KABUT ASAP, DOSA YANG BERULANG

ibnlive
ibnlive

Oleh: Rohullah Fauziah Alhakim, wartawan Kantor Berita Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Mungkin Tuhan mulai bosan
Melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga
dengan dosa-dosa”

Lirik lagu Ebiet G. Ade ini mengingatkan kita tentang ironisnya keadaan alam Indonesia saat ini. Zambrud Khatulistiwa kini tak terlihat hijau, berubah kelabu diselimuti kepulan asap. kini terjadi dimana-mana, hujan yang dinanti tak kunjung datang, ini bencana atau cobaan?

Jangan salahkan Allah dalam hal ini! Banyak orang tanpa sadar melontarkan kalimat-kalimat kekesalan menyalahkan hujan yang tak kunjung turun, menyalahkan hujan sama saja menyalahkan Allah. Siapa yang memberi hujan? Hujan adalah rahmat dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sudahkah kita bersyukur? Manusia selalu merasa tidak puas, mereka lupa bagaimana caranya bersyukur.

Sudah lebih lima pekan kabut asap di akibat lebih dari 20.000 Ha lahan yang terbakar. Semua pihak sudah pasrah dengan keadaan ini, sampai Gubernur Riau Anas Maamun juga sudah menyatakan,”Semua upaya sudah kita lakukan, saatnya sekarang kita pasrahkan kepada Allah saja.”

Shalat istisqapun sudah dilakukan di seantero negeri tapi hujan yang diharapkan akan menyingkapkan kabut asap ini dan semua makhluk dapat bernafas dengan lega tidak juga kunjung turun membasahi bumi. Benarkah kabut asap ini ujian, Bencana atau sudah menjadi azab?

Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau, jumlah warga Riau yang terserang ISPA saat ini mencapai 33.300 orang. Sedangkan hutan yang terbakar dari catatan Satgas Penanggulangan bencana asap sebanyak 11.000 hektar.

Sementara itu, lima perusahaan yang terbukti ditemukan kebakaran lahan di areal konsesi perusahaan itu, antara lain PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), PT Sakato Makmur Pratama (SMP), PT Tobe Indah, PT Rimbo Rokan Lestari, dan PT Arara Abadi (PT AA). Sedangkan perusahaan yang masih diselidiki yaitu PT National Sago Prima (NSP) di Kepulauan Meranti.

Ironisnya, akibat polusi asap kebakaran lahan dan hutan selama lima pekan, sebanyak 27.200 orang di Provinsi Riau terserang infeksi saluran pernafasan atas (ISPA), 1.365 orang terserang penyakit kulit, 1.031 orang terkena asma, 724 orang mengalami iritasi mata, serta 516 orang mengalami pneumonia.

Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Sutopo menjelaskan, titik api meningkat drastis karena pembakaran hutan masih intensif dilakukan. “Titik api terus bertambah karena pembakaran liar. Ini tentu saja membuat kabut asap makin pekat, indeks standart hampir 300-500 dan ini sudah masuk  sangat berbahaya,” kata Sutopo, Senin, 10 Maret 2014.

Di Pekanbaru, kondisi ini menyebabkan banyak masyarakat yang menderita penyakit paru-paru. Dari data BNPB, jumlah penderita ispa di wilayah itu mencapai 38.111 jiwa, penomonia 811 jiwa, asma 1.464 jiwa dan 1.276 jiwa yang mengalami iritasi mata.

“Operasi terus kita lakukan, baik dari udara berupa pengerahan helikopter dari Rusia yang bisa membawa 3000-4000 liter air. Satu pesawat untuk hujan buatan dan delapan lainnya untuk water booming dan survey,” tambah Sutopo.

Menurut Sutopo, Kerugian akibat terjadinya penebalan kabut asap sendiri mencapai Rp10 triliun. Namun sejauh ini kabut asap berbahaya yang melanda Kepulauan Riau ini belum mengindikasikan menyebar ke negara tetangga. Tiupan angin lebih banyak ke arah Sumatera dan Selat Malaka.

Presiden RI, Joko Widodo juga langsung turun ke lapangan, mengunjungi Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan pada Ahad (6/9). Sepulangnya dari Sumsel, Jowoki mengganti kepala BNPB Syamsul Muarif, setelah 8 tahun menjabat kecewa. Kepala BNPB yang baru diganti Laksamana Muda William.

Kemudian Menterti Tata Ruang (BPN) akan mencabut izin perusahaan-perusahaan perkebunan yang sudah berulang bakar kahan secara melanggar hukum. Jokowi ambil sikap tegas untuk mengatasi pembakaran hutan dan asap yang makin berat.

Kesalahan yang Terus Berulang, Hingga Alam Enggan Besahabat

Dalam Al-Quran banyak sekali diceritakan tentang musibah dan bencana yang menimpa orang-orang terdahulu. Dan, semua musibah dan bencana besar yang pernah menimpa manusia diterangkan dalam Al-Quran, adalah selalu terkait dengan kekufuran dan keingkaran manusia itu sendiri kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Seperti firman Allah dalam surah Asy Syura ayat 30 yang artinya, “Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).”

Herannya, bencana ekologis yang diakibatkan oleh kabut asap bukan terjadi sekali atau dua kali, tetapi rutin terjadi setiap tahun. Penyebabnya pun sudah terdeteksi, di antaranya akibat land clearing sejumlah perkebunan besar di Riau.

Begitu bangga dengan dosa, terus mengulang-ulang kesalahan yang sama, hingga alam enggan bersahabat dengan manusia. Hal ini seperti firman Allah yang artinya, “Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabbmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu (di dunia) sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya (di akhirat nanti)”(Qs. Hûd: 3)

Dalam ayat lain Allah juga berfirman yang artinya, “Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa (seseorang) kecuali dengan izin Allâh; barang siapa yang beriman kepada Allâh, niscaya Dia akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya. Dan Allâh Maha Mengetahui segala sesuatu”(Qs. at-Taghâbun: 11) 

Wahai anak manusia, tidak takutkah engkau dengan azab yang pedih dari Allah? Alam terus di rusak demi kepentingan duniawi. Bertaubatlah, sebelum Allah semakin murka karena bosan dengan tingkah manusia yang tak menghargai Sang Pencipta. (T/P006/R02)

(dari berbagai sumber)

 

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0