Oleh Yakhsyallah Mansur, Imaam Jama’ah Muslimin (Hizbullah)
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman Allah:
إِنَّ هَذَا الْقُرْءَانَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا (٩) وَأَنَّ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا (١٠)
“(9) Sesungguhnya Al Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar; (10) dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, Kami sediakan bagi mereka azab yang pedih. (Q.S. al-Isra’, 17: 9 – 10)
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah
Kedua ayat ini terdapat dalam surat al-Isra’ yang berarti perjalanan malam yang diambil dari kata asra’ yang terdapat pada ayat pertama, dikaitkan dengan perjalanan malam Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha di Baitul Maqdis (Palestina). Jarak antara kedua tempat ini kurang lebih 1.500 km yang dalam perjalanan biasa memerlukan waktu sekitar 40 hari.
Surat ini dinamakan pula dengan surat Bani Israil, dikaitkan dengan penuturan tentang Bani Israil (anak keturunan Nabi Ya’kub ‘Alaihi Salam) pada ayat ke-2 sampai ke-8 dan kemudian pada ayat 101 sampai dengan ayat 104.
Kata Israil memiliki asal-usul yang bermacam-macam, antara lain:
- Israil berarti hamba/teman dekat Tuhan
- Israil berarti orang yang berjalan di malam hari. Sebab Nabi Ya’kub ‘Alaihi Salam sering melakukan perjalanan di malam hari, karena jika melakukan perjalanan di siang hari, takut ditemukan dan disiksa oleh saudaranya.
- Israil berarti orang yang berhasil mengalahkan Allah. Disebutkan dalam Kitab Kejadian 32: 28, bahwa Nabi Ya’kub ‘Alaihi Salam pernah berkelahi dengan Tuhan dan berhasil mengalahkannya. Ketika Nabi Ya’kub ‘Alaihi Salam akan membunuhnya, Tuhan berkata, “Namamu tidak disebut lagi Ya’kub sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia dan engkau menang.”
Pendapat yang kedua dan ketiga bersumber dari orang Yahudi untuk melecehkan Tuhan dan para nabi. Menurut hemat kami, tidak dapat dipertanggungjawabkan sama sekali. Kedua ayat di atas merupakan sebagian ayat-ayat al-Qur;an yang menunjukkan keistimewaan al-Qur’an. Pada dua ayat ini secara global juga menyebutkan kandungan al-Qur’an sebagai petunjuk menuju thariqah (jalan) yang terbaik, paling adil, dan benar. Dalam al-Qur’an, Allah memberikan semua solusi yang diperlukan oleh manusia sepanjang hidupnya. Allah memberikan pemecahan yang paling sempurna dan paling logis untuk memberi petunjuk kepada manusia dalam menghadapi semua masalah yang muncul.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-21] Tentang Istiqamah
Oleh karena itu, orang yang beriman akan mengatur seluruh hidupnya sesuai dengan al-Qur’an dan berjuang untuk melaksanakan apa yang telah dia baca dan dia pelajari dari al-Qur’an. Adapun orang yang tidak beriman yang tidak menggunakan al-Qur’an sebagai petunjuk, dia akan menjadikan hawa nafsunya sebagai petunjuk, menggantikan al-Qur’an. Orang yang demikian pasti akan sengsara karena yang dipikirkan hanya dunia dan tidak percaya akan adanya akhirat. Tujuan hidupnya hanya bermuara pada harta sehingga sikap individualis menebar dalam kehidupan masyarakat. Ketentraman dunia yang mereka cari tidak terwujud, sementara itu siksa akhirat yang disediakan oleh Allah telah menanti.
Keistimewaan Al-Qur’an
A-Qur’an memiliki banyak keistimewaan, antara lain:
- Terpelihara Keasliannya
Firman Allah:
Baca Juga: Hijrah Hati dan Diri: Panduan Syariah untuk Transformasi Spiritual dan Pribadi
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ (٩)
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.“ (Q.S. al-Hijr, 15: 9)
Upaya-upaya untuk memalsukan al-Qur’an telah dilakukan oleh orang-orang kafir sejak dahulu sampai sekarang tetapi usaha-usaha itu selalu gagal total.
Musailamah al-Kadzab, seorang sastrawan Arab yang mengaku sebagai nabi berusaha untuk menandingi al-Qur’an dengan mengubah beberapa syair. Tetapi syair gubahannya itu hanya membuat orang tertawa. Misalnya untuk menandingi surat al-Ashr, dia mengaku mendapat wahyu:
Baca Juga: Aksi Peduli Palestina: Cara Efektif dan Nyata Membantu Sesama yang Membutuhkan
يَا وَبَر يِا وَبَر إِنَّكَ أُذُنَنَانِ وَ صَدْرٌ وَسَيْرَكَ حَفَرَ النَّقَرَ
“Hai kelinci, hai kelinci, kamu punya dua daun telinga dan dada tempat jalanmu ada lubang galian.”
Di era modern, pemalsuan al-Qur’an dilakukan oleh kelompok Ahmadiyah dengan menyusun kitab Tadzkirah yang menurut mereka merupakan wahyu Allah yang diturunkan kepada Mirza Ghulam Ahmad. Pada tahun 2009, penerbit asal Amerika, Omega 2001 dan One Press membuat al-Qur’an palsu dengan judul hard cover “FURQANUL HAQ” atau “TRUE FURQAN”, dan usaha inipun gagal total.
- Sesuai dengan Sains Modern
Al-Qur’an terbukti sesuai dengan sains modern. Contoh bukti kesesuaian al-Qur’an dengan sains modern antara lain digantinya kulit manusia di neraka. Kulit adalah pusat kepekaan panas. Maka jika kulit telah terbakar api seluruhnya, akan lenyap kepekaannya. Oleh karena itu, Allah menghukum orang kafir dengan mengembalikan kulitnya waktu demi waktu. Allah berfirman:
Baca Juga: Enam Cara Mudah Bantu Palestina
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِنَا سَوْفَ نُصْلِيهِمْ نَارًا كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُودُهُمْ بَدَّلْنَاهُمْ جُلُودًا غَيْرَهَا لِيَذُوقُوا الْعَذَابَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَزِيزًا حَكِيمًا(٥٦)
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. al-Nisaa’: 56)
Ayat inilah yang mendorong Dr. Tagata Tejasen, Ketua Departemen Anatomi di Universitas Chiang Mai, Thailand masuk Islam.
- Dihafalkan Banyak Manusia
Allah berfirman:
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْءَانَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ(١٧)
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Q.S. al-Qamar, 54: 17)
Ayat ini diulang empat kali dalam surat tersebut dan terbukti al-Qur’an adalah satu-satunya kitab suci yang banyak dihapal oleh banyak manusia bahkan mampu dihapal oleh anak-anak yang masih sangat belia. Ibnu Sina hapal al-Qur’an di usia 5 tahun, Imam Thabary, Imam Syafi’i, dan Ibnu Khaldun hapal al-Qur’an usia 7 tahun. Imam al-Suyuthi hapal al-Qur’an sebelum usia 8 tahun. Ibnu Hajar al-Asqalani hapal al-Qur’an usia 9 tahun, Ibnu Qudamah hapal al-Qur’an usia 10 tahun.
- Menceritakan Masa Lalu dan Akan Datang dengan Tepat
Diantaranya adalah kemenangan bangsa Romawi setelah mereka mengalami kekalahan dari bangsa Persia. Allah berfirman:
Baca Juga: Suriah dan Corak Bendera yang Berganti
غُلِبَتِ الرُّومُ(٢)فِي أَدْنَى الْأَرْضِ وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ(٣)فِي بِضْعِ سِنِينَ لِلَّهِ الْأَمْرُ مِنْ قَبْلُ وَمِنْ بَعْدُ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ(٤)
“(2) Telah dikalahkan bangsa Rumawi, (3) di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, (4) dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman,” (Q.S. al-Ruum: 2 – 4)
Sekitar tujuh tahun setelah diturunkannya ayat-ayat di atas pada Desember 627 Masehi, perang penentu antara Romawi dan Persia terjadi di Nineveh. Kali ini pasukan Romawi secara mengejutkan mengalahkan pasukan Persia dan memaksa Persia harus membuat perjanjian dengan Romawi untuk mengembalikan wilayah yang mereka rampas dari Romawi. Akhirnya kemenangan bangsa Romawi yang diumumkan oleh Allah dalam al-Qur’an menjadi kenyataan.
Keajaiban lain-lain yang diungkapkan pada ayat-ayat di atas adalah pengumuman tentang fakta geografis yang tidak diketahui oleh seorangpun pada masa itu, yaitu tentang kekalahan Romawi di daerah yang paling rendah di bumi.
Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman
Ungkapan “adnal ardli” yang diterjemahkan dengan “bumi yang terdekat” adalah kurang tepat. Kata “adna” dalam bahasa Arab berarti “yang paling rendah.” Karena itu, “adnal ardli” artinya tempat paling rendah di bumi. Sejarah membuktikan bahwa ketika Romawi dikalahkan Persia, dan kehilangan Yerusalem benar-benar terjadi di letak paling rendah di bumi. Wilayah yang dimaksud adalah cekungan Laut Mati yang sekarang berada di Yordania. Laut Mati terletak 395 meter di bawah permukaan laut adalah daerah paling rendah di muka bumi. Ini membuktikan bahwa Romawi dikalahkan oleh Persia di bagian bumi paling rendah, persis seperti yang dikemukakan pada rangkaian ayat ini.
Bukti lain tentang ketepatan peristiwa yang terjadi di masa datang adalah kemenangan umat Islam terhadap kafir Quraisy. Allah berfirman:
سَيُهْزَمُ الْجَمْعُ وَيُوَلُّونَ الدُّبُرَ(٤٥)
“Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang.” (Q.S. al-Qamar, 54: 45)
Baca Juga: Hari HAM Sedunia: Momentum Perjuangan Palestina
Para ulama sepakat bahwa yang dimaksud “golongan” itu adalah kafir Quraisy. Saat itu sepertinya kondisinya sangat tidak mungkin umat Islam dapat mengalahkan kafir Quraisy. Mengingat umat Islam dalam kondisi serba susah, baru saja diboikot, Khadijah Radliyallahu ‘Anha dan Abu Thalib wafat, dan umat Islam sangat lemah. Tetapi ayat ini benar-benar terbukti dengan kekalahan kafir Quraisy dalam perang Badar dan mereka lari dari medang perang.
- Petunjuk Manusia Sepanjang Masa
Firman Allah:
ذَلِكَ هُدَى اللهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُضْلِلِ اللهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ (٢٣)
“….Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorangpun pemberi petunjuk baginya.” (Q.S. al-Zumar, 39: 23)
Baca Juga: Literasi tentang Palestina Muncul dari UIN Jakarta
Petunjuk dalam bahasa Arab, hidayah adalah penjelasan atau petunjuk jalan yang akan menyampaikan kepada tujuan sehingga meraih kemenangan di sisi Allah. Hidayah adalah nikmat Allah yang paling besar,sebagaimana firman-Nya:
أَوْ كَظُلُمَاتٍ فِي بَحْرٍ لُجِّيٍّ يَغْشَاهُ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ سَحَابٌ ظُلُمَاتٌ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ إِذَا أَخْرَجَ يَدَهُ لَمْ يَكَدْ يَرَاهَا وَمَنْ لَمْ يَجْعَلِ اللَّهُ لَهُ نُورًا فَمَا لَهُ مِنْ نُورٍ(٤٠)
“Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun.” (Q.S. al-Nur, 24: 40)
Untuk mendapat hidayah, banyak jalan yang dapat ditempuh, antara lain:
a. Berdoa
Jalan yang paling kuat untuk mendapatkan hidayah adalah berdoa, karena Allah tidak akan menolak orang yang berdoa kepada-Nya. Inilah yang diajarkan oleh Allah dalam surat al-Fatihah dan selalu kita ulang-ulang dalam setiap shalat.
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ(٦)
“Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus.” (Q.S. al-Fatihah, 1: 6)
b. Bertaubat
Firman Allah:
وَيَقُولُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا أُنْزِلَ عَلَيْهِ ءَايَةٌ مِنْ رَبِّهِ قُلْ إِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ أَنَابَ (٢٧)
“Orang-orang kafir berkata: “Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) tanda (mu`jizat) dari Tuhannya?” Katakanlah: “Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertaubat kepada Nya.” (Q.S. al-Ra’d, 13: 27)
Dengan demikian, hidayah adalah buah dari taubat. Tidak mungkin seorang hamba mendapat hidayah sedangkan dia berkubang dalam kemaksiatan.
c. Iman
Firman Allah:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ(١١)
“Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. al-Taghabun, 64: 11)
Pada ayat lain:
إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ يَهْدِيهِمْ رَبُّهُمْ بِإِيمَانِهِمْ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ الْأَنْهَارُ فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ(٩)
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh keni`matan.” (Q.S. Yunus, 10: 9)
Kedua ayat ini menjelaskan iman (kepercayaan) itu akan menyebabkan datangnya hidayah. Oleh karena itu, kita harus percaya dan yakin dengan segala sesuatu yang datang dan Allah akan menerima dengan sepenuh hati dengan apa yang diputuskan oleh Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana firman-Nya:
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ(٥١)
“Sesungguhnya jawaban orang-orang mu’min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan.” “Kami mendengar dan kami patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. al-Nur, 24: 51).
d. Ilmu
Yang dimaksud ilmu di sini adalah ilmu yang bersumber dari Allah dan Rasul-Nya yaitu ilmu al-Qur’an dan al-Sunnah. Allah berfirman:
أَفَمَنْ يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَى إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ(١٩)
“Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran,” (Q.S. al-Ra’d, 13: 19)
Ada banyak orang yang mendapat hidayah setelah melakukan penelitian di bidang ilmu pengetahuan yang dimiliki, antara lain:
- Maurice Bucaille, masuk Islam karena jasad Fir’aun.
Dokter bedah ini masuk Islam setelah mendengar firman Allah:
فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ ءَايَةً وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ ءَايَاتِنَا لَغَافِلُونَ (٩٢)
“Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” (Q.S. Yunus,10: 92)
2. Jacques Yves Costeau, menemukan Islam di laut terdalam.
Oceanografer ini masuk Islam setelah membaca firman Allah:
مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ(١٩)بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَا يَبْغِيَانِ(٢٠)
“(19) Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, (20) antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing.” (Q.S. al-Rahman, 55: 19-20)
Dan firman Allah:
وَهُوَ الَّذِي مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ هَذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ وَهَذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخًا وَحِجْرًا مَحْجُورًا(٥٣)
“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S. al-Furqan, 25: 53)
3. Demitri Bolykov, meyakini matahari akan terbit dari barat.
Fisikawan asal Ukraina ini mengatakan bahwa pintu masuk baginya adalah fisika. Beliau masuk Islam setelah membaca hadtits,”Siapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari Barat maka Allah akan menerima taubatnya.” (H.R. Bukhari).
4. Fedehua O’leary, menemukan rahasia sujud dalam shalat.
Ahli neurologi asal AS ini mendapat hidayah saat melakukan kajian terhadap saraf otak manusia. Dalam penelitian yang cukup lama, ia menemukan beberapa urat saraf di dalam otak manusia yang tidak dimasuki darah kecuali ketika seseorang melakukan sujud dalam shalat. Artinya, kalau manusia tidak menunaikan shalat, otak tidak dapat menerima darah yang secukupnya untuk berfungsi secara normal. Setelah penelitian itu, ia mencari tahu tentang Islam dan setelah mempelajari dan mendiskusikannya, akhirnya ia masuk Islam..
5. Profesor William, menemukan tumbuhan bertasbih.
Ahli biologi molecular ini masuk Islam setelah membaca firman Allah:
تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا(٤٤)
“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (Q.S. al-Isra’: 44)
Dalam sebuah penelitian, ternyata tumbuhan dapat mengeluarkan suara ultrasonik (suara halus yang tidak dapat didengar oleh telinga biasa). Yang mengejutkan ketika getaran halus ini ditransfer pada alat perekam, muncul garis-garis yang membentuk lafadz Allah dalam layar. Inilah bukti kalau tumbuhan itu bertasbih seperti yang disebut pada ayat di atas. Selang beberapa hari setelah penelitian itu, Prof. William berceramah di Universitas Carnegie Mellon dan mengatakan, “Dalam hidupku aku belum pernah menemukan fenomena semacam ini selama 30 tahun menekuni pekerjaan ini, dan tidak ada seorang ilmuwan pun dari mereka yang melakukan pengkajian yang sanggup menafsirkan apa makna fenomena ini. Begitu pula tidak pernah ditemukan kejadian alam yang bisa menafsirinya. Akan tetapi satu-satunya tafsir yang bisa kita temukan adalah dalam al-Qur’an. Hal ini tidak ada pilihan buatku selain mengucapkan syahadatain.”
e. Berpegang Teguh kepada Agama Allah seraya Berjama’ah
Firman Allah:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ ءَايَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ(١٠٣)
“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali (agama) Allah seraya berjamaah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni`mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Q.S. Ali ‘Imran: 103)
Melalui ayat ini, Allah memberikan pedoman kepada kaum muslimin bagaimana cara berpegang teguh kepada agama-Nya yakni dengan berjama’ah.
Menurut pengertian syariat, al-Jama’ah adalah umat Islam yang menyepakati seorang pemimpin (imam/amir). Tujuan dari jama’ah adalah penyatuan umat Islam di seluruh dunia dalam rangka mencari ridla Allah. Dengan berjama’ah, umat Islam akan terhindar dari berpecah-belah sehingga dapat mewujudkan kehidupan yang penuh kasih sayang dan persaudaraan yang akhirnya menyebabkan datangnya hidayah kepada setiap orang yang berada dalam jama’ah tersebut.
Lenyapnya Negara Israel dan Bebasnya Masjidil Aqsha
Menurut Sayyid Quthb dalam “Fi Dzilalil Qur’an”, peristiwa Isra’ yang disebut dalam surat al-Isra’ adalah mengabarkan tentang tumbanya kejayaan Bani Israel.
Peristiwa isra’ merupakan tanda kekuasaan Allah dan sebuah perjalanan yang menakjubkan dalam ukuran empirik manusia. Masjidil Aqsha yang menjadi ujung perjalanan adalah pusat tanah yang mulia (al-syarif). Tempat yang ditentukan Allah untuk Bani Israel lalu Allah mengusir dari negeri itu karena kemaksiatan yang mereka lakukan.
Surat al-Isra’ secara umum berisi tentang akhir perjalanan hidup dan kejayaan bangsa Yahudi, juga mengungkapkan hubungan langsung antara tumbangnya kejayaan suatu bangsa dengan maraknya kemaksiatan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Hal ini sejalan dengan sunnatullah yang disebutkan pada ayat 16:
وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا(١٦)
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menta`ati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.”
Membaca surat al-Isra’ dengan metode tafsir analitik, disimpulkan bahwa terdapat dua janji Allah tentang kehancuran bangsa Yahudi;
- Kehancuran Pertama
فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ أُولَاهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَنَا أُولِي بَأْسٍ شَدِيدٍ فَجَاسُوا خِلَالَ الدِّيَارِ وَكَانَ وَعْدًا مَفْعُولًا (٥)
“Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana.” (Q.S. al-Isra’: 5)
Kemaksiatan yang paling besar ialah karena mereka menyembah berhala dan membunuhi para nabi. Maka Allah mendatangkan Nebukadnezar ke Yerusalem lalu dihancurkanlah negeri itu dan “dia merajalela di kampung-kampung” dengan meruntuhkan dan meratakan dengan tanah seluruh bangunannya. Anak-anak dibunuhi dan beribu-ribu tawanan dibawa ke Babilonia.
Kehancuran bangsa Yahudi ini terjadi 500 tahun sebelum Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam hijrah ke Madinah dan sebelum adanya Isra’ dan Mi’raj.
- Kehancuran Kedua
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا(٧)
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.” (Q.S. al-Isra’: 7)
Inilah jaminan Allah kepada Bani Israil, bahwa apabila mereka berbuat baik maka kebaikan itu akan kembali kepada diri mereka sendiri dan apabila mereka berbuat jahat maka hasil kejahatan itu akan menimpa diri mereka sendiri.
Sebelumnya pada ayat ke-6 disebutkan bahwa Allah telah memberikan berbagai anugerah kepada bangsa Yahudi (Israil) dengan mengembalikan negeri mereka setelah dirampas oleh bangsa Persia ditambah dengan limpahan kekayaan dan memberikan banyak anak laki-laki yang kuat serta pasukan yang tangguh.
Dalam konteks kekinian, menurut Muhammad al-Rasyid, ayat ke-6 ini dapat dipahami sebagai berikut:
- “Allah memberikan kembali tanah mereka yang kedua kali dari musuhmu.” Berdirinya negara Israel tahun 1948, yaitu setelah mengalahkan musuh-musuhnya (pasukan Arab).
- “Membantu dengan harta kekayaan yang melimpah.” Berupa bantuan dari Amerika dan donatur-donatur lainnya.”
- “Memberikan anak laki-laki yang kuat.” Terbukti bahwa sejak kedatangan Israel ke Palestina, populasi penduduk lebih banyak laki-laki daripada perempuan.
- “Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar.” Terbukti pada perang tahun 1948 dan 1967, tentara Israel 3 kali lipat lebih banyak dibanding tentara Arab.
Selanjutnya pada ayat 104, Allah berfirman:
وَقُلْنَا مِنْ بَعْدِهِ لِبَنِي إِسْرَائِيلَ اسْكُنُوا الْأَرْضَ فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآخِرَةِ جِئْنَا بِكُمْ لَفِيفًا(١٠٤)
“dan Kami berfirman sesudah itu kepada Bani Israil: “Diamlah di negeri ini, maka apabila datang masa berbangkit, niscaya Kami datangkan kamu dalam keadaan bercampur baur (dengan musuhmu).”
Ayat ini dapat dipahami setelah kehancuran karena serangan musuh-musuhnya, bangsa Yahudi kemudian bercerai-berai (diaspora) ke seluruh penjuru dunia dan kembalinya bangsa Yahudi ke Palestina pada tahun 1948 adalah berasal dari bermacam-macam suku dan ras yang ada di dunia.
Dengan kembali dan berkumpulnya bangsa Yahudi di Palestina saat ini berarti tanda kehancuran mereka yang kedua sudah dekat. Mereka sedanng menunggu “orang yang akan menyuramkan muka mereka dan memasuki Masjidil Aqsha serta menghancurkan mereka sehancur-hancurnya.”
Pada ayat di atas, “mereka masuk” dengan menggunakan fi’il mudlari’ yang menunjukkan pengertian ‘sedang’ atau ‘akan terjadi’. Dengan demikian, kehancuran yang kedua ini akan terjadi setelah ayat itu turun. Tentang kapan terjadinya, Allah yang tahu.
Muhammad al-Rasyid bercerita, “Pada waktu negara Israel berdiri dan memproklamirkan kemerdekaannya (tahun 1948), seorang wanita Yahudi menangis dan masuk ke rumah keluarganya. Ketika ditanya, “Kenapa menangis, padahal orang Yahudi sedang bergembira dan merayakan kemerdekaan Israel?” Dia menjawab, “Bahwa dengan berdirinya negera Israel yang kedua adalah sebab adanya bani Israel yang akan dihancurkan dan dibinasakan.
Tafsir analitik tentang kronologi kehancuran bangsa Israel di atas mungkin tidak dijamin kebenarannya karena para ulama pun berbeda-beda dalam menafsirkan ayat-ayat tersebut. Tetapi yang pasti benar adalah bahwa apabila suatu bangsa yang tidak menjadikan al-Qur’an sebagai petunjuk pasti akan hancur dan binasa. Ini adalah sunnatullah.
Sementara itu kita lihat saat ini, bangsa Israel adalah salah satu bangsa yang tidak menjadikan al-Qur’an bahkan mereka melecehkannya dengan melakukan berbagai macam kejahatan terhadap bangsa Palestina dan Masjidil Aqsha. Dengan demikian, kehancuran Israel sudah sangat dekat. Hal ini dapat kita lihat dari beberapa indikasi, sebagai berikut:
- Sebagai negera penjajah, Israel jelas kehilangan kemampuan melakukan peleburan dengan bangsa lain di kawasan Timur Tengah.
- Israel mengalami ketimpangan demografi melawan pertumbuhan warga Arab.
- Dunia makin sadar tentang apa yang terjadi di Timur Tengah. Makin banyak negara yang mendukung perjuangan Palestina dan makin banyak yang anti Israel. Di Israel sendiri mulai muncul organisasi swasta yang anti Israel dan melawan penghancuran rumah warga Palestina dan pengungsian mereka.
- Menurunnya jumlah militer Israel sebab jumlah kelompok usia militer semakin tinggi.
- Israel mengalami masalah sosial dan politik yang krusial karena perpecahan dua partai besar Kadima dan Likud terus berlanjut.
- Kaum terpelajar sekuler dan Barat eksodus balik dari Israel sehingga yang tersisa hanya kelompok ekstrim dalam politik dan agama yang saling mengkafirkan dan menghabisi. Inilah yang digambarkan oleh Allah:
بَأْسُهُمْ بَيْنَهُمْ شَدِيدٌ تَحْسَبُهُمْ جَمِيعًا وَقُلُوبُهُمْ شَتَّى ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْقِلُونَ(١٤)
“Permusuhan antara sesama mereka adalah sangat hebat. Kamu kira mereka itu bersatu sedang hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tiada mengerti.” (Q.S. al-Hasyr, 59: 14)
Indikasi-indikasi di atas dipercayai oleh banyak pihak, bahkan oleh para pendukung Israel. Menurut laporan media, Henry Kissinger, mantan Menteri Luar Negeri AS yang berbangsa Yahudi setuju bahwa dalam waktu dekat Israel akan tidak ada lagi bahwa The New York Post mengutip perkataan Kissinger, “Dalam 10 tahun tidak ada lagi Israel.”
Lenyapnya Israel berarti terbebasnya Masjidil Aqsha dari penjajahan Israel, dan yang akan membebaskan Masjidil Aqsha adalah umat Islam sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ الْيَهُودَ فَيَقْتُلُهُمْ الْمُسْلِمُونَ حَتَّى يَخْتَبِئَ الْيَهُودِيُّ مِنْ وَرَاءِ الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ فَيَقُولُ الْحَجَرُ أَوْ الشَّجَرُ يَا مُسْلِمُ يَا عَبْدَ اللهِ هَذَا يَهُودِيٌّ خَلْفِي فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ إِلَّا الْغَرْقَدَ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ (رواه البخاري)
“Tidak akan terjadi Kiamat sehingga kaum Muslimin memerangi kaum Yahudi sampai Yahudi berlindung di balik batu dan pohon lalu batu dan pohon berbicara “Hai Muslim, hai hamba Allah, ini Yahudi di belakangku, kemari, bunuhlah dia,” kecuali Ghorqod sebab ia (Ghorqod) sungguh merupakan pohon Yahudi.” (H.R. Bukhari)
Namun lenyapnya Israel tidak boleh hanya kita tunggu tetapi harus kita perjuangkan dengan cara menjadikan al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman hidup.
Menjadikan al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman hidup berarti mengikuti al-Qur’an dengan sebenarnya. Allah berfirman:
الَّذِينَ ءَاتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلَاوَتِهِ أُولَئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ(١٢١)
“Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (Q.S. al-Baqarah, 2: 121)
Abdullah bin Mas’ud dan Abdullah bin Abbas berkata, “Mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya,” maksudnya adalah mengikuti al-Qur’an dengan sebenar-benarnya, menghalalkan apa yang dihalalkan, dan mengharamkan apa yang diharamkan dan tidak menyelewengkan perkataan dari tempat yang semestinya serta tidak menakwilkannya dengan takwil yang bukan semestinya.”
Wallahu a’lam bishawab.(RS3/P1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)