Istanbul, MINA – Kapal Conscience yang sedang berusaha mengirim bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza diserang drone beberapa hari lalu, di perairan internasional di lepas pantai Malta.
Malta merupakan sebuah negara kepulauan di Eropa Selatan, yang berada di Laut Tengah (Mediterania), jalur laut menuju Jalur Gaza.
Namun, hal itu tidak menghentikan awaknya, dengan mengatakan, “Jika kapalnya sudah diperbaiki, kami akan berangkat besok,” kata salah satu dari mereka, seperti dilaporkan The Nation.
The Conscience, yang tergabung dalam kelompok organisasi yang bertujuan untuk menghentikan pengepungan di Gaza, dikenal dengan Freedom Flotilla Coalition (FFC), diizinkan meninggalkan pelabuhan Türkiye tiga bulan lalu.
Baca Juga: Israel Deportasi 12 Aktivis Pro Palestina, Termasuk Greta Thunberg
Kapal tersebut sedang menuju Malta untuk menjemput puluhan aktivis lainnya sebelum mencoba mengirimkan bantuan yang sangat dibutuhkan ke Gaza.
Di atas kapal tersebut terdapat 12 awak kapal dan enam aktivis dari Türkiye, termasuk presiden Mavi Marmara Association, İsmail Songür, yang ayahnya tewas bersama delapan warga negara Turki lainnya dalam serangan Israel tahun 2010 terhadap kapal kemanusiaan serupa yang disebut Mavi Marmara.
Israel tidak mengklaim atau membantah bertanggung jawab atas serangan tersebut, dan penyelenggara mengatakan mereka tidak dapat memastikan dengan pasti bahwa Israel bertanggung jawab.
Namun, bukti yang tersedia cukup memberatkan. Menurut anggota parlemen Malta, beberapa hari sebelum serangan, pemerintah Israel meminta Malta menolak masuknya kapal kemanusiaan tersebut dan tidak melepaskannya jika kapal tersebut memasuki wilayah mereka.
Baca Juga: Prancis Siap Bela Warganya di Pegadilan Israel
Menurut laporan Drop Site News, sesaat sebelum serangan, sebuah pesawat Lockheed C-130 Hercules, yang merupakan pesawat militer yang digunakan oleh angkatan udara Israel dan dapat dengan mudah mengerahkan jenis pesawat nirawak yang menyerang Conscience, melayang di atas ibu kota Malta sebelum menuju ke wilayah tempat kapal itu berada.
“Kami berada di kapal Conscience. Mereka baru saja menyerang kapal itu dengan pesawat nirawak beberapa menit yang lalu dan bagian depan kapal rusak,” kata Songür dalam sebuah video yang dibagikan secara daring, beberapa saat setelah kapal itu diserang.
“Saya berbicara khususnya kepada Israel. Apa pun yang Anda coba lakukan, Anda tidak akan pernah berhasil. Seluruh umat manusia telah bangkit,” lanjutnya.
Video tersebut memperlihatkan kapal itu dipenuhi kabut asap sementara orang-orang di dalamnya terbatuk.
“Kami tidak bisa pergi ke mana pun, generator kami rusak. Namun, apa pun yang terjadi, kami akan melihat perjuangan ini sampai akhir,” kata Songür dalam video berikutnya.
Thiago Ávila, anggota komite pengarah FFC, adalah salah satu dari 60 orang dari lebih dari 20 negara, termasuk aktivis internasional seperti Greta Thunberg, anggota parlemen, aktor Hollywood, dan banyak lagi, yang menunggu di Malta untuk menaiki kapal dalam fase misi berikutnya.
Sebagian besar penumpang kapal sedang tertidur ketika mereka terbangun oleh serangan, yang diikuti oleh serangan kedua beberapa menit kemudian yang memicu kebakaran.
Drone juga menghantam generator, memutus aliran listrik, dan membanjiri dasar kapal.
Baca Juga: Inggris, Australia, Selandia Baru dan Norwegia Beri Sanksi Menteri Israel Smotrich dan Ben-GVir
Kebakaran berlangsung selama sekitar tiga jam sebelum dipadamkan oleh kapal tunda di dekatnya, yang menurut pemerintah Malta telah mereka kirim.
Operator kapal tunda awalnya meminta mereka yang berada di kapal untuk dievakuasi kapal.Setelah api padam, para penumpang meminta izin untuk memasuki pelabuhan Malta, tempat mereka dapat menyelesaikan perbaikan dengan aman dan melanjutkan misi mereka, tapi permintaan yang ditolak.
Setelah negosiasi tingkat tinggi antara Malta dan Turki, pemerintah Malta sejak itu menawarkan untuk melakukan perbaikan kapal di perairan internasional setelah menyelesaikan survei awal kapal, yang belum mereka bagikan hasil lengkapnya dengan penyelenggara FFC.
Sementara para aktivis telah terbang pulang untuk menghabiskan waktu bersama keluarga di Turki, para awak kapal tetap berada di kapal sejauh 14 mil laut dari Malta untuk mencegah sabotase lebih lanjut. []
Baca Juga: Media di London Kecam Penangkapan Wartawan di Kapal Madleen
Mi’raj News Agency (MINA)