Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Isra Mi’raj Bukan Sekedar Dikenang

Ali Farkhan Tsani - Selasa, 10 April 2018 - 17:27 WIB

Selasa, 10 April 2018 - 17:27 WIB

312 Views

Oleh : Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Mi’raj News Agency (MINA)

Isra Mi’raj merupakan salah satu mukjizat Allah kepada hamba-Nya, yakni Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Sebuah kejadian luar biasa yang terjadi sepanjang sejarah peradaban manusia. Peristiwa nyata yang benar-benar telah terjadi dan kita sebagai umat Islam mengimaninya.

Isra Mi’raj yang banyak diperingati pada bulan Rajab merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam, karena pada peristiwa ini Allah mempertemukan dua kiblat umat Islam dalam satu ayat, yaitu Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha. Maka menjadi keutamaan bagi jamaah kaum Muslimin untuk berziarah ke dua tempat tersebut, di samping juga Masjid Nabawi.

Usai perjalanan sepertiga malam itu juga Allah memberikan perintah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan untuk umat Islam berupa kewajiban mendirikan shalat fardhu lima waktu sehari semalam.

Baca Juga: Keutamaan Al-Aqsa dalam Islam, Sebuah Tinjauan Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis

Karena itu, para ulama sufi menyebut bahwa shalat itu bagaikan mi’rajnya orang beriman (ashsholaatu mi’roojul mu’miniin).

Allah Subhanahu Wa Ta’ala pun mengabadikan kenangan dan pelajaran Isra Mi’raj itu di dalam Al-Quran :

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ ءَايَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Artinya : “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.S. Al-Isra [17] : 1).

Namun nasibnya kini, berbeda dengan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi yang ramai nan gemerlap dengan tata cahaya lampu di berbagai sudut kota. Suasana di Masjidil Aqsha begitu yang Penulis pernah dengar dari jamaah umrah yang pernah ke sana, sungguh nasibnya memprihatinkan.

Baca Juga: Selamatkan Palestina sebagai Tanggung Jawab Kemanusiaan Global

Bagaimana tidak?  Dengan bangunan kuno berlubang-lubang bekas tembakan peluru, lampu-lampu temaram, dan dijaga ketat oleh tentara Zionis Israel. Kaum Muslimin generasi muda warga setempat pun diperketat untuk beribadah di dalamnya. Sementara Yahudi ektrem dengan leluasa dan dalam pengawalan super ketat pasukan Zionis leluasa melakukan ritual di kawasan tersebut.

Padahal Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha, dua tempat suci inilah bangunan yang mula-mula dibangun di permukaan bumi ini. ini seperti disebutkan di dalam sebuah hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam ketika seorang sahabat Abu Dzar bertanya kepada Nabi.

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ مَسْجِدٍ وُضِعَ فِي الْأَرْضِ أَوَّلُ قَالَ الْمَسْجِدُ الْحَرَامُ قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ قَالَ ثُمَّ الْمَسْجِدُ الْأَقْصَى قَالَ أَبُو مُعَاوِيَةَ يَعْنِي بَيْتَ الْمَقْدِسِ قَالَ قُلْتُ كَمْ بَيْنَهُمَا قَالَ أَرْبَعُونَ سَنَةً

Artinya : “Wahai Rasulullah, masjid apakah yang pertama diletakkan oleh Allah di muka bumi?” Beliau bersabda, “Al-Masjid Al-Haram”. Abu Dzar bertanya lagi, “Kemudian apa?”. Beliau bersabda, “Kemudian Al-Masjid Al-Aqsha”. Berkata Abu Mu’awiyah “Yakni Baitul Maqdis” . Abu Dzar bertanya lagi, “Berapa lama antara keduanya?”. Beliau menjawab, “Empat puluh tahun”. (H.R. Ahmad dari Abu Dzar).

Pondasi Masjidil Aqsha diletakkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala sejak jaman Nabi Adam ‘Alaihis Salam. Dalam kurun waktu sekian lama, bangunan itu rusak dan runtuh dimakan waktu. Areal tanah sekitar Masjidil Aqsha juga termasuk ke dalam kawasan masjid tersebut. Sebagaimana Nabi Ibrahim Alaihis Salam shalat di tanah itu, bagian dari Masjidil Aqsha.

Baca Juga: [Hadits Al-Arbain ke-24] Tentang Haramnya Berbuat Zalim

Ibnul Qayyim Al-Jauziyah menyebutkan, Masjidil Aqsha dibangun kembali di atas pondasinya oleh cucu Nabi Ibrahim Alaihis Salam, yakni Nabi Ya`qub bin Ishaq bin Ibrahim. Keturunan berikutnya, Nabi Daud ‘Alaihis Salam membangun ulang masjid itu. Bangunan Masjid Al-Aqsha diperbaharui oleh putera Nabi Dawud ‘Alaihis Salam, yaitu Nabi Sulaiman ‘Alaihis Salam (tahun 960 SM).

Mereka para nabi Allah membangun kembali Masjid Al-Aqsha adalah untuk tempat ibadah mendirikan shalat di dalamnya, bukan mendirikan kuil sinagog seperti yang diklaim Zionis.

Maka, sebagai bagian dari mengenang kembali keagungan Masjidil Aqsha, kaum Muslimin secara serentak perlu terus memprogramkan ziarah ke tempat tersebut dan beribadah di dalamnya.

Jamaah dari Turki, Qatar, Malaysia, dan Indonesia, banyak yang secara berkala pergi mengambil berkah ke bumi Isra Mi’raj itu. Agar dunia tahu bahwa berpapun mahal dan sulitnya mencapai tempat suci itu. Akan selalu ada umat Islam yang berziarah ke sana.

Baca Juga: Bantuan Pangan untuk Palestina

Juga agar warga Palestina sekitarnya sedikit terobati dengan kehadiran saudara-saudaranya dari negeri nan jauh. Saling tegur sapa, mengobat rundu walau tak pernah bertemu sebelumnya,… dan sekedar membeli Pernik-pernik karya anak-anak mereka, tanpa harus ditawar bahkan dilebihkan bila perlu.

Jika itu terus-menerus dilakukan oleh umat Islam, jangan kalah dengan kaum yahudi yang rutin merangsenk ke dalamnya. Insya-Allah akan berdampak pada pendudukan Zionis Israel dan dunia.

Bahwa masih banyak kaum Muslimin yang merindukan dan memperjuangkan Al-Aqsha, bukan hanya dikenang tiap Rajab. Namun diperjuangkan tiap saat. Allahu Akbar! (A/RS2/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Indonesia
Tausiyah