Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Israel Setujui Rencana Penambahan Jumlah Pemukim Ilegal di Golan

sri astuti Editor : Widi Kusnadi - Senin, 16 Desember 2024 - 16:18 WIB

Senin, 16 Desember 2024 - 16:18 WIB

16 Views

Ilustrasi tank Israel di Dataran Tinggi Golan. (Foto: EPA/Atef Sapadi)

Tel Aviv, MINA – Pemerintah Israel pada hari Ahad (15/12) menyetujui rencana untuk menggandakan jumlah pemukim illegal di Dataran Tinggi Golan yang diduduki dan dianeksasi, menyusul jatuhnya Bashar Al-Assad di Suriah.

“Pemerintah telah dengan suara bulat menyetujui rencana senilai 40 juta shekel ($11 juta) untuk pengembangan demografi Golan… mengingat perang dan garis depan baru di Suriah dan keinginan untuk menggandakan populasi”, kata Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. The New Arab.

Israel menduduki sebagian besar Dataran Tinggi Golan, dataran tinggi yang strategis, sejak tahun 1967 dan mencaplok wilayah itu pada tahun 1981 dalam sebuah langkah yang hanya diakui oleh Amerika Serikat.

Netanyahu mengatakan, “Penguatan Golan adalah penguatan Negara Israel dan itu sangat penting saat ini. Kami akan terus membangun diri di sana, mengembangkannya, dan menetap di sana”.

Baca Juga: Myanmar Identifikasi 180.000 Warga Rohingya di Bangladesh Layak Dipulangkan

Golan yang diduduki adalah rumah bagi sekitar 23.000 warga Arab Druze, yang keberadaannya sudah ada sebelum pendudukan dan sebagian besar dari mereka masih memiliki kewarganegaraan Suriah, serta sekitar 30.000 warga Israel.

Pekan lalu, Netanyahu menyatakan bahwa Golan yang dianeksasi akan menjadi milik Israel “selamanya”.

Hal ini menyusul perintah yang ia berikan kepada pasukan untuk menyeberang ke zona penyangga yang dipatroli PBB, yang memisahkan pasukan Israel dan Suriah sejak 1974. Pasukan juga merebut daerah di luar zona penyangga, termasuk di Gunung Hermon.

Israel menggambarkan tindakan itu, yang menuai kecaman internasional, sebagai tindakan sementara dan defensif setelah apa yang disebut kantor Netanyahu sebagai “kekosongan di perbatasan Israel dan di zona penyangga”, menyusul jatuhnya Assad.

Baca Juga: Warga Portugal Gelar Aksi Solidaritas Palestina

Setelah Assad digulingkan, Israel juga melancarkan ratusan serangan terhadap Suriah yang menargetkan lokasi militer strategis dan senjata, termasuk senjata kimia.

Pada hari Ahad, Perdana Menteri Israel mengatakan negaranya “tidak berminat untuk menghadapi Suriah. Kebijakan Israel terhadap Suriah akan ditentukan oleh realitas yang berkembang di lapangan”.

Dalam pernyataan video setelah panggilan telepon dengan Presiden terpilih AS Donald Trump, Netanyahu mengatakan Suriah telah menyerang Israel di masa lalu dan membiarkan pihak lain termasuk Hezbollah Lebanon melakukannya dari wilayahnya.

“Untuk memastikan apa yang terjadi di masa lalu tidak terjadi lagi, kami telah mengambil serangkaian tindakan intensif dalam beberapa hari terakhir,” katanya.

Baca Juga: Balas Trump, Cina akan Berlakukan Tarif 34% untuk Semua Barang AS

“Dalam beberapa hari, kami menghancurkan kemampuan yang telah dibangun rezim Assad selama beberapa decade,” tambahnya.

Washington pada tahun 2019 menjadi negara pertama dan sejauh ini satu-satunya yang mengakui kedaulatan Israel atas Golan, selama masa jabatan pertama Trump. []

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Pengadilan Korea Selatan Kuatkan Pemakzulan Presiden, Yoon Suk Yeol Minta Maaf

Rekomendasi untuk Anda