani

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Da’i Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, Indonesia

Di antara salah satu ajaran Islam yang mulia adalah tentang rahma atau kasih sayang.

Salah satu ayat Al-Quran menyebutkan:

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ ٱلْكِتَـٰبَ تِبْيَـٰنًۭا لِّكُلِّ شَىْءٍۢ وَهُدًۭى وَرَحْمَةًۭ وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ

Artinya: “Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS An-Nahl [16]: 89).

Allah juga berfirman pada ayat lain:

طه ﴿١﴾ مَآ أَنزَلْنَا عَلَيْكَ ٱلْقُرْءَانَ لِتَشْقَىٰٓ ﴿٢(

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Artinya: “Thaahaa. Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah.” (QS Thaahaa [20]: 1–2).

Ahli Tafsir Imam Qatadah mengatakan bahwa tidaklah Allah menjadikan Al-Qur’an untuk membuat kesusahan, melainkan sebagai rahmat (kasih sayang), cahaya, dan petunjuk menuju kebahagiaan surga.

Ini karena ajaran Islam yang terkandung di dalam Al-Qur’an berisi nilai-nilai yang indah, baik dalam aqidah, ibadah, akhlak, ekonomi, sosial, dan semua aspek kehidupan hamba-hamba-Nya.

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sendiri Allah utus adalah untuk menjadi rahmat bagi alam semesta, seperti dalam firman-Nya:

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

وَمَآ أَرْسَلْنَـٰكَ إِلَّا رَحْمَةًۭ لِّلْعَـٰلَمِينَ

Artinya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (QS Al-Anbiyaa’ [21]: 107).

Rahmat, secara bahasa artinya kelembutan yang berpadu dengan rasa iba (Lihat Lisaanul Arab, Ibnul Mandzur). Dengan kata lain rahmat dapat diartikan dengan kasih sayang. Jadi, diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah bentuk kasih sayang Allah kepada seluruh manusia.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam Tafsir Ibnul Qayyim menyebutkan, makna rahmat adalah bahwa semesta secara umum mendapat manfaat dengan diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Demikan pula orang-orang yang mengikuti Nabi, meraih kemuliaan di dunia dan akhirat sekaligus.

Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat

Selain itu, orang-orang kafir yang memerangi beliau sekalipun, mendapatkan manfaat yang mereka dapatkan yaitu, dengan disegerakannya maut bagi mereka, itu lebih baik bagi mereka. Karena hidup mereka hanya akan menambah kepedihan adzab kelak di akhirat. Kebinasaan telah ditetapkan bagi mereka. Sehingga, dipercepatnya ajal lebih bermanfaat bagi mereka daripada hidup menetap dalam kekafiran.

Orang kafir yang terikat perjanjian dengan beliau, manfaat bagi mereka adalah dibiarkan hidup di dunia dalam perlindungan dan perjanjian. Mereka ini lebih sedikit keburukannya daripada orang kafir yang memerangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Adapun orang-orang munafik, yang menampakkan iman secara dzahir saja, mereka mendapat manfaat berupa terjaganya darah, harta, keluarga dan kehormatan mereka. Mereka pun diperlakukan sebagaimana kaum muslimin yang lain dalam hukum waris dan hukum yang lain.

Hingga pada umat manusia setelah beliau diutus, Allah Ta’ala tidak memberikan adzab yang menyeluruh dari umat manusia di bumi. Kesimpulannya, semua manusia mendapat manfaat dari diutusnya Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa sallam.

Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati

Tentang kasih sayang ini, di dalam sebuah hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

الرَّاحِمُوْنَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ، ارْحَمُوْا مَنْ فيِ الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فيِ السَّمَاءِ

Artinya: “Orang-orang yang pengasih itu dikasihi oleh Dzat Yang Maha Pengasih. Sayangilah makhluk yang ada di atas bumi, niscaya kalian akan disayangi oleh Dzat yang berada di atas langit.”

muslim academyKasih Sayang dalam Peperangan

Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah

Alah menyebutkan di dalam Al-Quran,

وَقَـٰتِلُواْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ٱلَّذِينَ يُقَـٰتِلُونَكُمۡ وَلَا تَعۡتَدُوٓاْ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُعۡتَدِينَ

Artinya: “Dan perangilah di jalan Allâh orang-orang yang memerangi kamu,
(tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allâh tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”.  (QS Al-Baqarah [2]: 190).

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam senantiasa mengarahkan para sahabatnya, supaya berbuat rahmat (kasih sayang) dan menuju rahmat (kasih sayang), walau dalam peperangan sekalipun.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga memberikan pesan dalam sabdanya:

وَلاَ تَقْتُلُوا شَيْخًا فَانِيًا، وَلاَ طِفْلاً، وَلاَ صَغِيرًا، وَلاَ امْرَأَةً…

Artinya : “Janganlah kalian membunuh orang tua yang sudah sepuh, anak-anak, dan wanita…” (HR Abu Dawud dan Al-Baihaqi).

Bahkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melarang membunuh para rahib, dalam pesannya:

Baca Juga: [Hadist Arbain ke-3] Rukun Islam

لاَ تَقْتُلُوا أَصْحَابَ ‏الصَّوَامِعِ

Artinya: “Janganlah kalian membunuh pemilik bihara (rahib).”

Juga wasiat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ketika akan memberangkatkan pasukan kaum Muslimin menuju daerah Mu’tah :

اغْزُوا بِاسْمِ اللهِ فِي سَبِيلِ اللهِ، قَاتِلُوا مَنْ كَفَرَ بِاللهِ، اغْزُوا وَلَا تَغُلُّوا، وَلَا تَغْدِرُوا، وَلَا تَمْثُلُوا

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-2] Rukun Islam, Iman, dan Ihsan

Artinya: “Berangkatlah berperang di jalan Allah dengan menyebut nama Allah. Bunuhlah orang-orang kafir. Perangilah mereka. Janganlah kalian berbuat curang dan jangan melanggar perjanjian, dan jangan pula kalian memutilasi mayat.” (HR Muslim).

Juga pada hadits lainnya yang senada :

اغْزُوا بِاسْمِ اللهِ فِي سَبِيلِ اللهِ، قَاتِلُوا مَنْ كَفَرَ بِاللهِ، اغْزُوا وَلاَ ‏تَغُلُّوا، ‏وَلاَ ‏تَغْدِرُوا، ‏‏وَلاَ ‏تُـمَثِّلوا، ‏وَلاَ تَقْتُلُوا وَلِيدًا، أَوِ امْرَأَةً، وَلا كَبِيرًا فَانِيًا، وَلا مُنْعَزِلاً بِصَوْمَعَةٍ

Artinya: “Berperanglah dengan menyebut nama Allah dan di jalan Allah. Perangilah mereka yang kufur kepada Allah. Berperanglah, jangan kalian berlebihan (dalam membunuh). Jangan kalian lari dari medan perang, jangan kalian memutilasi, jangan membunuh anak-anak, perempuan, orang tua yang sepuh, dan rahib di tempat ibadahnya.” (HR Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Al-Baihaqi).

Baca Juga: Kaya Bukan Tanda Mulia, Miskin Bukan Tanda Hina

Demikian pula ajaran kasih sayang itu diteruskan oleh para Khalifah sesudahnya. Seperti perintah Abu Bakar Ash-Shiddiq yang sangat tegas kepada pasukan yang ia berangkatkan saat menuju kawasan Syam. Wasiatnya:

وَلا تُغْرِقُنَّ نَخْلاً وَلا تَحْرِقُنَّهَا، وَلا تَعْقِرُوا بَهِيمَةً، وَلا شَجَرَةً تُثْمِرُ، وَلا تَهْدِمُوا بَيْعَةً

Artinya: “Jangan sekali-kali menebang pohon kurma, jangan pula membakarnya, jangan membunuh hewan-hewan ternak, jangan tebang pohon yang berbuah, janganlah kalian merobohkan bangunan.” (Riwayat Al-Baihaqi dalam Sunanul Kubra, Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyq, dan Ath-Thahawi dalam Syarah Musykilul Atsar).

Ajaran Islam yang disampaikan oleh Rasulullah Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam dan diikuti oleh para sahabatnya sama sekali tidak pernah melakukan pembunuhan membabi buta, apatah lagi menjadi tujuan, atau menjadi sesuatu yang digemari atau yang beliau perintahkan. Hingga membakar orang, merusak gedung, membunuh warga sipil, meledakkan diri di tempat umum, dan sebagainya. Itu semua tidak ada dalam kamus ajaran Islam yang penuh rahmat.

Pembunuhan dengan membabi-buta tidak pernah diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya. Bagaimana mungkin meridhai? Pembunuhan dengan membabi-buta, hanya akan mendatangkan masalah dan tertumpahnya darah yang sangat disesalkan hati nurani manusia. Itu sama saja dengan membunuh seluruh manusia.

Allah mengingatkan di dalam firman-Nya:

مِنۡ أَجۡلِ ذَٲلِكَ ڪَتَبۡنَا عَلَىٰ بَنِىٓ إِسۡرَٲٓءِيلَ أَنَّهُ ۥ مَن قَتَلَ نَفۡسَۢا بِغَيۡرِ نَفۡسٍ أَوۡ فَسَادٍ۬ فِى ٱلۡأَرۡضِ فَڪَأَنَّمَا قَتَلَ ٱلنَّاسَ جَمِيعً۬ا وَمَنۡ أَحۡيَاهَا فَڪَأَنَّمَآ أَحۡيَا ٱلنَّاسَ جَمِيعً۬ا‌ۚ وَلَقَدۡ جَآءَتۡهُمۡ رُسُلُنَا بِٱلۡبَيِّنَـٰتِ ثُمَّ إِنَّ كَثِيرً۬ا مِّنۡهُم بَعۡدَ ذَٲلِكَ فِى ٱلۡأَرۡضِ لَمُسۡرِفُونَ

Artinya: “Oleh karena itu Kami tetapkan [suatu hukum] bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu [membunuh] orang lain atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan [membawa] keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi”. (QS Al-Maidah [5]: 32).

