Oleh: Nezatullah Assiba’i, Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam STAI Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jawa Barat
Perkembangan Islam di Australia kini sudah merambah hingga ke kalangan masyarakat Aborigin, suku asli Benua Kanguru itu.
Makin meningkatnya jumlah orang Aborigin yang memeluk Islam menjadi fenomena tersendiri. Meski sejumlah peneliti masih memperdebatkan perihal makin meluasnya pengaruh agama Islam tersebut dan alasan orang-orang Aborigin yang memilih memeluk Islam.
Pemeluk agama Islam di Australia masih tergolong minoritas, sekitar 2,2% dari penduduk keseluruhan, atau sekitar 476.291 orang (Sensus 2012).
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Hal ini membuat Islam menjadi agama terbesar keempat, setelah Kristen (61,1%), atheis (22,9%), dan Budha (2,5%).
Pertumbuhan komunitas Muslim selama periode sensus terbaru, disebabkan antara lain karena tingkat kelahiran yang relatif tinggi, dan pola imigrasi baru-baru ini. Penganut Islam merupakan mayoritas penduduk di Kepulauan Cocos (Keeling), yang terletak di Samudera Hindia.
Dalam pertemuan organisasi Society for the Scientific Study of Religion di Baltimore akhir Oktober 2012 lalu, sejumlah peneliti dari Religioscope memaparkan kertas kerja mereka tentang pernyataan media dan komunitas Muslim di Australia yang menyebutkan bahwa makin meningkatnya pemeluk Islam di kalangan masyarakat Aborigin, terutama di kalangan anak mudanya, merupakan kebangkitan Islam yang melanda suku Aborigin.
Awal Islam di Australia
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Islam di Australia memiliki sejarah yang panjang dan bervariasi yang diperkirakan sudah hadir sebelum pemukiman Eropa. Beberapa pengunjung awal Australia adalah Muslim dari Indonesia Timur. Mereka membangun hubungan dengan daratan Australia sejak abad ke-16.
Abdul Shaheed Drew pada media Islaminaustralia edisi 21 Juli 2013 menyebutkan, selama ini kurikulum sekolah mengajarkan bahwa Kapten Inggris James Cook merupakan orang yang pertama kali menemukan benua Australia pada tahun 1770.
Demikian juga sebagian menyebutnya bahwa dari negeri Belanda pernah melakukan kontak dengan sisi barat dan utara Australia pada abad ke-17.
Hingga ada sebuah replika kapal The Endeavour dari Kapten Cook yang dapat ditemukan di samping Museum Maritim Nasional di Sydney.
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Namun anehnya, di dalam Museum, pengunjung dapat menemukan penjelasan bahwa para nelayan Indonesia telah mengunjungi benua Australia lebih lebih dari seratus tahun sebelum Cook menemukannya.
Adalah nelayan Muslim dari Pulau Sulawesi di kepulauan Indonesia yang mengumpulkan teripang (siput laut) dari Australias utara sekitar pertengahan 1600-an.
Nelayan dan pedagang Makassar tiba di pesisir utara Australia Barat, Australia Utara dan Queensland. Orang Makassar berdagang dengan penduduk asli dan mencari teripang yang mereka jual sebagai makanan di pasar China.
Perkawinan antara penduduk asli dan orang Makassar diyakini pernah terjadi, dan lokasi pemakaman orang Makassar telah ditemukan sepanjang garis pantai Australia.
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
Muslim Makasar
Media Fimadani tahun 2012 mengungkapkan, Prof. Regina Ganter, Sejarawan dari University of Griffith, Brisbane, Australia, meriset Suku Aborigin Marege yang berbahasa Melayu Makasar di Tanah Arnhem, Darwin, Australia Utara.
Dalam riset tersebut, menunjukan bukti sejarah yang menakjubkan, di antaranya tentang masuknya Islam ke Australia, yang ternyata lebih awal 200 tahun dari catatan Sejarah resmi Australia.
Sejarah resmi Australia, selama ini mencatat kedatangan Islam di benua itu pada era kolonial Inggris tahun 1850-an, ternyata itu keliru.
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
Sebab penelitian terbaru ternyata membuktikan bahwa Islam sudah masuk ke Australia pada 1650-an. Bahkan yang menakjubkan, adanya jejak prajurit Islam Majapahit dengan ditemukannya koin Gobog Wayang dan koin Emas Majapahit yang dahulu digunakan oleh Suku Aborigin Marege.
Prof. Regina mendapati bukti bahwa komunitas Muslim Aborigin berasal dari Kerajaan Gowa Tallo, Makasar, Sulawesi Selatan, Indonesia, sudah ada sejak 1650-an dan menyebarkan agama Islam di Australia Utara hingga ke desa Kayu Jawa di Australia Barat.
Menurut Prof. Regina, “Sejak masa Sultan Hasanuddin (1653-1669), kapal-kapal phinisi menguasai Teluk Carpentaria, Darwin untuk mencari Tripang. Kemudian pendatang muslim ini berinteraksi dengan Suku Aborigin, dan beranak pinak hingga melahirkan Suku Aborigin Marege yang berbahasa Melayu”.
