Kajian Surat Al-Qadar: Menggapai Lailatul Qadar

Oleh : Ustadz *

Makna

Secara harfiyah, Lailatul Qadar terdiri dari dua kata, yakni Lail atau Lailah yang berarti malam hari, dan Qadar yang berarti kemuliaan, ketetapan atau sempit.

Secara maknawi, Lailatul Qadar dapat dimaknai sebagai malam yang agung, mulia, dan penuh barakah, yang lebih baik daripada seribu bulan, atau disebut juga dengan malam penetapan Allah  bagi perjalanan hidup manusia.

Diturunkannya Al-Qur’an pada malam itu juga dipahami sebagai penetapan langkah hidup manusia yang harus dilalui dengan panduan Al-Quran tersebut.

Lailatul Qadar itu lebih utama daripada seribu bulan (atau sekitar 83 tahun).

Pada malam itu, para Malaikat turun ke bumi dengan izin Allah, sehingga seolah-olah bumi dalam keadaan sempit. Sepanjang malam itu tersebar keselamatan bagi penduduk bumi hingga terbit fajar.

Allah menyebutkan di dalam firman-Nya :

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ () وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ () لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْر ٍ() تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ () سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ ()

Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. (1) Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? (2) Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. (3) Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. (4) Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (5). (Q.S. Al-Qadar [97] : 1-5).

Pada ayat lain disebutkan juga:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ

Artinya : “Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Quran) pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan”. (QS Ad-Dukhan [44] : 3).

Di dalam hadits, disebutkan :

إِنَّ هَذَا الشَّهْرَ قَدْ حَضَرَكُمْ وَفِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَهَا فَقَدْ حُرِمَ الْخَيْرَ كُلَّهُ وَلاَ يُحْرَمُ خَيْرَهَا إِلاَّ مَحْرُومٌ

Artinya : “Sesungguhnya bulan ini (Ramadhan) benar-benar telah datang kepadamu, padanya ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan, barangsiapa yang terhalang  (dari) nya, maka sungguh terhalang (dari) kebaikan semuanya. Dan tidak terhalang (dari) kebaikan, kecuali orang-orang yang bernasib buruk”. (HR Ibnu Majah dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu).

Asbabun Nuzul Surat Al-Qadar

Tentang Asbabun Nuzul (sebab turunnya) Surat Al-Qadar, disebutkan bahwa pada suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyampaikan kisah kepada para sahabatnya tentang adanya seorang pejuang dari kalangan Bani Israil (Bani Ya’qub) yang bernama Sam’un.

Sam’un selama 1.000 bulan atau 83 tahun lebih, terus berjuang di jalan Allah, tidak pernah meletakkan senjata atau beristirahat. Ia hanya berperang dan berperang demi menegakkan agama Allah tanpa mengenal rasa lelah.

Para sahabat ketika mendengar cerita tersebut, mereka merasa kecil hati dan merasa iri dengan amal ibadah dan jihad Sam’un. Mereka para sahabat tentu ingin juga melakukan juang yang sama seperti Sam’un. Akan tetapi bagaimanakah mungkin untuk melakukannya? Sedangkan umur kehidupan para sahabat dan umat Rasulullah jarang yang mencapai usia 83 tahun. Kalau sudah lebih dari 60 tahun pun, sudah dianggap lemah dan udzur.

Ketika para sahabat sedang merenungkan tentang hal itu, maka turunlah Malaikat Jibril kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam membawa wahyu dan kabar gembira kepada dirinya  dan para sahabat.

Berkata Malaikat Jibril Alaihis Salam, “Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menurunkan kepadamu Ya Rasulullah Surat Al-Qadar, yang di dalamnya terdapat kabar gembira untukmu dan ummatmu, yakni Allah berkenan menurunkan Lailatul Qadr, di mana orang yang beramal pada Lailatul Qadar akan mendapatkan pahala lebih baik dan lebih besar dari pada seribu bulan”.

“Maka amal ibadah yang dikerjakan umatmu pada Lailatul Qadar akan lebih baik daripada seorang ahli ibadah dari kalangan Bani Israil yang berjihad selama delapan puluh tahun”. Lalu Malaikat Jibril membacakan surat Al-Qadar.

Dengan turunnya wahyu tersebut, Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam dan para sahabatnya merasa senang dan gembira. Maka beliau memerintahkan kepada para sahabatnya untuk berupaya menggapai Lailatul Qadar itu dengan sungguh-sungguh.

Dalam hal ini, Allah tidak menyebutkan secara pasti kapan tanggal jatuhnya Lailatul Qadar tersebut. Tentu dengan maksud agar umat Muslim lebih bersungguh-sungguh mencarinya di sepanjang malam-malam Ramadhan, wabil khusus lagi pada malam-malam sepuluh yang akhir. Akan lebih baik lagi tentunya kita berusaha mencarinya di sepanjang malam-malam Ramadhan, dengan berbagai ibadah dan perbuatan baik, sehingga kemungkinan besar mendapatkannya akan lebih kuat lagi.

