Tokyo, 14 Sya’ban 1436/1 Juni 2015 (MINA) – Perkembangan Islam terus berkembang pesat di Jepang, meskipun julahnya masih minoritas di negeri sekura tersebut.
Sebuah sumber seperti dilaporkan Daily Sabah edisi Ahad (31/5) menyebutkan, diperkirakan jumlah umat Islam di Jepang sekitar 70.000-120.000 orang. ) Sumber lain menyatakan sekitar 110.000-120.000 warga muslim. Dari jumlah itu sekitar 10.000 adalah warga asli Jepang.
Perkembangan jumlah umat Islam itu, diiringi dengan berkembangnya lembaga kegiatan keislaman dalam bentuk yayasan Islam dan Dewan Masjid. Di antaranya yang cukup terkenal adalah Islamic Center Jepang, Asosiasi Muslim Jepang, Federasi Perdamaian Muslim Jepang, Jepang Islamic Trust, Lingkaran Islam Jepang, Masjid Tokyo, Masjid Muslim Kobe, Masjid Nagoya, Masjid Kanazawa Muslim Society, dan masih banyak yang lain.
Adapun Masjid yang pertama dibangun, yaitu Masjid Kobe tahun 1935, dengan bantuan pendanaan dari Muslim India. Kemudian tahun 1938 dibangun masjid pertama di ibukota Tokyo, dibangun oleh pendatang Tatar Muslim yang melarikan diri dari revolusi Rusia. Tatar Muslim merupakan kelompok etnis terbesar di Jepang pada 1930-an.
Baca Juga: Diboikot, Starbucks Tutup 50 Gerai di Malaysia
Jauh sebelumnya, ada akhir tahun 1870, sebuah Biografi Nabi Muhammad diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang, membantu penyebaran Islam dan mencapai orang-orang Jepang.
“Adapun awal kedatangan Islam ke Jepang diperkirakan awal tahun 1900, ketika Muslim Tatar melarikan diri dari tekanan Rusia,” laporan menyebutkan.
Saat ini terdapat sekitar 200 masjid yang terdapat di Jepang, dan masih banyak komunitas yang memiliki rencana untuk berusaha membangun Masjid lainnya dalam waktu dekat.
Pendidikan Islam
Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan
Dengan semakin meningkatnya jumlah Muslim di Jepang, maka semakin meningkat pula kebutuhan komunitas Muslim tersebut. Maka, mulailah difokuskan pada pendidikan tentang Islam, tujuaanya untuk mengetahui nilai-nilai Islam secara ilmiah dalam masyarakat yang beragam.
Shumei Okawa, seorang sarjana Muslim berpengaruh, menjadi tokoh rujukan dalam akademik Islam dan aktif dalam pertukaran studi Jepang-Islam.
Okawa mencoba menulis terjemahan Al-Quran dalam Bahasa Jepang saat ia di dalam penjara dengan tuduhan penjahat perang oleh pasukan Sekutu.
Prof. Toshihiko Izutsu adalah tokoh lain yang mengajar di Universitas Keio, dan fasih dalam 10 bahasa, termasuk Perancis, Persia, Sanskerta, Cina, Rusia dan Yunani.
Baca Juga: Ratusan Ribu Orang Mengungsi saat Topan Super Man-yi Menuju Filipina
Tahun 1958, Izutsu menyelesaikan terjemahan Al-Quran dalam bahasa Japang. Karya ini merupakan poin penting dan sebuah prestasi yang sangat berguna bagi orang-orang Jepang untuk memahami Islam. (T/nza/P4).
Mi’raj Islamic News Agency ( MINA)
Baca Juga: Filipina Kembali Dihantam Badai