Jakarta, 9 Ramadhan 1436/26 Juni 2015 (MINA) – Keberadaan ormas-ormas Islam dan laskarnya dapat memberikan kontribusi positif dalam pembangunan civil society atau masyarakat madani, jika satu sama lain saling berkordinasi.
Demikian butir yang terungkap pada diskusi yang bertajuk “Quo Vadis Laskar Laskar Ormas Islam?” yang digelar Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Kementerian Agama dengan MUI Pusat di kantor MUI Jalan Proklamasi Nomor 51 Jakarta, Kamis (25/06) sore, demikian laman resmi Kemenag melaporkan.
Diskusi diawali sambutan Ketua Komisi Dakwah MUI Cholil Nafis, dibuka oleh Kepala Puslit Pendidikan Agama dan Keagamaan Hamdar Arroiyah dan ditutup oleh Kepala Balitbang dan Diklat Kemenag Abd. Rahman Mas’ud.
Sebagai nara sumber pada diskusi yang diikuti pimpinan ormas Islam, yaitu: Ronald Lukens Bull dari University of North Florida USA, Komandan Banser Ansor NU Ifa Isnaeni dan Pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Sabri Lubis.
Baca Juga: Pengadilan Brasil Terbitkan Surat Penangkapan Seorang Tentara Israel atas Kejahatan Perang di Gaza
Menurut Ronald, Islam di Indonesia menarik perhatian banyak pihak. Misalnya ada beberapa waktu lalu ada peristiwa penyelamatan gereja dari ancaman bom oleh teroris, yang berakibat seorang anggota Ansor NU meninggal dunia. “Ada anggota Ansor jadi korban, karena menyelamatkan gereja dari ledakan bom. Banyak yang terheran-heran kok ini bisa terjadi, inilah Indonesia,” ujar antropolog yang menulis buku Islamic Higher Education in Indonesia.
Ia menilai keberadaan ormas-ormas Islam dan laskarnya dapat memberikan kontribusi positif dalam pembangunan civil society jika satu sama lain saling koordinasi dan memperhatikan rambu-rambu relasinya dengan peran negara.
Sementara Sabri Lubis dari FPI mengungkapkan bahwa setiap aksi FPI telah memenuhi SOP FPI. Namun sempat dipertanyakan peserta kenapa aksi FPI sering terkesan mengandung kekerasan.
Menjawab pertanyaan itu, Sabri mengatakan FPI tidak bertanggungjawab atas tindakan anggota FPI yang di luar SOP. “Kami mau ibadah dengan tenang,” ujarnya seraya menambahkan pihaknya, ada kalanya harus tegas dan ini bagian terakhir, sifatnya darurat.
Baca Juga: Tim SAR dan UAR Berhasil Evakuasi Jenazah Korban Longsor Sukabumi
Sabri juga mengungkapkan, FPI pun punya kepedulian terhadap bangsa, seperti mengatasi bencana tsunami dan gempa bumi. “Kami selalu ambil bagian dalam berbagai hal, terjun ke lokasi bencana, menolong korban. Tapi aksi kami ini tidak disorot media,” ucapnya.
Sementara itu, Ifa Isnaeni, Korsatlak Banser Ansor, mengatakan bahwa adanya banyak laskar dari ormas yang berbeda-beda tidak mungkin disatukan dalan wadah yang sama karena memiliki perbedaan misi, yang terpenting menurutnya ada dialog dan silaturrahmi agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Isnaeni juga mengharap Ronald dalam meneliti kegiatan Banser tahun 1965-1967 dilakukan dengan referensi yang akurat dan obyektif agar tidak menimbulkan pemahaman yang salah terhadap aktivitas banser kala itu. (T/P011/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina