Jakarta, MINA – Kantor Berita MINA mengirimkan jurnalisnya, Nurhadis untuk mengikuti misi Freedom Flotilla Coalition (FFC) untuk menembus blokade Gaza dan menyalurkan bantuan kemanusiaan.
Bertolak ke Turkiye pada Selasa (9/4) malam, bersama jurnalis dan aktivis dari Indonesia, termasuk dari lembaga Kepalestinaan Aqsa Working Group (AWG) akan bergabung dengan 1.000 aktivis dan jurnalis dari berbagai negara.
“Kami dari Indonesia ada 10 orang, sebagian berangkat malam ini, sebagian di hari berikutnya. Semua berkumpul di Turkiye untuk kemudian berlayar menuju Gaza,” lapor Nurhadis.
Menurut rilis resminya, FFC akan berlayar pada pertengahan April dengan beberapa kapal, membawa 5.500 ton bantuan kemanusiaan dan ratusan pemantau hak asasi manusia internasional untuk menentang blokade ilegal zionis Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.
Ini adalah misi darurat karena situasi di Gaza sangat buruk, dengan kelaparan terjadi di bagian utara Gaza, dan bencana kelaparan terjadi di seluruh Jalur Gaza sebagai akibat dari kebijakan yang disengaja oleh penjajah Israel untuk membuat rakyat Palestina kelaparan.
Waktu sangat penting karena para ahli memperkirakan bahwa kelaparan dan penyakit dapat merenggut lebih banyak nyawa daripada jumlah korban jiwa dalam pemboman tersebut.
“Memberikan bantuan kemanusiaan kepada warga Palestina di Gaza merupakan hal yang mendesak, namun itu tidak cukup. Kita harus mengakhiri blokade Israel yang melanggar hukum dan mematikan serta kendali Israel atas Gaza secara keseluruhan,” bunyi rilis resmi FFC.
Panitia FFC juga menekankan, bahwa membiarkan Israel mengendalikan apa dan berapa banyak bantuan kemanusiaan yang bisa diberikan kepada warga Palestina di Gaza sama seperti membiarkan rubah mengelola kandang ayam.
Namun, hal inilah yang dibiarkan oleh komunitas negara-negara internasional dengan menolak memberikan sanksi kepada Israel dan menentang kebijakan genosida mereka untuk memastikan bahwa bantuan yang cukup dapat menjangkau penduduk sipil yang terjebak, terkepung, dan dibombardir.
Koridor maritim Siprus, proyek dermaga terapung AS, dan pengiriman makanan secara simbolis merupakan gangguan dari fakta bahwa metode pengiriman bantuan ini tidak mencukupi, dan masih membiarkan Israel mengendalikan bantuan apa yang bisa diberikan kepada rakyat Palestina.
Sementara itu Israel secara aktif mencegah ribuan truk bantuan memasuki Gaza melalui penyeberangan darat.
Koalisi Freedom Flotilla (FFC) dibentuk setelah misi Freedom Flotilla 2010, di mana pasukan Israel membunuh sepuluh warga sipil Turki, dan melukai 30 lainnya saat menyerang kapal armada di perairan internasional.
Koalisi ini menyatukan organisasi-organisasi yang berupaya mengakhiri blokade Israel di Gaza dari negara-negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia, Turki, Kanada, Amerika Serikat, Spanyol, Afrika Selatan, dan lainnya.(L/B03/R1)
Mi’raj News Agency (MINA)