Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

KAA untuk Palestina: Perkuat Diplomasi dan Solidaritas Global untuk Keadilan dan Perdamaian

Ali Farkhan Tsani Editor : Widi Kusnadi - 48 detik yang lalu

48 detik yang lalu

0 Views

Majelis Ulama Indonesia (MUI) bekerja sama dengan Global Coalition for Al-Quds and Palestine (GCQP), BKSAP DPR RI dan lembaga lembaga filantropi menyelenggarakan Asia–Pacific Conference for Palestine (APCP) pada 7-8 November 2025 di Jakarta. (Foto: MUI)

Jakarta, MINA – Majelis Ulama Indonesia (MUI) bekerja sama dengan Global Coalition for Al-Quds and Palestine (GCQP), BKSAP DPR RI dan lembaga-lembaga filantropi menyelenggarakan Asia-Pacific Conference for Palestine (APCP) pada 7-8 November 2025 di Jakarta.

Konferensi tersebut menjadi tonggak penting dalam memperkuat diplomasi kemanusiaan, solidaritas global, dan komitmen negara-negara Asia-Pasifik terhadap perjuangan kemerdekaan Palestina.

Kegiatan dimulai pada Jumat, 7 November 2025 dengan menyelenggarakan “MUI Gathering and Luncheon” di Gedung MUI, Jakarta Pusat, yang dihadiri oleh peserta dari berbagai negara, lembaga filantropi, serta anggota Steering dan Organizing Committee.

Acara dipimpin Bunyan Saptomo, M.A., Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional MUI, dan dilanjutkan dengan jamuan makan malam penyambutan di Universitas HAMKA (UHAMKA).

Baca Juga: Ketua BSP 2025: Ekspedisi Gunung Raung adalah Perjuangan Berjamaah

Dalam sambutannya, Prof. Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, M.A., selaku Ketua Steering Committee, menekankan pentingnya sinergi dan diplomasi umat untuk membela Palestina. Sementara itu, Prof. Dr. Gunawan Suryoputro, M.Hum., Rektor UHAMKA, yang diwakili oleh Prof. Ai Fatimah Nur Fuad, menyambut para delegasi dengan semangat solidaritas.

Hari kedua, Sabtu, 8 November 2025, konferensi berlanjut di Gedung Nusantara III, Kompleks DPR/MPR RI, Senayan, Jakarta. Sesi pembukaan di Abdul Muis Hall diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya”, pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Heri Sanjaya, serta doa oleh H. Mohammad Faisal.

Momen bersejarah terjadi dengan peluncuran simbolik buku “Diplomasi Bela Palestina (Diplomacy to Defend Palestine)” dan “Free Free Palestina” yang disunting oleh Prof. Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, M.A., dan diserahkan kepada empat tokoh utama: Ketua BKSAP Dr. Mardani Ali Sera, M.P., Mr. Ziyad Boumukhla (wakil Sekjen GCQP), Dr. Hidayat Nur Wahid Wakil Ketua MPR RI, serta beberapa tokoh muda dan peneliti Palestina.

Dalam sambutannya, Prof. Sudarnoto menegaskan posisi Indonesia sebagai bangsa yang konsisten membela Palestina.

Baca Juga: Pembelajaran SMAN 72 Jakarta Segera Pulih Usai Insiden Ledakan

Luthfie Maula Alfianto dan Ziyad menyoroti pentingnya memperkuat kolaborasi Asia-Pasifik dalam mendukung hak-hak rakyat Palestina.

Sementara Dr. Mardani Ali Sera, M.P., dalam pidato kuncinya menekankan pentingnya diplomasi parlemen dan solidaritas lintas negara sebagai instrumen menuju perdamaian yang adil.

Sesi pleno pertama bertajuk “Geopolitik dan Palestina, Solidaritas Global, Dampak Masalah Palestina terhadap Asia–Pasifik, dan Prospek Perdamaian” menampilkan Dr. M. Hidayat Nur Wahid, M.P., Prof. Dr. Din Syamsuddin, Ambassador Prof. Dr. Makarim Wibisono, dan Mr. Ahmed Atawnah Ketua GCQP Asia Tenggara dan dimoderatori oleh RM. Michael Tene, M.A. Diskusi menyoroti bagaimana konflik Palestina bukan hanya isu regional Timur Tengah, tetapi juga menyangkut moralitas global dan keamanan kawasan Asia-Pasifik.

Selain itu, Palestine Research Center (PRC) mengadakan diskusi paralel bertema “Penelitian dan Diplomasi Palestina” yang memperkuat landasan ilmiah dan kebijakan diplomatik untuk kemerdekaan Palestina.

Baca Juga: Gus Mus Tolak Rencana Soeharto Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional

Solidartas Palestina

Sesi-sesi paralel lainnya membahas berbagai aspek penting, seperti diplomasi Asia-Pasifik, aksi kemanusiaan bersama, peran tokoh lintas agama, perempuan, seniman, serta masyarakat sipil. Para pembicara dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Jepang, Australia, Filipina, dan Selandia Baru menghadirkan pandangan yang menegaskan pentingnya solidaritas transnasional dalam memperjuangkan keadilan bagi rakyat Palestina.

Sesi Paralel 1 di Diplomacy Room membahas tema Asia Pacific Solidarity and Diplomacy for Palestine, menghadirkan Damanhuri Abbas (Singapura), Yahya Toshio Endo (Jepang), Mohammad Ali Yusuf (Indonesia), dan Khoirul Anuar (Malaysia), dengan moderator Prof. Ai Fatimah Nur Fuad, Ph.D. dari UHAMKA.

Sesi Paralel 2 di Mini Studio bertema Joint Asia Pacific Action Agenda for Palestine, dengan pembicara Muhammad Imran (Maladewa), Prof. Andi Faisal Bakti, Ph.D. (Indonesia), dan Dr. Agung Nurwijoyo (Indonesia), dimoderatori oleh Dr. Bambang Susanto dari MUI.

Baca Juga: Satu Tersangka Baru Tambang Ilegal di IKN Teridentifikasi

Sesi Paralel 3 membahas The Role of Interfaith Figures, Women, Artists, and Civil Society dengan narasumber Syekh Ahmed Abdo (Australia), Dr. Hj. Nurjannah Hulwani (Indonesia), Ahmad Zulfikar Fauzi, MBA (Ikang Fawzi), dan Dr. Mustafa Farouk (Selandia Baru), dimoderatori oleh Dr. Kudto L. Rahib (Filipina).

Sementara Sesi Paralel 4 mengusung tema Joint Asia Pacific Action Agenda for Palestine, menampilkan Dr. Fauziah Abd Hasan (Malaysia), Ahmad Juwaini (Indonesia), Yuli Mumpuni Widarso (Indonesia), dan Dr. Maimon Herawati (Indonesia), dengan Dr. Yanuardi Syukur dari MUI sebagai moderator.

Deklaasi Asia-Afrika untuk Palestina

Pleno II membahas dan mengesahkan naskah akhir konferensi “Asia–Pacific Declaration for Palestine 2025”, dipimpin Prof. Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, M.A. dan dimoderatori oleh Bunyan Saptomo, M.A..

Baca Juga: Ekspedisi 1.000 Pendaki Sukses Kibarkan Bendera Palestina di Puncak Gunung Raung

Dalam Deklarasi Asia-Pasifik untuk Palestina 2025, para peserta yang terdiri atas perwakilan pemerintah, parlemen, akademisi, pemimpin agama, lembaga kemanusiaan, gerakan pemuda, dan organisasi masyarakat sipil dari berbagai negara di Asia-Pasifik, menyatakan keprihatinan mendalam dan kemarahan atas genosida dan kekejaman massal yang terus dilakukan terhadap rakyat Palestina, khususnya di Gaza.

Mereka menegaskan bahwa situasi tersebut telah menewaskan puluhan ribu warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak, serta menyebabkan jutaan orang mengungsi di tengah kelaparan, blokade, dan kehancuran infrastruktur vital seperti rumah sakit, sekolah, dan tempat ibadah.

Deklarasi mengingatkan kembali pada Piagam PBB (1945), Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (1948), Konvensi Jenewa (1949), serta Konvensi Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida (1948) yang menegaskan perlindungan terhadap warga sipil dan hak semua bangsa untuk menentukan nasib sendiri.

