GAZA kembali menjadi luka terbuka yang menganga di tubuh umat manusia. Setiap hari, anak-anak Gaza meregang nyawa bukan karena senjata, tapi karena kelaparan yang mencekik perlahan. Dunia menutup mata, seakan derita mereka bukan bagian dari kemanusiaan. Tangisan mereka tak terdengar oleh telinga-telinga yang telah tuli karena nyaman dalam kebisuan.
Bayangkan, bocah-bocah kecil itu tertidur bukan karena lelah bermain, tapi karena perut kosong yang tak sanggup lagi menahan sakit. Satu-satunya pelukan yang mereka dapatkan hanyalah dari kematian yang dingin dan sunyi. Apakah masih layak kita menyebut diri manusia saat menyaksikan itu semua lalu tetap diam? Di manakah hati nurani dunia ketika zionis mencabik-cabik hidup anak-anak itu dengan kelaparan?
Zionis Israel bukan sekadar penjajah tanah, tapi pemusnah masa depan, pencabut nyawa-nyawa polos tanpa rasa malu. Mereka lebih bengis dari binatang buas, lebih kejam dari kisah neraka mana pun yang pernah ditulis pena manusia. Bahkan iblis pun mungkin merasa malu disamakan dengan kekejaman mereka. Ini bukan sekadar perang, ini adalah genosida yang dibungkam oleh propaganda.
Setiap foto anak Gaza yang kurus kering adalah dakwah bisu yang menampar kita semua. Mereka berteriak dalam diam, meminta dunia agar tidak hanya berdoa, tapi juga bersuara. Jihad digital bukan pilihan, melainkan kewajiban dalam perang informasi ini. Kita tak memegang senjata, tapi kita punya lidah, pena, dan suara yang bisa mengguncang langit.
Baca Juga: Suriah di Tengah Konflik Sweida dan Geopolitik Global
Dunia maya adalah medan jihad kita, di situlah kita bisa menampar zionis dengan kebenaran. Jangan biarkan narasi dusta terus menguasai jagat informasi, membungkus kezaliman dengan kata-kata manis. Anak-anak Gaza butuh lebih dari sekadar empati, mereka butuh kita menyuarakan kebenaran tanpa takut. Karena diam adalah bentuk lain dari pengkhianatan terhadap kemanusiaan.
Setiap kita yang berselancar di media sosial punya tanggung jawab untuk menuliskan fakta. Tunjukkan pada dunia, bahwa kebiadaban zionis tak bisa terus disembunyikan oleh media arus utama. Tulis, sebarkan, viralkan—itulah peluru-peluru kata yang bisa menembus tembok propaganda mereka. Jangan biarkan lidah kita lebih ringan untuk membela artis, tapi kelu saat membela anak-anak yang sekarat.
Setiap nyawa yang melayang di Gaza adalah dosa bagi dunia yang membisu. Mereka tak meminta belas kasihan, mereka hanya ingin hidup seperti anak-anak kita. Tapi dunia telah memilih untuk membiarkan mereka mati dalam sunyi yang menyakitkan. Apakah kita masih sanggup makan enak, tertawa lepas, sementara anak-anak di Gaza menggigit debu untuk bertahan hidup?
Betapa sesatnya dunia yang lebih sibuk membahas selebriti, tren viral, dan drama murahan, sementara ribuan anak Gaza mati tanpa berita. Hati siapa yang tidak menangis saat melihat bayi disusui oleh ibu yang sudah tak bernyawa? Di mana para pembela hak asasi yang dulu begitu bising saat seekor anjing dipukuli, namun kini bungkam saat anak-anak manusia dikubur hidup-hidup oleh kelaparan?
Baca Juga: Selamatkan Masa Depan Anak, Indonesia Harus Berani Putus Mata Rantai Industri Tembakau
Jangan tunggu menjadi korban untuk peduli. Jangan tunggu anakmu kelaparan baru kamu sadar pentingnya suara yang jujur. Jangan jadikan Gaza hanya sekadar trending topic yang lenyap esok hari. Jadikan setiap detik kita di dunia digital sebagai amal untuk menyuarakan mereka yang terbungkam.
Inilah jihad zaman kita, bukan dengan pedang, tapi dengan kebenaran yang tak tergoyahkan. Gunakan media sosialmu untuk mengungkap betapa kejamnya dunia pada Gaza. Kita tak bisa membiarkan anak-anak itu mati dua kali—mati karena kelaparan, dan mati karena dilupakan. Hidupkan mereka dalam setiap tulisan, setiap unggahan, setiap doa dan jeritan yang mengguncang langit.
Mereka tak punya suara di PBB, tak punya pengacara internasional, tapi mereka punya kita yang masih punya iman. Bangkitkan nuranimu, bangkitkan jiwamu, karena anak-anak Gaza adalah cermin masa depan kita. Jika kita membiarkan mereka binasa, maka kita sedang menggali lubang kehancuran untuk diri kita sendiri. Setiap ketidakpedulian adalah bahan bakar bagi zionis untuk terus membunuh.
Wahai umat Islam, bangkitlah dari tidur panjang. Jangan biarkan kenyamanan menjadikan kita tuli dan buta terhadap penderitaan saudara seiman. Jihad digital bukan sekadar aktivisme, ia adalah pembelaan terhadap amanah Allah. Jadikan jari-jarimu saksi di hadapan Allah bahwa kamu telah berjuang membela mereka.
Baca Juga: Belajar Qanaah: Kunci Ketenangan di Tengah Arus Hedonisme
Gaza adalah ujian besar bagi iman kita, bagi nurani kita, bagi akal dan hati kita. Saat anak-anak mereka mati, hati kita pun seharusnya ikut berdarah. Jangan biarkan dunia ini terus dikendalikan oleh zionis yang haus darah dan dusta. Mari kita nyalakan obor perlawanan, dari balik layar, dari balik doa, dan dari balik setiap tulisan yang menyuarakan kebenaran.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Surat Cinta dari Gaza: Negeri Kecil dengan Ujian Seluas Langit