Oleh : Ust. Ali Farkhan Tsani, Da’i Lembaga Bimbingan Ibadah dan Penyuluhan Islam LBIPI) Ponpes Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jabar
Dengan penuh perhatian-Nya, Allah Subhanahu Wa Ta’ala menegur kita melalui ayat suci-Nya:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُۥ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ أَعْمَىٰ
Artinya : “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (QS Thaha [20]: 124).
Ayat ini memberikan peringatan kepada kita agar jangan sampai kita berpaling dari peringatan Allah.
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah
Ibnu Katsir menguraikan, kalimat berpaling dari peringatan-Ku, maksudnya adalah, “Janganlah menyelisihi perintah Allah dan apa yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, jangan pula menjauh dari-Nya, dan jangan pura-pura lupa, malah justru sebaliknya mengambil bimbingan dari yang lain.”
Allah mengingatkan, bahwa jika hal tersebut dilakukan, maka akibatnya adalah baginya “penghidupan yang sempit”.
Makna penghidupan yang sempit, para ahli tafsir menyebutnya antara lain dengan : kehidupan yang sempit, amalan dan rezki yang jelek dan adzab kubur.
Ibnu Katsir menyimpulkan bahwa orang yang berpaling dari syariat Allah, maka orang tersebut tidak memiliki ketenangan dan kelapangan dada. Karena dia berpaling dari Allah, maka syaitan bertindak sebagai teman yang menyesatkannya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-21] Tentang Istiqamah
Allah pun kembali mengingatkan kita di dalam Firman-Nya pada ayat :
وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَٰنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ
Artinya : “Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Dzat Yang Maha Pemurah (Al-Quran), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan), maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” (QS Az-Zukhruf [43] : 36).
Ayat ini mengingatkan kita, bahwa jika kita berpaling dari petunjuk Allah, maka yang akan menjadi temannya adalah syaitan yang mengajak pada kesesatan. Sehingga orang tersebut akan semakin merugi dan gagal, karena adanya syaitan yang menemaninya serta menyertainya, seraya memberikan janji-janji kosong dan angan-angan semu, serta mendorongnya untuk berbuat maksiat.
Pada ayat lain Allah mengingatkan:
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?
وَلَا تَكُونُوا۟ كَٱلَّذِينَ نَسُوا۟ ٱللَّهَ فَأَنسَىٰهُمْ أَنفُسَهُمْ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ
Artinya : ”Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik”. (QS Al-Hasyr [59] : 19).
Ibnu Katsir di dalam Tafsir Al-Quranul ‘Adzim menjelaskan maksud ayat tersebut adalah, “Janganlah kamu lupa mengingat kepada Allah atau berdzikir. Karena bila kamu lupa mengingat Allah, sedikit berdzikir kepada Allah, Allah pun akan membuat lupa apa-apa yang patut dikerjakan untuk kepentingan dirimu sendiri, dan yang akan membawa manfaat bagimu di akhir kelak kemudian hari.”
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah menguraikan, “Perhatikan ayat ini, niscaya akan engkau dapati di dalamnya arti yang sangat mulia dan dalam. Yaitu barangsiapa yang lupa kepada Tuhan-nya, Tuhan akan membuatnya lupa kepada dirinya sendiri. Sehingga dia tidak mengenal lagi siapa sebenarnya dirinya dan apa yang perlu untuk kebahagiaan dirinya. Bahkan dia pun akan dibuat lupa apa jalan hidup yang akan ditempuhnya untuk kebahagiaan dirinya sendiri, baik untuk kehidupan dunia sekarang atau kehidupan akhirat kelak.”
Begitulah, orang-orang yang lalai dari Allah, hidupnya tampak dalam kekosongan dan kehampaan. Hidupnya terombang-ambing godaan dan rayuan, karena jauh dari petunjuk Allah.
Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman
Semoga Allah senantiasa membimbing kita menjadi hamba yang selalu ingat kepada-Nya dan selalu mentaati-Nya. Aamiin. (A/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Malu Kepada Allah