Tel Aviv, MINA – Perbendaharaan Israel (Israel Monetary Fund – IMF) mengatakan, Dana Kompensasi Nasional saat ini berada di ambang kebangkrutan karena perang yang terus berlanjut di Gaza.
Lembaga Perbendaharaan Negara itu memperingatkan dana nasional akan segera habis sebagai akibat dari biaya besar berlanjutnya perang di Gaza dan terpaparnya wilayah sipil, gedung-gedung dan toko-toko di sejumlah kota Israel terhadap serangan roket. Al-Usbu’ melaporkan, Rabu (1/11).
IMF memperingatkan, pemerintah Israel punya waktu paling lama satu bulan untuk mencapai titik kebangkrutan, yaitu paling lambat pertengahan bulan November.
Departemen Keuangan Israel mengatakan, dalam sebuah pernyataan pada hari Ahad (29/10), Dana Kompensasi Nasional, yang saldonya berjumlah 18 miliar shekel (Rp71 triliun lebih), telah berhenti menjalankan perannya sebagai sumber pendanaan cadangan untuk anggaran umum dalam kasus-kasus darurat seperti subsidi bahan bakar dan energi.
Baca Juga: AS-Israel Bersiap Ajukan Resolusi untuk Ubah Status Quo Masjid Al-Aqsa
Keuangan Israel mulai dihentikan karena pembayaran kompensasi yang sangat besar, yang harus dibayarkan kepada warga sipil Israel yang dirugikan oleh perang tersebut, terutama kerugian di kota Ashkelon yang paling terkena dampak serangan.
Menurut pernyataan yang dikeluarkan IMF, IMF menyetujui rencana untuk membayar kompensasi kepada warga sipil senilai 5 miliar shekel (Rp19,7 triliun) bagi mereka yang rumahnya rusak.
IMF juga menyetujui rencana untuk membayar kompensasi senilai 4,5 miliar shekel (Rp17,7 triliun) untuk memberi kompensasi kepada pemilik toko dan perusahaan yang terkena dampak lanjutan dari kerusakan akibat serangan dari Gaza.
Hal ini terjadi pada saat Kementerian Keuangan Israel tidak dapat mengatur dukungan keuangan tambahan untuk Dana Kompensasi Nasional senilai 2,25 miliar shekel (Rp8,8 triliun) mengingat meningkatnya biaya perang di Gaza. Ini berakibat pada kesenjangan defisit tahunan yang diperkirakan sebesar 7% dalam anggarannya.
Baca Juga: Yerusalem Lockdown Imbas Protes Wajib Militer Yahudi Ultra-Ortodoks
Israel saat ini sedang mengalami kondisi ekonomi yang sulit, akibat berlanjutnya perang di Gaza, yang tercermin dari ekspektasi lembaga pemeringkat kredit internasional, yang dipimpin oleh Standard & Poor’s, yang menyatakan bahwa besarnya defisit anggaran umum Israel akan mencapai 5,3% dari produk domestik bruto pada tahun fiskal 2023/2024.
Sedangkan perkiraan sebelumnya, preseden besaran defisit lebih optimis dan tidak melebihi 1,2% PDB Israel. (T/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Tolak Wajib Militer, Ratusan Ribu Yahudi Ultra-Ortodoks Gelar Demo di Yerusalem Barat
 




 
 
															 
								 








 
															 
															 
															 
															 
															 
															 
 
 
															 
															 
															 
															 
															



 
															 Mina Indonesia
Mina Indonesia Mina Arabic
 Mina Arabic Mina Sport
 Mina Sport Mina Preneur
 Mina Preneur