Peserta konferensi dengan tegas mengutuk genosida, kejahatan perang, dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan oleh Israel terhadap rakyat Palestina, serta mendesak Israel untuk segera menghentikan pelanggaran berat terhadap hukum internasional dan hak asasi manusia.

Baca Juga: AWG Jabar Kukuhkan Pengurus Biro Wilayah

Mereka juga menuntut penghentian blokade Gaza dan membuka akses bantuan kemanusiaan tanpa batas ke seluruh wilayah Palestina.

Deklarasi juga menegaskan kembali dukungan penuh terhadap hak rakyat Palestina untuk kembali ke tanah air mereka, menentukan nasib sendiri, meraih kemerdekaan dan kedaulatan nasional, serta menyerukan persatuan internal Palestina guna mencapai tujuan tersebut.

Para delegasi juga mendesak penarikan total pasukan Israel dari seluruh wilayah Palestina yang diduduki secara ilegal, serta pengembalian tanah-tanah yang dirampas kepada rakyat Palestina.

Salah satu usulan penting dalam deklarasi adalah desakan untuk pengerahan pasukan multinasional yang dipimpin oleh Indonesia, Turki, dan Malaysia guna menegakkan gencatan senjata dan resolusi PBB.

Baca Juga: Dari Brebes Jateng Menggema Seruan Bangun Kembali Gaza dan Bebaskan Palestina

Deklarasi juga menyerukan agar negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) serta negara-negara pendukung Palestina memutus hubungan diplomatik dengan Israel dan mendesak pengusiran Israel dari keanggotaan PBB.

Selain itu, konferensi menyerukan kepada Mahkamah Internasional (ICJ) dan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) untuk mempercepat proses hukum atas kejahatan Israel, memastikan adanya akuntabilitas dan keadilan bagi korban.

Untuk memperkuat solidaritas Asia-Pasifik bagi Palestina, para peserta menyepakati langkah-langkah konkret, seperti memperkuat diplomasi di forum PBB dan multilateral, memperluas diplomasi antarparlemen, memperkuat bantuan kemanusiaan di bidang medis, pendidikan, dan rekonstruksi, serta membangun jaringan masyarakat sipil, kerja sama media, dan kampanye pendidikan global.

Mereka juga sepakat untuk mendirikan Dana Abadi untuk Palestina (Endowment Fund for Palestine) serta memperkuat Gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) untuk menekan Israel agar mematuhi hukum internasional.

Baca Juga: Peringati BSP 2025, Ponpes Al-Fatah Rimbo Bujang Gelar Gerak Jalan Cinta Al-Aqsa

Momen penting lain dari konferensi ini adalah penetapan Indonesia sebagai markas besar (headquarter) Global Coalition for Al-Quds and Palestine (GCQP) untuk kawasan Asia–Pasifik, sebuah langkah strategis yang menegaskan peran Indonesia sebagai pusat diplomasi dan solidaritas global bagi Palestina.

Dalam penutupnya, Asia-Pacific Declaration for Palestine 2025 menegaskan tekad para peserta untuk terus bekerja secara kolektif hingga genosida berhenti, keadilan terwujud, dan rakyat Palestina meraih kemerdekaan penuh dengan Yerusalem sebagai ibu kota Negara Palestina.

Konferensi menandai langkah penting Asia-Pasifik dalam perjuangan global membela kemanusiaan dan keadilan bagi Palestina. Dari Jakarta, suara solidaritas menggema dari Asia–Pasifik untuk Palestina, demi keadilan, martabat, dan kebebasan.

Kesuksesan pelaksanaan Asia-Pacific Conference for Palestine 2025 didukung para mitra di antaranya Rumah Zakat, Dompet Dhuafa, Relawan Nusantara, Inisiatif Zakat Indonesia (IZI), DT Peduli, Qudwah Indonesia, YBM Brilian, Ziswaf Indosat, Islamic Relief Indonesia, YDSF, LMI, Adara Relief, LAZ Taman Zakat, YBM PLN, Paragon Corp dan BSI Maslahat. []

Baca Juga: Pemerintah Klaim Produksi Beras 2025 Meningkat 4,1 Juta Ton dan Tanpa Impor

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda