Oleh Sally Ibrahim, kontibutor The New Arab (TNA) di Gaza
Dua setengah bulan setelah serangan brutal di Gaza yang telah membuat lebih dari 20.000 orang syahid, Israel tampaknya memfokuskan sebagian kebrutalannya terhadap pejabat rumah sakit di wilayah Palestina yang diblokade.
Ketika pasukan Israel menyerang dan menggerebek rumah sakit, mereka mengumpulkan, mengikat, menelanjangi dan memukuli selusin staf medis dan orang-orang yang berlindung di fasilitas tersebut.
Israel mengatakan, pihaknya menargetkan rumah sakit karena pejuang Hamas menggunakannya sebagai basis. Salah satu penggerebekan terbaru adalah di Rumah Sakit Baptis Al-Ahli pada hari Senin, 18 Desember 203.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Setidaknya tiga direktur rumah sakit telah ditahan dan diinterogasi oleh militer Israel, karena dituduh memiliki hubungan atau koordinasi dengan pejuang Hamas.
Dalam upaya untuk memperkuat narasinya bahwa para direktur ini bekerja sama atau mendukung kelompok Palestina, Israel pada hari Selasa merilis sebuah video di mana direktur rumah sakit Kamal Adwan, Ahmed al-Kahlout dan lebih dari selusin staf kesehatan lainnya dituduh sebagai anggota Hamas.
Dr Ahmed Muhanna, Direktur Rumah Sakit Al-Awda, juga ditangkap oleh pasukan Israel dan dibawa ke lokasi yang tidak diketahui pada pekan ini. Al-Awda telah berada di bawah pengepungan Israel selama lebih dari sepekan pada saat penangkapan Muhanna. Rumah sakit tersebut seperti rumah sakit lain di Gaza, telah diubah menjadi barak militer.
Mohammed Abu Salmiyeh, direktur rumah sakit terbesar di Gaza, Al-Shifa, juga telah ditahan oleh pasukan Israel. Dia juga telah ditahan pada bulan November.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Penahanan tersebut telah menimbulkan kekhawatiran luas, dan organisasi Action Aid pada hari Selasa (19/12) menyerukan pembebasan segera para dokter yang ditahan di Gaza.
LSM tersebut mengatakan bahwa penahanan Muhanna, Kahlout dan Abu Salmiyeh, serta staf layanan kesehatan lainnya, sangat mengkhawatirkan.
“Kami menyerukan ketiganya, dan semua staf layanan kesehatan lainnya, untuk segera dipulangkan, sehingga mereka dapat terus memberikan perawatan yang menyelamatkan nyawa pasien mereka,”
Dalam unggahan di platform media sosial ‘X’, mereka menyerukan agar hukum humaniter internasional ditegakkan dan fasilitas medis serta pekerja kesehatan tidak menjadi sasaran.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Israel telah menargetkan rumah sakit dan infrastruktur serta staf layanan kesehatan lainnya sejak awal serangan terbarunya di Gaza, serta dalam kampanye sebelumnya.
Beberapa hari setelah kampanye pengeboman yang kejam, mereka menyerang Rumah Sakit Al-Ahli di Kota Gaza, menewaskan hampir 500 orang dalam satu serangan. Israel mengklaim serangan itu dilakukan oleh militan Palestina, dan memberikan bukti palsu untuk mendukung tudingannya.
Pengeboman, penyerbuan dan serangan lain terhadap rumah sakit merupakan pelanggaran hukum internasional, tetapi Israel mampu melakukan serangan tersebut tanpa hambatan, hanya dengan peringatan keras sesekali dan ancaman penarikan bantuan dari para pendukungnya.
Jauh dari rumah sakit, para dokter dan staf layanan kesehatan lainnya menghadapi ancaman serangan udara, dengan beberapa dokter terbunuh di rumah mereka sejak Israel memulai perangnya di Gaza.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Lebih dari sepekan setelah serangan gencar, rumah Omar Saleh Farwana, seorang spesialis infertilitas dan IVF terkenal yang bekerja di Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza, terkena serangan udara Israel, mensyahidkan dokter dan lebih dari selusin kerabatnya. Di antara korban syahid adalah putrinya Aya, yang juga seorang dokter.
Medhat Saidam, seorang veteran spesialis luka bakar di Al-Shifa, telah bekerja dan tidur di rumah sakit selama sepekan sejak dimulainya perang. Dia syahid ketika sebuah rudal Israel menghantam rumahnya pada tanggal 15 Oktober, setelah dia pulang hanya untuk memeriksa keluarganya, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza. Saidam dan anggota keluarga di rumahnya syahid dalam serangan itu.
Pada 12 November, sebuah rudal Israel menghantam rumah satu-satunya dokter transplantasi ginjal di Gaza, Dr. Humam Al-Louh, membuat dia dan ayahnya syahid. (AT/RI-1/P2)
Sumber: TNA
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Mi’raj News Agency (MINA)