Cox’s Bazar, MINA – Ketegangan di kamp-kamp pengungsi Rohingya semakin meningkat, karena baru-baru ini dilaporkan kematian pemimpin Tentara Pembebasan Rohingya Arakan (ARSA) di kamp Whykong di Teknaf upazila Cox’s Bazar, Bangladesh.
Meskipun tidak jelas apa yang sebenarnya terjadi, polisi menduga bahwa Mohammad Hashim, seorang pengungsi, diduga menjadi korban pemukulan massa.
Dia yang memproklamirkan diri sebagai pemimpin ARSA, dituduh sebagai salah satu dalang pembunuhan pemimpin Rohingya Mohibullah pada bulan September. Ia juga diduga terlibat dalam pembunuhan 22 Oktober terhadap enam orang di sebuah madrasah kamp.
The Daily Star pada Jumat (5/11) mengatakan, dari dugaan pembunuhan terhadap Hashim, sudah saatnya bagi pemerintah Bangladesh untuk turun tangan, menghentikan kekerasan dan kerusuhan semacam itu di kamp-kamp pengungsi.
Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan
Meurut harian itu, ekspansi kelompok pemberontak seperti ARSA yang tidak terbendung tentu menjadi perhatian bagi keamanan nasional, karena mereka sering terlibat dalam kegiatan criminal, seperti perdagangan narkoba dan senjata di sepanjang perbatasan.
Selain itu, ARSA juga menyebabkan kekacauan dalam kehidupan pengungsi Rohingya melalui serangan, perdagangan manusia, dan bahkan pembunuhan.
Laporan sebelumnya oleh The Daily Star mengungkapkan bagaimana para pengungsi menghabiskan malam mereka takut akan serangan kriminal di kamp-kamp yang penuh sesak.
Keamanan Bangladesh hanya menempatkan tiga batalyon dari Batalyon Polisi Bersenjata (APBn) di kamp pengungsi untuk menjaga hukum dan ketertiban di kamp-kamp, yang menampung lebih dari satu juta pengungsi.
Baca Juga: Ratusan Ribu Orang Mengungsi saat Topan Super Man-yi Menuju Filipina
Meskipun patroli oleh pasukan keamanan meningkat setelah pembunuhan Mohib Ullah, tetapi itu dinilai tidak cukup untuk membuat kamp aman bagi penghuninya. (T/RI-1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Filipina Kembali Dihantam Badai