Kamar Dagang dan Industri Islam Global Jadi Platform Pengembangan Bisnis Halal Dunia

Pertemuan B2B Discussion & Networking Session Kamar Dagang dan Industri Islam Global (Global Islamic Chamber of Trade and Commerce/GICTC) digelar di Jakarta, Senin (11/9/2023).(Foto: Gunawan/MINA)

Jakarta, MINA – Kamar Dagang dan Industri Islam Global (Global Islamic Chamber of Trade and Commerce/GICTC) diinisiasi menjadi sebuah platform pengembangan ekosistem bisnis halal dan ekonomi Islam global.

Pendiri sekaligus Ketua GICTC Abdulla Hasan Thakur menyampaikan, Kamar Dagang dan Industri Islam Global ini hadir sebagai platform hub sektor bisnis di seluruh dunia muslim, termasuk pada enam sektor riil ekonomi syariah yaitu sektor makanan dan minuman halal, modest fashion, kosmetika, farmasi, media dan rekreasi, serta pariwisata.

“Kehadiran GICTC menjadi salah satu platform terpadu yang paling revolusioner dan sangat dibutuhkan bagi perekonomian Muslim global,” kata Hasan Takur pada acara B2B Discussion & Networking Session GICTC di Jakarta, Senin (11/9).

Dia mengharapkan, Kamar Dagang dan Industri Islam Global yang baru diinisiasi ini dapat menjadi wadah untuk menyatukan umat Islam dalam mendukung mereka menuju penciptaan ekonomi berkelanjutan dan komunitas perdagangan Muslim secara global.

“Semakin kita terlibat dan tumbuh bersama, semakin kita mampu menciptakan peluang baru dan, yang terpenting, mendorong peningkatan PDB atau pendapatan nasional baru. Saatnya untuk bekerja sama dan menciptakan PDB sektor riil kebutuhan Muslim. Bergabunglah dalam upaya ini bersama kami dan jadilah bagian dari inisiatif global kami,” pungkasnya.

Tiga Program Kolaborasi

Kepala Strategi GICTC ASEAN, Imam Nur Azis mengatakan, program GICTC ini ingin mengkolaborasikan tiga hal. Pertama, GICTC sebagai platform untuk meningkatkan kapasitas para pebisnis di seluruh dunia khususnya pelaku usaha dan pebisnis Muslim

“Selain itu, program kedua GICTC menjadi wadah berbagi ilmu dan meningkatkan jejaring sesama pelaku bisnis,” kata Imam kepada MINA.

Selanjutnya, proram ketiga, membangun jaringan kolaborasi pelaku bisnis Muslim untuk meningkatkan perdagangan antarnegara.

Ia mengatakan, ketiga progam tersebut sedang berjalan pasca GICTC yang berbasis di Kuwait terbentuk belum lama ini.

“Kami akan terus mencari berbagai kolaborasi dan sinergi termasuk dengan Indonesia, itulah kenapa para delegasi ini datang ke Indonesia,” ucap Imam.

Dia juga menjelaskan, pembahasan hari ini adalah khususnya para pemateri mencari titik temu bukan perbedaan, terutama memetakan potensi negara masing-masing.

“Acara ini adalah tindak lanjut World Islamic Entrepreuners Summit (WIES) di Padang Sumatera Barat. Alhamdulilah, dihadiri oleh berbagai delegasi antara lain dari beberapa negara termasuk dari Indonesia,” jelasnya.

Melalui platform online GICTC ini, lanjut Imam, pihaknya ingin memperluas gerakan sinergi dan kolaborasi secara global. “Tidak hanya menghasilkan jaringan silaturahim, kerja sama saja, tapi menciptakan perdagangan yang akan mewujudkan kesejahteraan banyak pihak,” ucap Imam.

Sesi diskusi bisnis pada acara B2B Discussion & Networking Session GICTC di Jakarta, Senin (11/9/2023).(Foto: Gunawan/MINA)

Ia berharap, pertemuan ini menghasilkan tindak lanjut, di mana pada Selasa (12/9) dilaksanakan pertemuan bisnis dengan salah satu pelaku usaha bidang industri kesehatan di Depok, yakni Rumah Sakit Grha Permata Ibu, di mana berbagai komunitas dan pelaku usaha akan hadir, termasuk Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI).

Insya Allah, melalui platform kolaborasi ini, pengembangan ekonomi Islam dan peningkatan pertumbuhan bisnis Muslim secara global, termasuk di Indonesia akan terwujud,” pungkasnya.

Pada agenda diskusi bisnis dan kemitraan GICTC tersebut, dihadiri juga oleh perwakilan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Asosiasi Tur Halal Industri, juga Atase Pedagangan Kedutaan Rusia, India, Inggris, UEA dan beberapa negara ASEAN.

Ekonomi syariah dan industri halal terus membuktikan diri sebagai pilar penting perekonomian dan menjadi mesin pertumbuhan baru, baik di tingkat global maupun domestik.

Dinar Standard dalam laporannya menyebutkan, umat muslim dunia akan membeli produk halal dengan nilai mencapai USD2,8 trilliun di tahun 2025.

Sementara itu, Bank Indonesia memperkirakan sektor prioritas Halal Value Chain (HVC) di dalam negeri, yaitu pertanian, makanan dan minuman halal, fesyen muslim dan pariwisata ramah muslim akan tumbuh sebesar 4,5 – 5,3% pada tahun 2023, yang diproyeksikan mampu menopang lebih dari 25% ekonomi nasional.

Pertumbuhan ekonomi syariah dan industri halal juga semakin kokoh ditopang oleh beberapa pendorong utama, antara lain besarnya populasi umat muslim, meningkatnya kesadaran terhadap nilai-nilai etika Islam yang berkaitan dengan konsumsi produk halal dan thoyyib, serta semakin banyak strategi dan program nasional yang didedikasikan untuk pengembangan produk dan layanan halal.(L/R8/R1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Rana Setiawan