Kajian Tafsir Surah Al-Mumtahanah Ayat 6-7 (Oleh: Imaam Yakhsyallah Mansur)

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيهِمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ ۚ وَمَنْ يَتَوَلَّ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ۞ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَجْعَلَ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ الَّذِينَ عَادَيْتُمْ مِنْهُمْ مَوَدَّةً ۚ وَاللَّهُ قَدِيرٌ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

 

Terjemahnya:

6.  Sesungguhnya telah ada bagi mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari Kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah Dialah yang Maha kaya lagi Maha Terpuji.

7. Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orang-orang yang kamu musuhi di antara mereka. Dan Allah adalah Maha Kuasa. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Penjelasan:

Orang Hidup itu punya harapan, harapannya apa? Disebutkan dalam surah Al-Mumtahanah. Pertama, mengharap kepada Allah, ini adalah harapan utama manusia. Artinya kita mengharapkan rahmat Allah Subhanahu wa ta’ala. Harapan lainnya adalah ridha Allah dan mengharapkan keselamatan dunia dan akhirat.

Disimpulkan oleh para ahli tafsir tiga poin pelajaran yang bisa diambil dari surah di atas:

Penjelasan tentang hari akhir adalah mengharapkan kehidupan kita itu berakhir dengan baik. Minimalnya akhir kehidupan kita dengan mati/meninggal secara khusnul khotimah.

Tidak mungkin setiap insan, setiap manusia mengharapkan penghujung kehidupannya selain khusnul khotimah. Artinya, setiap manusia pasti mengharapkan kepada Allah di akhir hayatnya kembali menghadap Allah dengan keadaan yang baik.

Hidup ini tidak hanya di alam dunia saja, tapi kematian adalah nanti awal mulainya hidup di akhirat (kiamat) yang abadi.

Orang yang punya harapan kehidupan yang baik di hari kiamat, maka dia akan berusaha agar selamat dengan melakukan apa yang Allah perintahkan dan menjauhi yang Allah larang.

Jalan yang harus ditempuh sebagaimana Allah menyebutkan dalam surah Al-Mumtahanah hanya satu yaitu: mencontoh kehidupan Nabi Ibrahim dan orang-orang bersama beliau. Kalau kita ingin mengharapkan Allah, mengharapkan hari akhir, jawabnya adalah mengikuti ajaran Nabi Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya.

Dalam kalimat ini disebutkan jama’ fiihim bagaimana dalam rangkaian  kehidupan Nabi Ibrahim dalam surah Al-Mumtahanah ayat 3 dan 4.

Penjelasan ayat tersebut adalah pertama; Nabi Ibrahim tidak berkompromi dengan namanya kebatilan. Kedua; Nabi Ibrahim lebih mengutamakan hubungan dengan Allah dari pada hubungan kepada keluarganya.

Bahwasanya hidup didunia ini, yang lebih menentukan adalah hubungan kepada Allah, kemudian hubungan sama manusia. Hubungan kekeluargaan tidak berati harus merusak hubungan manusia dengan Allah.

Kemudian yang kertiga berdoa. Kalau kita ingin mengharapkan ridho Allah dan kita ingin punya harapan kehidupan yang baik nanti di hari kiamat, maka kita harus berdoa kepada Allah agar Dia mengaruniakan hal itu kepada kita.

Penjelasan surah Al-Mumtahanah ayat: 7

Kata yang bermakna harapan yang disebutkan dalam Alquran dua kata yaitu: la’ala dan ‘asa. Dua kata tersebut sama-sama harapan. Kalau ‘asa kemungkinannya lebih pasti dari la’ala, karena la’ala masih kemungkinan tidak terwujud, tapi kalau ‘asa kemungkinan besar akan terwujud.

Dalam ayat ini, Allah menjelaskan kepada kita agar Allah nantinya dapat menjadikan antara orang-orang yang memusuhi kita, maka permusuhan di balik oleh Allah menjadi mawaddah (kasih sayang).

Inilah telah terbukti dalam sejarah, tadinya orang-orang yang membenci Rasulullah Muhammad dan umat Islam memusuhi mereka orang-orang kafir akhirnya oleh Allah dibalikkan keadaannya yang tadinya bermusuhan menjadi saling berkasih sayang.

Contoh yang paling dekat adalah Rosulullah memperistri Ummu Habibah yang tidak lain adalah anak Abu Sofyan. Abu Sofyan adalah musuh Rasulullah Saulallahu Alaihi Wassalam karena ia menentang dakwah Islam. Akan tetapi Abu Sofyan walau kafir merasa bangga punya menantu Rasulullah.

Ummu Habibah ini waktu hijrah pertama ke Habasyah itu mengalami nasib tidak mengenakan. Suaminya namanya Abdullah bin Jahes murtad masuk kristen, padahal raja Najasinya masuk Islam.

Ia datang ke sana malah murtad menjadi masuk kristen, sementara yang tadinya kristen malah masuk Islam, itulah kalau Allah berkehendak. Sehingga ketika Abdullah bin Jahes masuk kristen otomatis istrinya diceraikan. Sehingga Ummu Habibah tidak punya pelindung, padahal waktu di Habsyah dia sempat punya anak namanya Habibah itu.

Oleh karena itu, Rasulullah berfikir bagaimana nabib janda Ummu Habibah, sementara dia punya anak kecil.  Maka oleh Rasulullah, ummu Habibah dipersunting sebagai isteri. Inilah asal mulanya. Maka Abu Sofyan otomatis menjadi mertuanya Rasulullah Shaullahu Alaihi Wassalam.

Waktu Rasulullah dan waktu Ummu Habibah hijrah ke Habsyah, kemudian hijrah ke Madinah. Abu Sofyan masih kafir sehingga suatu saat Abu Sofian datang ke Madinah menjumpai anaknya.

Tetapi nanti ketika di Makkah, akhirnya Abu Sofyan masuk Islam. Kata Abu Sofian, dulu engkau Rosulullah adalah orang yang paling aku benci, tapi sekarang engkau adalah orang yang paling aku sayang.

Orang yang masuk Islam dulu rata-rata pembenci Rasulullah SAW, Khalid bin Wahid, Amar bin Ash dan lain sebagainya. Tapi kemudian Allah jadikan mawaddah, Allah menjadikan mereka sebagai kekasihnya. Yang dulunya mereka di hatinya bermusuhan kemudian diganti oleh Allah disi hatinya menjadi kasih sayang.

 

Oleh karena itu kita jangan terlalu membenci seseorang dan mencintai seseorang juga jangan berlebihan. Karena apa? Bagi Allah sangat mudah membolak balik hati manusia, Allah Maha Kuasa. “Hilang permusuhan dan berganti menjadi persahabatan.”

Maka Allah mengatakan Wallahu Qodiir (Allah Maha Kuasa), wallahu ghofururrohim (Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang).

Inilah kita, sama orang kafir aja kita dilarang oleh Allah terlalu membenci apa lagi sesama orang-orang Muslim. Hanya karena satu dan lain hal perbedaan dan saling benci membenci ini tidak benar.

Mudah-mudahan dua ayat ini menjadi khazanah bagi kehidupan manusia, jangan terlalu membenci manusia dan jangan terlalu mencintai orang. Karena memang hati manusia hanya di tangan Allah kapan saja Allah bisa bolak balikkan hati seseorang yang asalnya cinta bisa menjadi benci dan yang benci menjadi kasih sayang.

Bersambung…

(A/Gun/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.