Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Israel Negara yang Terlihat Kuat, Padahal Sangat Rapuh

Redaksi Editor : Ali Farkhan Tsani - Jumat, 18 April 2025 - 14:41 WIB

Jumat, 18 April 2025 - 14:41 WIB

60 Views

Banyak tentara Israel tewas dan terluka. (Quds Press)

Oleh Ganjar Darussalam, Aktivis Aqsa Working Group (AWG) Jawa Barat

Negara Israel didirikan atas dasar egoisme ideologis, yaitu Sebagian kecil kelompok Yahudi yang mengklaim bahwa mereka adalah bangsa pilihan yang paling berhak menguasai tanah Palestina.

Mereka terus berupaya dengan berbagai cara agar negara Yahudi yang di impikan itu bisa berdiri, meskipun dengan, merampas, menjajah, mengusir bahkan membunuh dan membantai secara biadab, ini jelas merupakan tindakan ilegal dan kejahatan kemanusiaan di era modern ini.

Pada awal pendirian negara ilegal Israel ini terlihat kompak dan bersatu, namun seiring berjalannya waktu mereka dihadapkan pada masalah demografis dan perpecahan atas bagaimana keyahudian dalam aspek kehidupan bernegara yang dikonsepkan.

Baca Juga: Gaza, Kebebasan Pers, dan Tanggung Jawab Dunia

Saat ini konflik internal yang terjadi dalam tubuh negara tersebut semakin mengkristal. Di dalam negaranya, ada ketegangan antara berbagai kelompok etnis dan agama, termasuk antara Yahudi sekuler dan ultra-Ortodoks, serta antara Yahudi dan warga Arab Israel.

Protes besar-besaran pun sering terjadi, seperti terkait reformasi, sistem peradilan, bahkan kebijakan nasional yang berkaitan dengan perang melawan para pejuang Palestina yang banyak diprotes oleh warganya sendiri.

Menurut para ulama orang Yahudi disebut sebagai “orang-orang yang dimurkai.” Ibnu Katsir dan para ulama ahli tafsir lainnya sepakat bahwa hal itu merujuk kepada kaum Yahudi. Orang Yahudi dimurkai karena telah mengetahui kebenaran, tetapi enggan mengamalkannya.

Didalam tubuh Israel dewasa ini, masyarakat Yahudi dibagi berdasarkan empat struktur:

Baca Juga: Palestina dalam Kitab-Kitab Suci: Perspektif Islam, Yahudi, dan Kristen

  1. Hiloni (Sekuler) sekitar 49%
  2. Masorti (Tradisional) 29%
  3. Dati (Nasional-Religius) 13%
  4. Haredi (Ultra Ortodoks) 9%

Pembagian ini sebenarnya tidak mutlak dan tidak ada administrasi resmi yang memisahkan antar golongan. Hanya saja, tiap-tiap golongan ini punya pandangan dan perbuatan yang berbeda mengenai menjalankan agama Yahudi dalam kehiduapan bermasyarakat dan bernegara.

Masyarakat yang terpecah ini sangat berpotensi menimbulkan masalah besar dikemudian hari, inilah kenapa negara Israel dikatakan lemah dan sangat rapuh.

Dalam buku Julid Fiisabilillah, karangan Erlangga Greshinov, yang juga sebagai Komandan Julid Fiisabilillah menjelaskan tentang Negara Israel yang begitu rapuh dibandingkan dengan Negara-negara lain yang ada di Dunia.

Adapun beberapa bukti kelemahan Israel antara lain :

Baca Juga: Jangan Jadi Generasi Rebahan

  1. Banyak warga negara Israel yang “tidak betah” dan jika memungkinkan, mereka berharap dapat pindah Kembali ke negara asalnya atau negara lain. Berdasarkan survei yang dilakukan Channel 2 pada operasi Gaza tahun 2014, sekitar 30% warga Israel menginginkan pindah ke negara lain jika memungkinkan dan keluar dari neagra tersebut.
  2. Ketidakstabilan dan konflik yang berkepanjangan juga membawa rasa tidak aman tersendiri bagi warga negaranya, Masyarakat Israel terpecah dan terpolarisasi. Jika dinegara kita Indonesia terpolarisasi itu biasanya hanya disaat musim-musim politik tertentu saja, setelah itu rukun dan damai Kembali. Sedangkan di Israel terpolarisasi selamanya. Ungkapan yang tepat adalah Israel kompak hanya kulitnya saja, sebab itu dampak dari framing media, bahwa yang sebenarnya mereka akan terpecah sangat keras seiring berjalannya waktu.
  3. Kelemahan Israel lainnya yang membedakan dengan negara lainnya di dunia adalah, Israel tidak punya UUD (Konstitusi). Mereka hanya punya basic law yang digunakan secara umum. Akibatnya hubungan antara badan legislatif, yudikatif dan eksekutif menjadi tidak jelas. Sebagai Negara Israel tidak bertindak yang mengacu kepada Konstitusi melainkan kemauan dan ego para pemimpinnya saja. Tidak heran Israel melakukan perlakuan sewenang-wenang kepada warga Palestina, Israel tidak punya aturan HAM yang dibukukan dan UUD sebuah Negara.
  4. Israel tidak memiliki Sumber Daya Alam dan bergantung pada bantuan finansial dari Amerika dan negara-negara Eropa lainnya yang menjadi sekutu Israel, ini jelas tidak baik bagi masa depan sebuah Negara. Dapat dipastikan jika hegemoni Amerika melemah dan ekonomi Eropa memburuk, Israel juga pasti kena Imbasnya.
  5. Israel mengalam Brain Drain, yaitu fenomena orang-orang Israel yang bertalenta meninggalkan negerinya untuk berkarya/berkarier di negei lain, sedangkan sebaliknya orang-orang yang bermigrasi ke Israel sesederhana dengan alasan bahwa karena dia keturunan Yahudi dan belum tentu dia intelektual dan memberikan sumbangsih.
  6. Isolasi internasional dan kritik global, Israel sering mendapat kritik tajam atas kebijakan terhadap Palestina, yang membuat hubungan dengan banyak negara dan organisasi internasional rumit dan tidak permanen.

Kelemahan Israel ini ditopang dengan ideologi Zionisme, sebuah ideologi rasis yang mengupayakan sebuah tanah air bagi bangsa Yahudi dan berdirinya negara Yahudi (Jewish Homeland) guna menghindari persekusi pemerintahan anti semit, Israel mengklaim negaranya demokratis, bahkan mengklaim sebagai negara demokratis satu-satunya di Timur Tengah.

Lebih jelas lagi setelah serangan 7 Oktober 2023, kekalahan Zionis Israel menghadapi pejuang Palestina sangat terlihat jelas, Genosida yang dilakukan militar Israel atas warga Gaza membuktikan kekalahan mereka dalam tujuan perang, sehingga serangan sudah membabi buta dan tidak tentu arah.

Beberapa media Israel mengungkap, dari perlawanan itu ribuan tentara Zionis tewas, puluhan ribu lainnya cacat permanen, sementara yang masih hidup mengalami depresi dan gangguan mental serius. Beberapa pakar militer Israel sendiri telah mengkritik strategi pemimpinnya (Benyamin Netanyahu) dalam perang Gaza dan mengidentifikasi sejumlah faktor yang menyebabkan kegagalan dan kekalahan dalam misi tersebut.

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan di surat kabar Haaretz baru-baru ini, Jenderal Yitzhak Brick (mantan pejabat militer Israel) menyatakan bahwa Israel akan mengalami kehancuran dalam waktu satu tahun ke depan jika perang melawan Hamas terus berlanjut. Ia menekankan bahwa negaranya sedang menuju jurang kehancuran dan runtuhnya negara Israel dalam waktu dekat.

Baca Juga: Generasi yang Terasing dari Nilai-Nilai Luhur Bangsa: Tantangan dan Solusi

Runtuhnya negara Zionis Israel semakin tampak dengan banyaknya negara dan komunitas di dunia yang mempertanyakan status negara tersebut, bahkan sebelum terbentuknya negara itu.

Dikutip dari Artikel Imam Yakhsyallah Mansur yang mengatakan, “Jika sebuah negara melakukan pelanggaran HAM dan kejahatan kemanusiaan berulang kali, tanpa ada yang menghentikannya, maka negara itu tidak layak hidup berdampingan dengan negara lain dan tidak pantas eksis di muka bumi”. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Niat Lillah, Sumber Keberkahan dalam Setiap Transaksi

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Internasional
Kolom
Tausiyah