Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

KATHMANDU, JAKARTA 30 TAHUN LALU (Catatan Perjalanan Tim Mer-C di Nepal 1)

Rana Setiawan - Selasa, 5 Mei 2015 - 05:59 WIB

Selasa, 5 Mei 2015 - 05:59 WIB

1367 Views

Tim MER-C saat tiba di Kathmandu Nepal, Senin (5/4).(Foto: Widi/MINA)

mer-c-wanadri-300x200.jpg" alt="Tim MER-C saat tiba di Kathmandu Nepal, Senin (5/4).(Foto: Widi/MINA)" width="300" height="200" /> Tim MER-C saat tiba di Kathmandu Nepal, Senin (5/4).(Foto: Widi/MINA)

Oleh: Widi Kusnadi, Wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Siang itu, Senin, 4 Mei 2015, udara di Kota Kathmandu terasa begitu panas, sekitar 36 derajat celcius. Rombongan tim medis tahap pertama Lembaga Kemanusiaan Internasional Medical Emergency Rescue Commitee (MER-C) bekerjasama dengan WANADRI menginjakkan kaki di ibukota Kathmandu, Nepal.

Sesaat setelah melewati pos imigrasi, tim segera dijemput oleh utusan Duta Besar Indonesia untuk Bangladesh dan Nepal, Iwan Wiranataadmadja. Secara khusus yang menjadi pemandu tim kami adalah Upendra Sharma Ghimire merupakan warga asli Nepal.

Kami baru sadar ternyata beberapa pekan lalu pernah bertemu dengan orang yang bernama Upendra Sharma Ghimire ini, saat menghadiri peringatan konferensi Asia Afrika (KAA) ke-60 di Jakarta dan Bandung, 19-24 April lalu. Upendralah yang mendampingi Menteri Luar Negeri Nepal dalam lawatannya ke Jakarta pekan lalu.

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

Setelah selesai urusan di bandara, Upendra segera mengajak kami menuju penginapan, melewati gang-gang sempit di Kota Kathmandu. Dalam perjalanan itu kami sempat bertanya, “Mengapa kami diajak lewat melalui jalan sempit.” Upendra menjawab, “Memang jalan-jalan di Kathmandu rata-rata memiliki lebar empat sampai enam meter saja.”

Pemuda Nepal itu bercerita, jumlah penduduk Kota Kathmandu (dalam bahasa Sansekerta berarti kuil kayu), yang terletak di Lembah Kathmandu di pegunungan Himalaya, dekat Sungai Vishnumati, hanya berkisar empat juta jiwa.

Kota ini berdiri di ketinggian sekitar 1.400 meter (4.600 kaki) di lembah berbentuk mangkuk di Nepal tengah yang dikelilingi oleh empat gunung besar, yaitu: Shivapuri, Phulchowki, Nagarjun dan Chandragiri.

Kathmandu kini menjadi pusat budaya dan ekonomi utama Nepal dan dianggap memiliki infrastruktur paling maju di antara daerah perkotaan di Nepal.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Kota tua ini terkenal dengan banyak kuil dan istana Buddha dan Hindu. Di mana kuil-kuil itu kebanyakan dibangun pada abad ke-17. Kini, bangunan-bangunan bersejarah itu banyak yang hancur akibat gempa bumi dan polusi yang terjadi beberapa pekan lalu. Di lembah ini pula terdapat tujuh warisan dunia UNESCO.

Selama ini, Kathmandu juga menjadi pusat pertemuan antara para pedagang India dan Tibet sehingga daerah itu dikenal menjadi pusat perdagangan, penginapan dan usaha makanan untuk para pedagang.

Tentang pemerataan ekonomi, ibukota Kathmandu masih menjadi pusat perekonomian bagi warga Nepal. Ekonomi kota itu bernilai lebih dari sepertiga dari PDB nasional. Sektor ekonomi lainnya di Kathmandu meliputi pertanian (9%), pendidikan (6%), transportasi (6%), dan hotel serta restoran (5%).

Kathmandu juga terkenal untuk kertas lokta dan Selendang Pashmina. Namun, sepintas kami melihat sepanjang jalan Kota Kathmandu, masih seperti Jakarta pada 30 tahun lalu. Banyaknya bangunan kuno, seiring aktifitas warganya di sepanjang jalan dengan pakaian tradisional mereka semakin menguatkan persepsi penulis bahwa mereka masih belum banyak bersinggunan dengan budaya luar.

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Dilihat dari kendaraan yang dipakai oleh warganya, kebanyakan mereka memakai kendaraan tua yang dibuat sekitar tahun 1990-an. Tidak jarang penulis melihat angkutan umum seperti “bajai si doel” masih beroperasi di Kathmandu.

Akhirnya, sampailah kami di sebuah hotel. Menurut warga setempat, hotel yang kami tempati itu di kota itu sudah cukup mewah. Namun jika dibandingkan dengan Jakarta, maka hotel di Khatmandu layaknya sebuah motel di Jakarta. Bangunan hotel itu terlihat sudah tua dengan fasilitas sederhana. Meski terlihat tua dan sederhana, namun itulah yang menjadi cerminan budaya khas Nepal yang kuat dengan nuansa agama Hindu dan Budhanya.

Nepal, masuk dalam salah satu daftar negara termiskin di dunia dengan sumber mata pencaharian mayoritas warganya adalah pertanian dan perdagangan. Dari hasil perdagangannya, Nepal tercatat memiliki pendapatan perkapita sebesar US$ 1.200 di tahun 2010 dengan GDP US$ 151,1 Miliar pada tahun yang sama.(R03/R05/R02)

 

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia