Jamaah Masjid At-Taqwa Cileungsi Laksanakan Shalat Gerhana Bulan

Cileungsi, Bogor, MINA – , Cileungsi Bogor, Rabu (26/5)/15 Syawal 1442 H melaksanakan shalat Gerhana Bulan secara berjamaah, yang diakhiri dengan penyampaian Khutbah.

Shalat Gerhana Bulan yang langsung dipimpin Imaamul Muslimin Yakhsyallah Mansur dilaksanakan selama satu jam mulai pukul 18.33-19.38 WIB, diikuti ratusan jamaah.

Imaam Yakhsyallah mengatakan, shalat gerhana disunahkan untuk melaksanakan shalat gerhana.

Sebagaimana dalam hadist Aisyah Radliallahu ‘anha mengabarkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasalam ketika hari terjadinya Gerhana matahari, Beliau berdiri melaksanakan shalat. Beliau membaca takbir, kemudian membaca dengan bacaan surat yang panjang, lalu ruku’ dengan ruku’ yang panjang (lama) lalu mengangkat kepalanya seraya membaca sami’allahu liman hamidah. Lalu Beliau kembali berdiri sebagaimana sebelumnya dan membaca bacaan yang panjang namun kurang dari bacaannya yang pertama tadi, lalu ruku’ dengan ruku’ yang panjang namun kurang dari ruku’nya yang pertama tadi, lalu sujud dengan sujud yang panjang. Kemudian Beliau melakukannya seperti itu pada raka’at yang akhir lalu memberi salam.

Sementara dalam hadis yang diriwayatkan Imam Muslim, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasalam: “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah termasuk dari tanda-tanda kebesaran Allah, gerhana terjadi pada keduanya bukan karena kematian seseorang dan tidak juga karena kehidupan seseorang. Maka jika kalian melihatnya, hendaklah hendaklah bertakbir, berdoa kepada Allah, melakukan salat, dan bersedekah. Di dalam riwayat Malik, “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah”. (HR. Muslim)

Shalat gerhana, kata khusuf lebih dikenal untuk menyebut gerhana matahari, sedangkan khusuf untuk menyebut gerhana bulan.

Diceritakan dalam berbagai riwayat bahwa putra Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasalam yaitu Ibrahim wafat saat masih kecil bertepatan hari terjadinya gerhana matahari.

Ketika Ibrahim wafat, orang-orang menghubungkannya dengan peristiwa gerhana matahari. Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasalam mengatakan bahwa peristiwa itu merupakan tanda-tanda kebesaran Allah, bukan karena kematian seseorang.

“Keduanya adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, tidak mengalami gerhana disebabkan karena mati atau hidupnya seseorang. Maka jika kalian melihat gerhana keduanya, bersegeralah mendirikan salat”. (Shahih Al-Bukhari No. 2964)

Dalam tataran praktis, ada yang memaknai perintah sujud pada ayat tersebut sebagai perintah untuk melaksanakan shalat
gerhana sebagaimana yang kita lakukan pada malam hari ini.

Momen gerhana bulan juga menjadi wahana tepat untuk memperbanyak permohonan ampun, tobat, kembali kepada Allah sebagai muasal dan muara segala keberadaan.

“Semoga fenomena gerhana bulan kali ini meningkatkan kedekatan kita
kepada Allah Subhanahu wa Taala, membesarkan hati kita untuk ikhlas menolong sesama, serta menjaga kita untuk selalu ramah terhadap alam
sekitar kita,” kata Imaam Yakhsyallah. (L/R8/R1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.