Tokyo, MINA – Kementerian Luar Negeri Jepang merilis sanksi ekonomi yang diperluas, hal itu diumumkan oleh Perdana Menteri Fumio Kishida, Selasa (10/5).
Jepang memberlakukan sanksi ekspor tambahan, memperluas daftar perusahaan yang terkena dampak, yang diyakini terkait dengan industri pertahanan, TASS melaporkan.
Daftar itu menambahkan 70 perusahaan, termasuk Almaz-Antey, dan perusahaan Tactical Missile Armaments.
Sanksi tersebut juga menetapkan pembekuan aset, menargetkan lebih dari 130 orang termasuk Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin, Wakil Sekretaris Dewan Keamanan Rashid Nurgaliyev, para pemimpin Luhansk dan Donetsk People’s Republic (LPR & DPR) serta kerabat Gennady Timchenko.
Baca Juga: Meksiko Tidak Punya Bukti Hubungan Nicolas Maduro dengan Kartel Narkoba
Sanksi Jepang kini telah mencakup lebih dari 700 warga negara Rusia, Belarusia, DPR, LPR dan lebih dari 200 perusahaan dan organisasi Rusia.
Jepang sebelumnya telah merilis beberapa paket sanksi terhadap Rusia karena situasi di sekitar Ukraina. Sanksi pribadi ditujukan kepada pimpinan negara, pejabat dan pengusaha.
Daftar barang dan teknologi yang dilarang untuk diekspor mencakup 300 item, termasuk semikonduktor, peralatan keamanan maritim dan penerbangan, peralatan telekomunikasi, produk militer, termasuk senjata, perangkat lunak, dan peralatan penyulingan minyak.
Selain itu, Jepang membekukan aset Otkritie Bank, Novikombank, Sovcombank, VTB, Rossiya Bank, Promsvyazbank, dan VEB.RF.
Baca Juga: Inggris Umumkan Bantuan Kemanusiaan untuk Gaza Senilai Rp185 M
Pada 24 Februari, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer khusus sebagai tanggapan atas permintaan bantuan dari para kepala republik Donbass. Barat membalas dengan menjatuhkan sanksi pada Rusia sementara perusahaan swasta menangguhkan operasi di negara itu atau menghentikan investasi. (T/R6/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: 250.000 Demonstran di Inggris Kecam Genosida di Gaza