Dalam kaitan ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

وَقَدْ أُرِيتُ هَذِهِ اللَّيْلَةَ ثُمَّ أُنْسِيتُهَا فَابْتَغُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ وَابْتَغُوهَا فِي كُلِّ وِتْرٍ

Artinya : “Dan sungguh aku telah diperlihatkan kepada Lailatul Qadar ini, kemudian dijadikannya aku lupa.  Maka carilah malam Qadar itu pada sepuluh hari akhir dan carilah pada setiap malam ganjil”. (HR Bukhari dari Abu Said Al Khudri Radhiyallahu ‘Anhu).

Pada hadits lain dikatakan :

الْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ يَعْنِي لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَإِنْ ضَعُفَ أَحَدُكُمْ أَوْ عَجَزَ فَلَا يُغْلَبَنَّ عَلَى السَّبْعِ الْبَوَاقِي

Artinya : “Hendaklah kalian mencarinya pada sepuluh yang akhir yakni Lailatul Qadar. Jika seseorang di antara kalian lemah atau tidak mampu, maka janganlah ia melalaikan tujuh yang tersisa”. (HR Muslim dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘Anhuma).

Doa Lailatul Qadar

Apa yang kemudian dibaca pada malam-malam datangnya Lailatul Qadar? Disebutkan di dalam hadits :

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ وَافَقْتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ مَا أَدْعُو قَالَ تَقُولِينَ اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

Artinya : Dari ‘Aisyah, bahwasanya dia bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah pendapat Anda jika saya mendapatkan Lailatul Qadar? Apakah yang mesti saya baca?” Jawab beliau, “Bacalah (doa), “Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni (Ya Allah. Sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf,  suka memaafkan, maka maafkanlah aku”. (HR Ibnu Majah dan Ahmad dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha).

Karena itu, maka marilah kita hidup-hidupkan malam-malam Ramadhan dengan ibadah, seperti shalat tarawih, bertadarus Al-Quran, berdzikir, dan berdoa. Termasuk berbuat amal kebaikan, seperti mengeluarkan zakat, berinfak dan bersedekah, membantu mereka yang memerlukan, memberikan solidaritas untuk saudara-saudara yang tertindas, seperti di Palestina.

Rasulullah bersabda :

مَنْ يَقُمْ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَيُوَافِقُهَا

Artinya : “Barangsiapa yang menghidupkan Lailatul Qadar, maka ia mendapatkannya“. (HR Muslim).

Adapun pahala meraih Lailatul Qadar, disebutkan di dalam hadits :

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِإِيْمَاناًوَاحْتِسَاباً،غُفِرَلَهُ مَاتَقَدَّمُ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya: “Barangsiapa menegakkan shalat pada malam Lailatul Qadar atas dorongan iman dan mengharap balasan (dari Allah), diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu”. (HR Bukhari, An-Nasa’i dan Ahmad).

Allah memberitakan bahwa pada malam tersebut para Malaikat dan Malaikat Jibril turun. Hal ini menunjukkan betapa mulia dan pentingnya malam tersebut, karena tidaklah para malaikat itu turun kecuali karena perkara yang besar.

Kemudian Allah menyebtukan kondisi malam Lailatul Qadar dengan firman-Nya:

سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

“Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar”.

Allah mengatakan, di malam itu penuh kesejahteraan, dan ini merupakan bukti tentang kemuliaan, kebaikan, dan barakahnya.

Begitulah, pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Allah, untuk mengatur segala urusan. Banyaknya malaikat yang turun pada malam ini, menunjukkan banyaknya  berkah yang terdapat padanya.

Mereka para Malaikat turun untuk mengatur segala urusan hamba-hamba-Nya. Dalam artian, menurut Imam Mujahid dikatakan, “Malam kesejahteraan untuk mengatur semua urusan.”

Imam Qatadah mengatakan, “Pada malam itu semua urusan diputuskan, berbagai ajal dan rizki juga ditetapkan, sebagaimana yang difirmankan Allah Ta’ala: fiihaa yufraqu kullu amrin hakiim (Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. Ad-Dukhaan : 4).

Semoga Allah membimbing dan menguatkan kita untuk istiqamah dalam ibadah dan amalan kebaikan, terutama pada malam-malam bulan suci Ramadhan. Semoga kita mendapatkan barakah Laiulatul Qadar. Aamiin. (A/RS2/P2)

*Penulis, Ustadz Ali Farkhan Tsani,S.Pd.I., Wartawan & Redaktur Senior MINA, Da’i Pondok Pesantren Al-Fatah Bogor, Penulis Buku Keislaman. Dapat dihubungi melalui Nomor WA : 0858-1712-3848, atau email [email protected]

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.