Hal ini dibenarkan pula oleh Direktur Unit Kajian Islam University of Griffith (GIRU), Dr.Mohamad Abdalla.
Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel
“Sejarah resmi Australia tentang kedatangan pemukim muslim sejak 1850-an, seharusnya segera direvisi dengan adanya riset terbaru yang menunjukan bahwa orang-orang Makasar dari Indonesia sejak 1600-an datang ke benua ini untuk mencari tripang dan menyebarkan agama Islam di Australia Utara,” ujarnya.
Hasil riset terbaru itu, membuka tabir sejarah yang nyaris luput dari perhatian publik dan dunia internasional.
Muslim di Australia memiliki sejarah yang panjang dan bervariasi yang diperkirakan sudah hadir sebelum pemukiman Eropa. Beberapa pengunjung awal Australia adalah Muslim dari Indonesia timur. Mereka membangun hubungan dengan daratan Australia sejak abad ke 16 dan 17.
Laman resmi Kedutaan Australia untuk Indonesia di Jakarta juga mencantumkan, adalah nelayan dan pedagang Makassar tiba di pesisir utara Australia Barat, Australia Utara dan Queensland. Orang Makassar berdagang dengan Penduduk Asli dan mencari teripang yang mereka jual sebagai makanan di pasar Cina yang menguntungkan.
Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel
Bukti-bukti dari pengunjung awal ini dapat ditemukan pada kesamaan beberapa kata bahasa Makassar dan Penduduk Asli pesisir Australia. Lukisan gua Aborijin menggambarkan perahu tradisional Makassar dan sejumlah peninggalan Makassar telah ditemukan di pemukiman Aborijin di pesisir barat dan utara Australia. Perkawinan antara Penduduk Asli dan orang Makassar diyakini pernah terjadi, dan lokasi pemakaman orang Makassar telah ditemukan sepanjang garis pantai.
Barulah kemudian, memang sejumlah kecil Muslim direkrut oleh koloni Belanda dan Inggris dari Asia Tenggara untuk dipekerjakan pada industri mutiara Australia pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Adapun, peninggalan fisik Masjid pertama di Australia didirikan di Marree di sebelah utara Australia Selatan pada 1861. Masjid besar pertama dibangun di Adelaide pada 1890, dan satu lagi didirikan di Broken Hill, New South Wales pada 1891.
Pasca Perang Dunia Kedua
Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara
Jumlah umat Islam Australia modern meningkat dengan cepat setelah Perang Dunia Kedua. Pada 1947-1971, jumlah warga Muslim meningkat dari 2.704 menjadi 22.331.
Hal itu terjadi terutama karena ledakan ekonomi pasca perang, yang membuka lapangan kerja baru. Banyak Muslim Eropa, terutama dari Turki, memanfaatkan kesempatan ini untuk mencari kehidupan dan rumah baru di Australia. Pada Sensus 2006, tercatat 23.126 Muslim kelahiran Turki di Australia.
Migran Muslim Bosnia dan Kosovo yang tiba di Australia pada dasawarsa 1960-an juga memberi sumbangsih penting terhadap Australia modern melalui peran mereka dalam pembangunan Skema PLTA Snowy Mountains di New South Wales.
Migran Lebanon, banyak dari antara mereka adalah Muslim, juga mulai berdatangan dalam jumlah yang lebih besar setelah pecah perang saudara di Lebanon pada 1975.
Baca Juga: Pengabdian Tanpa Batas: Guru Honorer di Ende Bertahan dengan Gaji Rp250 Ribu
Menurut Sensus 2006, tercatat 7.542 Muslim Australia kelahiran Bosnia-Herzegovina dan 30.287 kelahiran Lebanon.
Muslim Australia Kini
Abad kini, Muslim Australia sangat majemuk. Pada Sensus 2006, tercatat lebih dari 340.000 Muslim di Australia, di mana dari jumlah tersebut sebanyak 128.904 lahir di Australia dan sisanya lahir di luar negeri. Selain migran dari Lebanon dan Turki, negara asal Muslim lainnya adalah: Afganistan (15.965 orag), Pakistan (13.821), Bangladesh (13.361), Irak (10.039), dan Indonesia (8.656).
Dalam tiga dasawarsa terakhir, banyak Muslim bermigrasi ke Australia melalui program pengungsi atau kemanusiaan, dan dari negara-negara Afrika seperti Somalia dan Sudan.
Adapun masyarakat Muslim Australia saat ini sebagian besar terkonsentrasi di Sydney dan Melbourne.
Baca Juga: RSIA Indonesia di Gaza, Mimpi Maemuna Center yang Perlahan Terwujud
Sejak dasawarsa 1970-an, masyarakat Muslim telah membangun banyak masjid dan sekolah Islam dan memberi sumbangsih yang dinamis terhadap rajutan multi-budaya masyarakat Australia.
Saat ini tercatat sekitar 140 masjid dan mushalla di kota-kota di Australia. (T/nza/P4).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)