GUNUNG MURIA terletak di ketinggian 1625 mdpl (meter di atas permukaan laut), di Kota Kudus, pantai utara Jawa Tengah, sekitar 66 km timur laut Semarang, ibukota Jawa Tengah.
Gunung Muria termasuk jenis stratovolcano, yaitu gunung berapi yang tinggi dan mengerucut, yang terdiri atas lava dan abu vulkanik yang mengeras. Bentuk gunung berapi itu secara khas curam di puncak dan landai di kaki karena aliran lava yang membentuk gunung berapi itu amat kental, banyak mengandung silika dingin serta mengeras sebelum menyebar jauh.
Gunung Muria memiliki sejarah panjang dari awal keberadaannya yang dulu sempat terpisah dari daratan Pulau Jawa oleh Selat Muria. Sekarang menjadi satu daratan dan membentuk kota-kota pantai utara (Pantura).
Sejarah penamaan Gunung Muria itu sendiri memiliki tiga versi:
Baca Juga: Sunan Kudus Mendirikan Masjidil Aqsa Menara Kudus
Versi Pertama, penamaan Gunung Muria disematkan dari nama salah satu Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di Jawa, khususnya kawasan pegunungan tersebut, yaitu Sunan Muria. Sunan Muria bernama asli Raden Umar Said, putra dari pasangan Sunan Kalijaga dan Dewi Saroh.
Hal ini dibuktikan oleh Makam Sunan Muria yang terletak di Bukit Muria, Desa Colo, Kabupaten Kudus.
Versi Kedua, penamaan Muria memiliki keterkaitan dengan Bangsa Lemuria yang disebut-sebut sebagai salah satu leluhur bangsa Indonesia, khususnya orang Jawa.
Bangsa Lemuria konon merupakan manusia modern yang peradabannya lebih unggul dari bangsa Atlantis. Akan tetapi, hingga saat ini, letak benua Lemuria pada masa lampau masih menjadi misteri yang belum terpecahkan. Kemungkinan besar, peradaban bangsa Lemuria itu berada di daratan sekitar Samudra Pasifik.
Baca Juga: Tantangan Parenting di Era Serba Digital
Pada 2013 lalu, Komite Perdamaian Dunia mencanangkan Jawa Tengah sebagai provinsi perdamaian. Hal ini disebabkan anggapan bahwa Jawa Tengah merupakan tempat berkembangnya peradaban Bangsa Lemuria.
Lemuria merupakan peradaban kuno yang konon muncul sebelum Atlantis, sekitar 75.000 SM-11.000 SM. Presiden Komite Perdamaian Dunia, Djuyoto Suntani menyatakan induk peradaban bangsa itu diyakini hidup di Gunung Muria.
Versi Ketiga, mengkaitkan penamaan Gunung Muria dengan Gunung Moriah, yang terletak di Palestina.
Menurut sejarawan dan tokoh literasi Indonesia, Solichin Salam, dalam bukunya yang berjudul Kudus Purbakala Dalam Perjuangan Islam (1976) mengemukakan bahwa nama Muria diidentifikasikan dengan nama sebuah gunung atau bukit di Kota Al-Quds (Yerusalem), Palestina yang jaraknya dekat dengan Masjidil Aqsa, yaitu Bukit atau Gunung Moriah.
Baca Juga: Sunan Kudus Menantu Ulama Palestina
Sebagian literatur yang masih terbatas mengatakan, Moriah ((موريا artinya al-Mukhtar (terpilih).
Sementara itu, Kota Al-Quds (Yerusalem) berada di atas pegunungan atau perbukitan atau dataran tinggi, tempat orang-orang Arab Suku Jebus membangun kota Yerusalem untuk pertama kalinya.
Pegunungan (Perbukitan) Yerusalem memiliki tinggi rata-rata sekitar 740 meter di atas permukaan laut, dan disebut juga dengan Pegunungan (Perbukitan) Baitul Maqdis.
Pegunungan (Perbukitan) Yerusalem ini terdiri dari empat gunung (bukit) yang melingkar di dataran tinggi, di antara lembah-lembah, yaitu : Bukit Moriah, Bukit Bzeita, Bukit Accra, dan Bukit Sion.
Baca Juga: Mengapa Zionis Ingin Duduki Gaza Sepenuhnya?
Ini menunjukkan kaitan erata antara Gunung Muria di Kudus, Indonesia dan Bukit Moriah di Al-Quds Palestina. Menunjukkan kaitan erat hubungan Indonesia dan Palestina sudah ada sejak jaman kerajaan Islam di Indonesia, jauh sebelum kemerdekaan Indonesia.
Sumber : Buku Hubungan Indonesia & Palestina. Imaam Yakhsyallah Mansur dan Ali Farkhan Tsani. Penerbit MINA, Jakarta, Oktober 2024.
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Menjadi Orang Tua Cerdas di Tengah Arus Teknologi