Dalam Islam, salah satu sifat buruk yang sangat dicela adalah ketika seorang istri tidak bersyukur terhadap kebaikan suaminya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا ينظرُ اللَّهُ إلى امرأةٍ لا تشكُرُ لزوجِها وَهيَ لا تستَغني عنهُ
“Allah tidak akan melihat kepada wanita yang tidak berterimakasih kepada suaminya, padahal istri itu butuh suaminya” (HR. An-Nasa’i no. 9135, Al-Hakim no. 2771, dan dishahihkan Al-Albani dalam Shahih At-Targhib no. 1944).
Hadits ini menunjukkan betapa besarnya kesalahan jika seorang istri tidak mengakui kebaikan suaminya dan tidak mensyukurinya. Dalam hadits tersebut disebutkan bahwa Allah tidak akan melihat kepada wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya. Menurut penjelasan Imam Ath-Thabari,
Baca Juga: Peran Perempuan dalam Mempertahankan Masjid Al-Aqsa
لا يعطف عليهم بخير، مقتًا من الله لهم
“Allah tidak memberikan kasih sayang berupa kebaikan kepada mereka karena mendapatkan murka dari Allah.” (Tafsir Ath-Thabari, 6/528).
Ini berarti istri yang tidak bersyukur kepada suaminya akan jauh dari rahmat Allah dan mendapatkan murka-Nya. Dalam penjelasan ulama lainnya, As-Sam’ani berkata,
{وَلَا ينظر إِلَيْهِم يَوْم الْقِيَامَة} يَعْنِي: لَا ينظر إِلَيْهِم بِالرَّحْمَةِ
Baca Juga: Keutamaan Muslimah dalam Al-Qur’an dan Hadis, Inspirasi Sifat Mulia
“[Allah tidak memandang mereka di hari kiamat] yakni: Allah tidak memandang mereka dengan pandangan rahmah.” (Tafsir As-Sam’ani, 334). Ini menegaskan bahwa pada hari kiamat, wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya tidak akan mendapatkan pandangan kasih sayang dari Allah.
Syukur adalah bagian penting dalam setiap hubungan, termasuk hubungan suami istri. Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an,
وَلَا تَنْسَوُا الْفَضْلَ بَيْنَكُمْ
“Dan janganlah kalian melupakan keutamaan di antara kalian.” (QS. Al-Baqarah: 237). Ayat ini menekankan bahwa hubungan suami istri harus dibangun di atas dasar penghargaan dan pengakuan atas kebaikan masing-masing, terutama dari pihak istri terhadap suaminya.
Baca Juga: Muslimah Mulia dalam Al-Qur’an dan Hadits
Ketidaksyukuran seorang istri terhadap suaminya dapat menyebabkan keretakan dalam rumah tangga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
إنَّكنَّ تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ وَتَكْفُرْنَ العَشِيرَ
“Sesungguhnya kalian (para wanita) banyak melaknat dan mengingkari kebaikan suami.” (HR. Bukhari no. 29). Hadits ini memperingatkan bahwa sering kali wanita mengingkari kebaikan suami mereka, padahal hal tersebut sangat dibenci oleh Allah.
Selain mendapatkan murka Allah, ketidaksyukuran juga akan berdampak buruk pada hubungan suami istri. Suami yang tidak dihargai kebaikannya akan merasa tersakiti, yang pada akhirnya bisa mempengaruhi keharmonisan rumah tangga.
Baca Juga: Netty Aher Dorong Pemerintah Perkuat Diplomasi Dukung Palestina
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
من لا يشكر الناس لا يشكرالله
“Barangsiapa yang tidak berterima kasih kepada manusia, maka dia tidak berterima kasih kepada Allah.” (HR. Tirmidzi no. 1954).
Sebaliknya, istri yang bersyukur atas kebaikan suaminya akan mendapatkan keberkahan dari Allah. Allah Ta’ala berfirman,
Baca Juga: Muslimah Sejati, Panduan Membangun Karakter Mulia
لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
“Jika kalian bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepada kalian.” (QS. Ibrahim: 7).
Ini berlaku dalam segala hal, termasuk dalam rumah tangga. Istri yang bersyukur akan mendapati rumah tangganya penuh dengan kebahagiaan dan keberkahan.
Istri-istri Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah teladan dalam hal bersyukur. Mereka senantiasa menghargai perjuangan dan pengorbanan Rasulullah, meskipun mereka juga hidup dalam kesederhanaan. Sikap mereka yang penuh rasa syukur menjadikan rumah tangga Nabi sebagai contoh yang sempurna bagi umat Islam.
Baca Juga: Kursi Perempuan DPR 2024-2029 Capai Tertinggi dalam Sejarah
Syukur terhadap suami juga merupakan bentuk penghormatan. Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِأَحَدٍ لَأَمَرْتُ الزَّوْجَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا
“Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk bersujud kepada orang lain, niscaya aku akan memerintahkan seorang istri untuk bersujud kepada suaminya.” (HR. Tirmidzi no. 1159).
Meskipun sujud di sini tidak diperbolehkan, tetapi hadits ini menunjukkan betapa pentingnya seorang istri menghormati dan bersyukur kepada suaminya.
Baca Juga: Fenomena Hijrah Muslimah, Antara Tren atau Pilihan Hidup?
Bagi istri yang bersyukur, Allah menjanjikan pahala yang besar. Dalam sebuah hadits disebutkan,
أيُّمَا امْرَأَةٍ مَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَنْهَا رَاضٍ دَخَلَتْ الْجَنَّةَ
“Siapa saja istri yang meninggal dalam keadaan suaminya ridha kepadanya, maka ia akan masuk surga.” (HR. Tirmidzi no. 1161).
Syukur tidak hanya berdampak pada kehidupan dunia, tetapi juga sangat berpengaruh pada kehidupan akhirat. Istri yang bersyukur kepada suaminya akan mendapatkan pandangan rahmat dari Allah di akhirat, sementara istri yang tidak bersyukur akan dijauhi dari rahmat tersebut.
Baca Juga: Lebih dari Sekadar Penutup: Hijab Simbol Keindahan, Martabat dan Spiritualitas Muslimah
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menekankan pentingnya akhlak mulia dalam kehidupan berumah tangga. Salah satu akhlak yang paling mulia adalah bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan, termasuk dalam hal ini adalah bersyukur kepada suami yang telah berjuang dan berkorban untuk keluarganya.
Ketidaksyukuran seorang istri terhadap suami adalah perbuatan yang sangat tercela dalam Islam. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah memperingatkan bahwa istri yang tidak bersyukur kepada suaminya tidak akan mendapatkan rahmat Allah. Sebaliknya, istri yang bersyukur akan mendapatkan pahala besar dan keberkahan dalam hidupnya di dunia dan akhirat. []
Mi’raj News Agency (MINA)