London, MINA – Hanan Elatr, istri jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi yang dibunuh mengatakan, dia berencana menuntut perusahaan spyware Israel NSO Group, menuduh bahwa dia menjadi sasaran spyware Pegasus yang terkenal kejam itu.
Elatr juga bermaksud menuntut Arab Saudi dan UEA atas dugaan keterlibatan mereka dalam memasang spyware di ponselnya, The New Arab melaporkan, Jumat (23/9).
Investigasi bersama oleh harian Inggris The Guardian dan mitranya di Proyek Pegasus mengungkapkan bukti tahun lalu bahwa klien NSO menargetkan Elatr antara November 2017 hingga April 2018, beberapa bulan sebelum suaminya dimutilasi oleh regu pembunuh di konsulat Saudi di Istanbul.
“Penting untuk membuat semua orang yang terlibat dalam kejahatan mengerikan ini bertanggung jawab. Suami saya adalah orang yang damai. Saya percaya pada keadilan Amerika,” kata Elatr seperti dikutip The Guardian.
Baca Juga: Gunung Berapi Kanlaon di Filipina Meletus, 45.000 Warga Mengungsi
Janda yang dilaporkan menikahi Khashoggi beberapa bulan sebelum kematiannya, ingin mengambil dua ponsel, iPad dan laptop miliknya yang diyakini dipegang oleh otoritas Turki, dengan harapan mereka akan membantu kasusnya.
NSO Group telah membantah klaim keterlibatan dalam kasus Khashoggi dan Elatr dengan mengatakan, perangkat lunak mereka hanya dijual ke lembaga pemerintah untuk menargetkan penjahat dan teroris.
“NSO telah berulang kali menyatakan bahwa teknologi kami tidak terkait dengan pembunuhan Jamal Khashoggi atau anggota keluarganya, termasuk Hanan Elatr,” kata juru bicara NSO Group.
Arab Saudi dan Uni Emirat Arab juga sebelumnya menolak tuduhan bahwa mereka menggunakan malware Pegasus yang disediakan Israel untuk memata-matai jurnalis dan aktivis hak asasi manusia.
Baca Juga: Pengadilan Belanda Tolak Gugatan Penghentian Ekspor Senjata ke Israel
Namun, seorang agen Emirat juga ditemukan telah menempatkan Pegasus di telepon Elatr pada April 2018 ketika dia berada dalam tahanan UEA, Washington Post mengungkapkan tahun lalu. Instalasi spyware tampaknya berhasil, tetapi ini tidak dapat dikonfirmasi oleh outlet Amerika tersebut.
Pegasus menjadi pusat skandal tahun lalu setelah daftar sekitar 50.000 target pengawasan potensial di seluruh dunia diumumkan kepada publik, termasuk jurnalis, politisi, pengacara, dan pembangkang.
Spyware memberi peretas akses ke seluruh konten ponsel, termasuk kamera dan mikrofonnya. (T/RI-1/P1)
Baca Juga: Macron Resmi Tunjuk Francois Bayrou sebagai PM Prancis
Mi’raj News Agency (MINA)