Oleh : Mustofa Kamal, Pendakwah Medsos, Alumni Tarbiyah Wustho Lampung
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا * يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا * وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا
Artinya: “Maka Aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Robb mu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Nescaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, membanyak harta dan anak-anakmu, mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS Nuh/71 : 10-12).
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Istighfar dan taubat akan menjadi penyebab diturunkannya rizki dari Allah. Namun bukan sekedar istighfar di bibir saja, tetapi harus disertai dengan amalan sebagai wujud taubat.
Contoh kalimat istighfar dan taubat adalah seperti di bawah ini,
أَسْتَغْفِرُاللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ
Artinya: “Aku memohon ampunan kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya”.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Kalimat tersebut harus benar-benar keluar dari hati yang pasrah Kemudian diimbangi dengan amalan shalih. Demikian yang dijelaskan Imam Ar-Raghib Al-Ashfahani, Imam An-Nawawi, Imam At-thabari, dan Imam Al-Qurtuby.
Jadi, tidaklah berarti bahwa mereka diperintahkan meminta ampun hanya dengan lisan semata, tetapi harus dengan perbuatan. Bahkan hingga dikatakan, memohon istighfar hanya dengan lisan saja tanpa disertai perbuatan adalah pekerjaan para pendusta.
Menjelaskan surat Nuh ayat 10-12, Al-Hafidz Ibnu Katsir dalam Tafsirnya berkata: Maknanya, jika kalian bertaubat kepada Allah, meminta ampun kepada-Nya dan kalian senantiasa mentaati-Nya, niscaya Dia akan membanyakkan rizki dan menurunkan air hujan serta keberkahan dari langit. Serta mengeluarkan berkah dari bumi, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan untuk, melimpahkan air susu perahan, membanyakkan harta dan anak-anak, dan menjadikan kebun-kebun yang di dalamnya bermacam-macam buah-buahan serta mengalirkan sungai-sungai di antara kebun-kebun itu.
Demikian juga Amirul mukminin Umar bin Khaththab berpegang dengan apa yang terkandung dalam Surat Nuh ayat 10-12 ketika memohon hujan dari Allah .
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Imam Al-Hasan Al-Bashri juga menganjurkan istighfar kepada setiap orang yang mengadukan kepadanya tentang kegersangan, kefakiran, sedikitnya keturunan dan kekeringan kebun-kebun.
Ayat lain adalah firman Allah yang menceritakan tentang seruan Hud kepada kaumnya agar beristighfar
وَيَٰقَوْمِ ٱسْتَغْفِرُوا۟ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوٓا۟ إِلَيْهِ يُرْسِلِ ٱلسَّمَآءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَىٰ قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا۟ مُجْرِمِينَ
Artinya; “Dan (Hud berkata), ‘Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertaubatlah kepadaNya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat lebat atasmu dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa’.” (QS Hud/11 : 52).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Al-Hafidz Ibnu katsir dalam menafsirkan ayat tersebut menjelaskan: Kemudian NAbi Hud memerintahkan kaumnya untuk beristighfar yang dengannya dosa-dosa yang lalu dapat dihapuskan. Kemudian memerintahkan mereka bertaubat untuk masa yang akan mereka hadapi. Barangsiapa memiliki sifat seperti ini, niscaya Allah akan memudahkan rizkinya, melancarkan urusannya dan menjaga keadaannya.
Pada ayat lain Allah berfirman :
وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ ۖ وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيرٍ
Artinya: “Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepadaNya. (jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan, dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari Kiamat.” (QS Hud/11: 3).
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Pada ayat tersebut, terdapat janji dari Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Menentukan berupa kenikmatan yang baik kepada orang yang beristighfar dan bertaubat.
Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan: Inilah buah dari istighfar dan taubat. Yakni Allah akan memberi kenikmatan kepada hamba-Nya dengan berbagai manfaat berupa kelapangan rizki dan kemakmuran hidup, serta Allah tidak akan menyiksa sebagaimana yang dilakukanNya terhadap orang-orang yang dibinasakan terdahulu.
Dalil lain bahwa beristighfar dan taubat dapat mendatangkan rizki yaitu hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa’i, Ibnu Majah dan Al-Hakim dari Abdullah bin Abbas ia berkata, Rasulullah bersabda:
مَنْ أَكْثَرَ اْلا سْتِغْفَارَ جَعَلَ اللهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَمِنْ كُلِّ ضِيْقٍ مَخْرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لاَيَحْتَسِبُ
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Artinya: “Barangsiapa memperbanyak istighfar (mohon ampun kepada Allah), niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar dan untuk setiap kesempitan-nya kelapangan dan Allah akan memberinya rizki (yang halal) dari arah yang tiada disangka-sangka”.
Untuk itu, marilah kita perbanyak istighfar dan bertaubat. Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang memiliki sifat taubat dan istighfar, dan semoga Allah mudahkanlah rizki-rizki kita, Allah lancarkanlah urusan-urusan kita serta Allah jaga keadaan kita. Aamiin. (A/mus/RS2/RS3)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati