Tel Aviv, MINA – Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memerintahkan pasukan pendudukan Israel merebut zona penyangga di Dataran Tinggi Golan yang diduduki, yang ditetapkan berdasarkan perjanjian gencatan senjata tahun 1974 dengan Suriah, setelah serangan kilat pasukan oposisi mengakhiri kekuasaan Bashar al-Assad.
Netanyahu mengatakan pada hari Ahad (8/12) perjanjian yang telah berlangsung puluhan tahun itu sudah runtuh karena tentara Suriah meninggalkan posisi mereka, yang mengharuskan Israel mengambil alih. Aljazeera melaporkan.
“Kami tidak akan membiarkan kekuatan musuh mana pun membangun diri di perbatasan kami,” katanya.
Israel merebut Dataran Tinggi Golan dalam perang tahun 1967 dan mencaploknya. Komunitas internasional, kecuali Amerika Serikat, memandangnya sebagai wilayah Suriah yang diduduki.
Baca Juga: PM Baru Lebanon Janji Bangun Kembali Rumah-Rumah yang Dihancurkan Israel
Daerah pertanian di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel dinyatakan sebagai zona militer tertutup dan beberapa sekolah dialihkan ke kelas daring untuk mengantisipasi kerusuhan.
Warga Suriah turun ke jalan merayakan kemenangan setelah gerakan oposisi yang mengejutkan mencapai ibu kota Damaskus, mengakhiri 50 tahun lebih kekuasaan keluarga Al-Assad tetapi menimbulkan pertanyaan tentang masa depan negara dan wilayah yang lebih luas.
Massa berkumpul di alun-alun pusat di Damaskus, melambaikan bendera revolusioner Suriah dalam suasana yang mengingatkan pada hari-hari awal pemberontakan Musim Semi Arab, sebelum tindakan keras yang brutal dan munculnya pemberontakan bersenjata menjerumuskan negara itu ke dalam perang yang berlangsung hampir 14 tahun.
Netanyahu menyebut penggulingan Al-Assad sebagai “hari bersejarah” yang menyusul serangan yang dilancarkan Israel terhadap pendukung Al-Assad, Iran dan Hezbollah, dalam perang baru-baru ini di Lebanon.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Ditangkap setelah Petugas Grebek Rumahnya
Sementara itu, media Israel melaporkan angkatan udara Israel telah mengebom gudang senjata di Suriah selatan dan Damaskus untuk mencegah kelompok oposisi merebutnya.
“Kami menyerang gudang amunisi di Suriah selatan dan di area bandara Damaskus karena khawatir gudang itu akan jatuh ke tangan kelompok bersenjata dan faksi lokal,” saluran publik Israel, KAN, mengutip pernyataan seorang pejabat keamanan Israel yang tidak disebutkan namanya.
Harian Israel Yedioth Ahronoth mengatakan gudang senjata dan persediaan rudal permukaan-ke-permukaan menjadi target serangan Israel di Suriah, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Israel sering menargetkan pengiriman senjata dan instalasi militer di Suriah selama perang di negara itu, dengan alasan kekhawatiran atas kemungkinan transfer persenjataan canggih ke Hezbollah dan milisi yang didukung Iran. []
Baca Juga: Oslo Tuan Rumah Pertemuan Ketiga Koalisi Global untuk Krisis Palestina
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Joe Biden: Tiongkok dan Rusia Ingin AS Terjebak di Afghanistan