Stockholm, 12 Muharram 1437/25 Oktober 2015 (MINA) – Kepolisian Swedia menduga kebakaran di kamp musim panas yang diperuntukkan untuk penampungan pencari suaka itu sengaja dibakar, seorang juru bicara mengatakan, Sabtu, menyusul terbakarnya beberapa pusat suaka dalam beberapa pekan terakhir ketika jumlah pencari suaka yang tiba di Swedia mencapai rekor.
Swedia tetap merasa terkejut setelah seorang pria berusia 21 tahun yang bersenjatakan pedang membunuh seorang asisten dosen dan seorang mahasiswa dan melukai dua orang lain pada Kamis.
Polisi mengatakan ia memilih korbannya dengan warna kulit mereka, dengan mengutip Sabah Daily, Mi’raj Islamic News Agency (MINA) melaporkan.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Lebih dari 100.000 pencari suaka telah tiba di Swedia tahun ini dan 190.000 orang diperkirakan tiba tahun ini secara keseluruhan.
Sementara banyak warga Swedia menyambut para pengungsi, muncul keprihatinan negara tidak dapat mengatasi masalah ini.
Tidak ada alasan alamiah kebakaran berkobar di kamp musim panas Stockholm barat itu, ujar jurubicara kepolisian Johan Levin.
“Kami telah melakukan penyelidikan awal mengenai keamungkin pembakaran,” kata Levin. Tidak ada korban jiwa dalam kebakaran
tersebut.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Levin mengatakan pihak berwenang setempat telah merencanakan untuk menggunakan kamp sebagai tempat penampungan pencari
suaka.
Koalisi minoritas pimpinan Partai Sosial Demokrat menandatangani kesepakatan dengan kelompok oposisi yang akan memperketat
aturan suaka dan Swedia kemungkinan akan mengajukan permohonan kepada Uni Eropa agar sebagian mereka didistribusikan kembali ke negara-negara lain.
“Swedia tidak dapat memikul berat dan tidak proporsional besar seperti ini,” kata PM Stefan Lofven dalam wawancara dengan harian Dagens Nyheter, Sabtu.
Pekan lalu, pemerintah mengatakan terpaksa merubah rencana pengeluaran dan meminjam miliaran lebih krona untuk mengatasi
banjirnya pencari suaka. (T/R07/R01)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)