Pembuktian Sejarah  Peperangan

Dalam sejarah peperangan dunia, banyak manusia di kalangan warga sipil yang telah menjadi korban peperangan secara brutal melampaui batas-batas kemanusiaan.

Di antaranya bagaimana pembantaian yang dilakukan atas perintah Hitler. Juga Joseph Stalin yang telah membunuh 20 juta manusia termasuk 14,5 juta yang mati kelaparan.

Mao Tse Tsung telah membunuh 14-20 juta manusia. Benito Mussolini
telah membunuh 400 ribu manusia. Embargo yang dilakukan George Bush di Irak, yang mengakibatkan 1/2 juta anak telah tewas. Belum serangan As ke Irak, Afghanistan, dan Vietnam. Belum lagi pembantaian kaum Muslimin di Myanmar, bekas negara Soviet dulu, dsb.

Mereka para pelaku pembunuhan massal manusia itu bukan dari kalangan Muslimin. Namun apakah dunia menyebutnya dengan teroris?

Belum kejahatan terang-terangan Zionis Israel terhadap warga Palestina, yang puluhan tahun mereka jajah. Apakah dunia, lembaga dunia, PBB sekalipun menyebutnya dengan teroris?

Catatan kelam lainnya, bagaiman sejarah Perang Dunia Pertama, 17 juta orang tewas. Kemudian, Perang Dunia Kedua, 50-55 Juta orang mati sia-sia. Bom Nagasaki akibatkan 200.000 warga mati. Perang di Vietnam, lebih dari 5 juta orang mati. Perang di Bosnia / Kosovo, lebih 500,000 orang tewas. Serta Kamboja tahun 1975-1979, hampir 3 juta warga alami kematian.

Islam Bukan Teroris

Data November 2014 menyebutkan, Direktur Penanganan Terorisme dan Keamanan Dalam Negeri Inggris di Durham, David Schanzer mengatakan bahwa jangan pernah menghubungkan agama tertentu dengan aksi terorisme yang semakin meningkat akhir-akhir ini.

Menurut David Schanzer, mereka yang beragama lebih kuat untuk melakukan penolakan terhadap aksi kekerasan radikalisme. Ia juga menilai bahwa orang yang memiliki keyakinan dan beragama lebih memilih untuk hidup berdampingan secara damai.

“Mereka yang beragama lebih baik dan lebih cerdas untuk melakukan penolakan terhadap radikalisme yang kini semakin menyebar luas,” kata Schanzer.

Menurutnya, aksi terorisme yang semakin marak terjadi sejak dulu merupakan upaya kelompok tertentu untuk mengadu domba berbagai pihak. Mereka merekrut orang-orang yang berpendidikan rendah dan kurang memiliki keyakinan terhadap agama. Kemudian mereka diberikan pandangan sempit oleh kelompok tersebut untuk melakukan apa yang mereka inginkan dengan menjanjikan bahwa orang-orang tersebut disebut menjalani misi keagamaan yang disebut dengan jihad.

David Schanzer mengakui bahwa Islam bukanlah teroris, melainkan agama yang cinta damai dan saling menghargai antar umat. Seperti yang ia pernah pelajari bahwa dalam Islam, membunuh orang tak bersalah itu sangat dilarang oleh ajaran agama Islam. Membunuh satu orang yang tak berdosa sama saja seperti membunuh manusia di seluruh dunia.

Kecaman Serangan Paris

Karena itu, begitu muncul berita aksi serangan di Paris, Prancis, pekan lalu, maka Dewan Muslim dan Keimanan Islam Prancis (Conseil Français du Culte Musulman/CFCM) langsung menyatakan mengutuk  serangan yang menewaskan sedikitnya 100 orang tersebut.

“Kami mengutuk tindakan tidak berperikemanusiaan itu, kami mengutuk serangan tersebut dengan kekuatan dari dalam hati kami,” kata Anouar Kbibech, Direktur Utama CFCM dalam siaran resminya.

Sementara Lembaga Islam Sunni Al-Azhar yang berbasis di Mesir mengatakan penyerangan di Prancis, juga di Tunisia dan Kuwait yang muncul beriringan, merupakan penyerangan yang keji. Penyerangan tersebut merupakan pelanggaran dalam norma agama dan kemanusiaan.
statemen sangat penting agar dunia tahu bahwa Islam tidak mengajarkan terorisme. Akan tetapi menyebarkan kasih sayang, kebaikan, dan rahmat bagi semesta alam.

Namun bukan berarti kaum Muslimin juga diam saja manakala didzalimi atau dinistakan, apalagi dijajah seperti di Palestina sana. Maka, di sinilah ayat-ayat dan seruan jihad di jalan Allah wajib ditegakkan terpimpin secara berjama’ah. (P4/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

MINA Health
Kolom
Kolom
Indonesia
Kolom