Istanbul, 26 Ramadhan 1436/13 Juli 2015 (MINA) – Menggunakan seni untuk meningkatkan kesadaran tentang Muslim Rohingya yang tertindas, pemenang penghargaan fotografer Amerika Serikat mengadakan sebuah pameran di Istanbul untuk menginformasikan penderitaan warga minoritas Rohingya yang beragama Muslim di Burma.
“Di Burma (Myanmar), kondisi Rohingya cukup memprihatinkan, mereka terbatas pada satu wilayah geografis, mereka tidak bisa bebas bepergian dari wilayah ke wilayah lainnya, mereka menerima bantuan medis yang sangat sedikit dan pendidikan anak-anak mereka tak dipedulikan penguasa, “ujar Greg Konstantin kepada Anadolu Agency, OnIslam melaporkan dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Senin (13/7).
Berjudul, Exile to Nowhere, pameran menampilkan koleksi foto yang mencerminkan penderitaan Muslim Rohinya di negara berpenduduk mayoritas Buddha.
Sebelumnya pameran serupa sudah diadakan di Washington, Bangkok dan Jenewa untuk menjelaskan penganiayaan dan pelecehan yang dihadapi oleh umat Islam Rohingya.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Kunjungan Konstantin pertama kali adalah ke masyarakat Rohingya di negara bagian Rakhine Myanmar pada tahun 2006, fotografer Amerika itu kemudian membuat delapan perjalanan berikutnya ke daerah lainnya.
“Saya sangat terkejut dengan situasi masyarakat Rohingya yang tinggal di sana,” kata Konstantin, sembari menyatakan kurangnya perhatian masyarakat internasional kepada masyarakat itu.
Padahal, lanjutnya, PBB sudah menyatakan Rohingya sebagai salah satu minoritas yang paling teraniaya di dunia, Muslim Rohingya menghadapi katalog diskriminasi di tanah air mereka.
Hak-hak kewarganegaraanwarga Rohingya ditplak sejak amandemen undang-undang kewarganegaraan pada tahun 1982 dan diperlakukan sebagai imigran ilegal di rumah mereka sendiri.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Pemerintah Burma serta mayoritas Buddha menolak untuk mengakui istilah “Rohingya”, merujuk kepada masyarakat tersebut sebagai “Bengali”. (T/P007/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas