Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency)
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَلَا تَلۡبِسُواْ ٱلۡحَقَّ بِٱلۡبَـٰطِلِ وَتَكۡتُمُواْ ٱلۡحَقَّ وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ
Artinya: “Janganlah kalian campur-adukkan antara kebenaran dan kebatilan, dan kalian sembunyikan yang benar padahal kamu mengetahuinya”. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 42).
Sehubungan dengan ayat tersebut, Imam Qatadah dan Mujahid mengartikan ayat ini dengan, “Janganlah kalian campur-adukkan antara agama Yahudi dan Nasrani dengan Islam”.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-3] Rukun Islam
Termasuk dalam kategori penjelasan ayat ini, larangan mencampur-adukkan antara perkara halal dan haram.
Larangan ini merupakan larangan yang besar dan serius. Hal ini karena hak menentukan halal dan haram adalah ketentuan Allah dan hak-Nya semata-mata.
Karena itu Allah mengecam mereka yang mencampur-adukkan antara yang haq dan yang bathil, antara kebenaran dan kebohongan. Sebab dengan cara-cara itulah dan tangan-tangan kotor mereka itulah menyebabkan hukum Allah bercampur aduk antara larangan dan suruhan.
Kemudian, dari sisi bahasa, kata تَلْبِسُواْ (talbisuu) bisa berasal dari kata “la-bi-sa” (memakai) atau “la-ba-sa” (mengacaukan, menyamarkan) atau “al-ba-sa” (memakaikan).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-2] Rukun Islam, Iman, dan Ihsan
Kalau dipadukan bisa menjadi: “Memakai pakaian kebenaran (al-haq) untuk menutupi tubuh aslinya yang salah (al-baahil).
Maka, orang yang membantu, setuju atau membiarkan tindakan ini disebut memakaikan pakaian kebenaran (al-haq) kepada kebatilan (al-baahil). Baik yang memakai ataupun yang memakaikan pakaian kebenaran (al-haq) kepada kebatilan (al-baahil) punya andil yang sama di dalam mengacaukan pandangan masyarakat tentang agama samawi yang benar.
Selanjutnya, sahabat Nabi, bernama Abdullah bin Abbas, yang sangat memahami tafsir Al-Quran, menjelaskan ayat ini dalam kalimat, ”Janganlah kalian menyembunyikan pengetahuan yang kalian miliki mengenai kebenaran Rasul-Ku dan juga apa yang dibawanya. Sedangkan kalian mendapatkannya tertulis dalam kitab-kitab yang berada di tangan kalian.”
Sebab ayat-ayat Allah jelas sangat berarti, sedangkan mereka yang mengetahui lalu menyembunyikan pengetahuan tersebut. Maka akan mengandung bahaya yang sangat besar bagi manusia, yaitu tersesatnya mereka dari petunjuk yang dapat menjerumuskan mereka ke neraka. Namuj justru mereka benar-benar mengikuti kebatilan yang dikatakan kepada mereka, yang telah dicampuradukkan dengan kebenaran.
Baca Juga: Kaya Bukan Tanda Mulia, Miskin Bukan Tanda Hina
Mereka inilah orang-orang yang justru menjadi perusak terhadap kesucian Agama Islam.
Kalau mereka bodoh, tiada pengetahuan tentang yang hak tentang ajaran agama. Mungkin bolehlah bisa saja dimaafkan. Tetapi. apabila yang melakukan perkara ini adalah mereka yang disebut dari kalangan ulama dan cerdik pandai. Maka perbuatan itu adalah perbuatan yang sangat buruk dan jahat.
Demikian juga ayat ini juga termasuk ditujukan kepada orang yang mengetahui sesuatu ilmu yang baik, tapi menyembunyikannya demi untuk kepentingan duniawi. Maka golongan ini pun kelompok yang keji di sisi Allah.
Semoga kita dapat mengetahui dan mengikuti yang benar adalah benar, dan berlindung dari yang salah adalah salah.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-1] Amalan Bergantung pada Niat
اللهُمَّ أَرِنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا التِبَاعَةَ وَأَرِنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
Artinya: “Ya Allah, tunjukkanlah kepada kami yang benar itu benar, dan berikanlah kami kekuatan untuk mengikutinya, serta tunjukkanlah kami yang bathil itu bathil dan berikanlah kami kekuatan untuk menjauhinya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Aamiin yaa robbal ‘aalamiin. (RS2/P1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Enam Langkah Menjadi Pribadi yang Dirindukan